hari ini adalah akhir dari tahun 20xx. Lyssia mengetuk-ketuk mejanya malas. gadis 27 tahun itu menguap beberapa kali, apa itu libur akhir tahun? dia malah lembur.
ia mengangkat wajahnya dari kerasnya meja kaca tempat ia bekerja biasanya.
matanya menatap jendela, sepertinya akan seru merayakan tahun baru bersama teman-teman. pikirnya. tentu itu hanya khayalannya saja, sebab kenyataannya, saat ini dia terduduk malas menatap ratusan berkas di sebelahnya.Gadis itu memutuskan untuk mengambil berkas berkas tersebut, membacanya satu per satu sebelum menandatanganinya.
Sedang asik dengan kertas kertas tersebut, deringan telfon mengalihkan perhatiannya. ia lirik siapa yang menelfon, ternyata tertulis “bos🙏🏻” pada layarnya. segeralah Lyssia mengangkat telfon itu."lyssia, kau di kantor, kan?" suaranya terdengar tanpa basa-basi. Lyssia mulai menegakkan badannya.
"iya, Pak." jawabnya tegas.
"setelah mempertimbangkan beberapa hal-aku pikir, memang sudah saatnya untuk mempromosikanmu untuk jenjang karier kedepannya."
kedua mata Lyssia terbelalak, ini adalah yang ia tunggu selama bertahun-tahun. kerja kerasnya! loyalitasnya yang tanpa batas! tentu saja ia sangat layak untuk hal tersebut. matanya berbinar cerah.
“Besok pagi pukul 10 akan ada meeting paling penting terhadap sejarah kariermu. investor terbesar kita menanti. tolong kerjasamanya.”
“Baik Pak. terima kasih sudah mempercayaiku.”
“ya sudah kalau begitu, lanjutkan pekerjaanmu.”
pip. sambungan dimatikan. Lyssia bersorak gembira. sungguh sungguh bahagia. setelah bertahun-tahun mengabdi menjadi budak proker, akhirnya sebuah promosi datang untuknya. sudah terlalu banyak hal yang Lyssia korbankan, yang paling utama adalah waktu. tidak peduli sebagus apa kinerjanya, bosnya tidak pernah mempromosikannya. sebenarnya, alasan utamanya adalah karena Lyssia perempuan.
Lyssia tidak pernah membenci kenapa dia terlahir sebagai perempuan, yang sangat dia sayangkan adalah kenapa standar ganda ini masih berlaku? bahkan dia mengorbankan waktunya untuk bekerja dan terus bekerja. dia sendiri merasa masih bisa berkembang jika saja diberi kesempatan, namun kenyataanya, dia tidak mendapatkannya. sungguh dia tidak ada masalah dengan lingkungannya, atau memang ia tidak mempedulikan sekitar. Seharusnya dia sudah lama resign, namun ia malah memaksimalkan pekerjaannya, untuk membuktikan loyalitas bekerja.
Kabar buruknya, Lyssia sudah tidak pernah hangout dengan teman-temannya. dia tidak menahu kabar teman lamanya, seolah-olah kehidupannya sekarang dibatasi oleh dinding es. bahkan dia sangat jarang berkunjung ke rumah orang tuanya. terkutuklah keburukan Lyssia gara-gara pekerjaannya ini.
Jujur itu bukan keinginan Lyssia, namun dia sudah bekerja sekeras itu untuk mendapatkan promosi, dan dia mendapatkannya besok.Lyssia come on, you deserve to get better.
Just leave your shit company! they don't deserve you.
Teman-temannya sudah memperingati, namun dia tetap kerja rodi. menurut Lyssia hal tersebut karena teman-temannya kesal mereka jarang sekali bertemu. diam-diam Lyssia meringis, apakah setelah dipromosikan, Lyssia malah tidak memiliki waktu sama sekali?
Lyssia kembali menyenderkan tubuhnya pada kursi. jujur ia merindukan kehidupan lamanya. sekarang, untuk bertemu setahun sekali saja tidak bisa. pantas saja keluarga dan teman-temannya protes. Lyssia benar-benar minta maaf dalam hati, mau bagaimana lagi. dia sedang ambis mengejar yang ia inginkan.
Lyssia berdiri, memutuskan untuk pulang saja ke apartemennya. terlalu lama di kantor membuat kepalanya penuh akan sesak. kaki jenjangnya berjalan turun, sepertinya dia akan duduk di bangku taman.
sesampainya ia di taman, dengan rambut panjangnya yang tergerai, ia melangkah ke food truck langganannya. “croissant satu, warm chocolate satu, Bu?”
“ya ampun si Eneng geulis. Lama banget ibu gak lihat kamu.” sepertinya Lyssia benar-benar terkurung dalam dunianya, bahkan ibu penjual juga baru melihatnya. lagi-lagi Lyssia merasa bersalah, sepertinya dia menyesal.
“kerjaan numpuk, Bu.” katanya diakhiri senyuman tipis.
“Atuh mah si Eneng jangan terlalu sibuk, pikirin kesehatan, Neng. Dunia ini eta luas sekali. masa mau aja dibatasi dinding kantor.” ibu penjual menasehati. Lyssia jadi berpikir, jika orang asing saja berani menasehati seperti ini, apa kabar orang tuanya, ya? membayangkannya saja Lyssia bergidik.
“Nanti tahun baruan kemana, Neng?” ah... tahun baru, bahkan Lyssia sudah lupa kapan terakhir kali ia merayakannya.
“Kalau nggak lembur paling ya tidur, Bu.” jawabnya terus terang.
“Tidur saja Neng, masa tahun baruan kerja. istirahat lah Neng istirahat. Nafas dulu sebentar.” katanya, lalu menyodorkan pesanan Lyssia. bahkan di gelas tertulis 'jangan lupa istirahat, kamu manusia'. Lyssia tersenyum geli, lantas memberikan uang pas pada ibu penjual. “Makasih ya Bu, saya duluan....”
dengan jas formal yang masih ia kenakan, ia duduk di taman, melihat beberapa anak bermain sepak bola. satu dua anak kecil membuat istana pasir, seorang anak bermain dengan anjing berbulu putih, sepasang kekasih piknik di ujung taman, sekelompok remaja perempuan piknik dengan tikar merah. Lyssia tersenyum melihat semua ini, ternyata dia merindukan udara kebebasan. padahal dia bisa memilih kebebasannya sendiri, dia saja yang membatasi diri.
“Nenek boleh duduk disini, Nak?” interupsi tersebut agak mengejutkannya. ia buru-buru menoleh, lalu tersenyum, “Boleh, silakan.” katanya lantas bergeser sedikit. Wanita berambut putih dan potongan bob tersebut mengambil tempatnya, sedangkan tongkatnya ia jadikan pegangan.
“Kamu sendirian saja ta, Nduk?” tanyanya ramah, bahkan senyumnya tetap teduh pada usia senjanya.
Lyssia menoleh lalu mengangguk. Sedangkan wanita itu menunjuk sesuatu dengan dagunya kedepan. “Cucu nenek main sama anjingnya. hampir setiap hari, kami kesini.” oh, ternyata anak itu adalah cucu dari nenek ini.
“Ibunya, kemana?” tanyanya menanggapi dengan ramah.
raut muka wanita tua itu berubah menjadi sedih, diam-diam Lyssia menyesali pertanyaannya. dia mau mencabut apa yang sudah ia katakan kalau bisa.
“putri saya meninggal waktu melahirkan dia, Nak. menantu saya sudah lebih dahulu meninggal waktu istrinya masih hamil. saya yakin putri saya seumuran dengan Nak cantik.” tuturnya. Lyssia memberi senyuman pada wanita tua tersebut.
“Nak, tidak apa-apa kamu mau kerja selama apapun. tapi selagi kamu tidak ada tujuan hidup yang lain, tidak ada yang menjamin usia. saya masih hidup padahal sudah tua, anak saya sudah meninggal padahal masih muda. Tidak pernah ada jaminan.”
Lyssia paham. benar-benar paham. namun sayangnya, dia sendiri belum yakin atas tujuan hidupnya. apakah ia perlu melahirkan malaikat-malaikat kecil? apakah ia perlu berkeluarga? apakah ia memerlukan sandaran saat rapuh? namun bukankah selama ini dia sudah melakukan semua dengan mengandalkan dirinya sendiri? apalagi yang Lyssia butuhkan? kepala Lyssia penuh dengan teka-teki tidak berujung. dia sendiri bingung harus menjawab apa dan bagaimana. segala kesulitan dan kegagalan hidupnya ia lawan sendiri, lalu orang asing tiba-tiba mau menawarkan tangan untuk melangkah bersama. apakah ia mampu?
8124
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Echoes Of Tomorrow | Sehun Lisa Hunlis
Ficção Gerallelah menjadi budak proker perusahaan, serta hilangnya hasrat dalam tujuan hidup, membuat Emilyssia mengambil cuti kerja dalam waktu yang lama. dalam perjalanan libur, ia menemukan kembali jejak yang lama ia tinggalkan di rumah orang tuanya. namun s...