Lyssia duduk termangu di ruangannya. ia tahu jika kesalahannya begitu besar. Lyssia ingin menangis sekarang, namun karena terikat keprofesionalitasannya, wanita itu mengetik hal yang sama sekali tidak ia inginkan. mengundurkan diri.
tak pernah terpikir olehnya untuk melakukan hal ini, jika tadinya ia berpikir akan cuti lalu kembali bekerja. hal tersebut tidak akan efektif, dia tidak akan sanggup dengan bulan-bulanan karyawan lain. sudah cukup hidupnya dalam lingkungan kerja toxic, sudah saatnya dia pergi. toh katanya banyak yang siap menggantikan. surat tersebut ia kirim, lalu ia kembali ke apartemennya.
Lyssia mengembuskan napasnya sambil menangis tersedu-sedu, lalu menutup wajahnya dengan bantal. malu dengan wajahnya yang sembab.
Gadis cantik itu mengemasi baju-bajunya di koper 24inch miliknya. No time to cry bagi wanita sekeren dirinya.
Selamat datang rumah orang tua... Sudah saatnya kembali menjadi anak tunggal kaya raya. Dia akan membiarkan apartemennya, sebagai properti tentu saja.
Si cantik ini mengendarai Mercy putih miliknya, berkendara kembali ke rumah lama. Rumah orang tuanya.
Begitu sampai di rumah, orang tuanya memeluk ia erat sekali. Sudah sangat lama mereka tak berjumpa.
“Mama senang kamu resign.” Lyssia tersedak mendengarnya, “Papa juga.” kemudian mereka bertiga masuk ke rumah, dengan koper pada tangan sang papa.
Lyssia sampai lupa rasa masakan ibunya sejak tinggal di kota sendirian. Dia merasa bersalah melihat mamanya antusias memasak masakan kesukaannya begitu dia tiba di rumah. Bagaimana jika Lyssia terlambat untuk hal ini? Lyssia sungguh merasa bersalah sekarang.
“Maaf Ma, mulai sekarang kita bisa makan bersama setiap hari.” ujarnya menyesal.
“It's okay, you are here sweety.”
Lyssia mengembangkan senyumnya, lalu makan dengan lahap seperti belum pernah makan sebelumnya.
“Kamu sudah membuktikan bahwa kamu sukses tanpa bantuan kami, Nak. Apa lagi yang ingin kamu capai memangnya?” papanya bertanya.
Lyssia menghentikan aktivitasnya, dia termenung sebentar, “Entahlah...” jawab ia sekenanya, sebelum lanjut untuk makan.
“Apa kamu pernah ngerasa kesepian?” Mamanya bertanya, Lyssia mengangguk ragu.
“Nak, mama benar-benar terkejut dengan kembalinya kamu kemari. Padahal mama papa mau ke kota agar kita bisa bicara.”
Lyssia semakin merasa bersalah, seharusnya dia menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang tuanya. Dengan apa ia bisa membalas orang tuanya?
“Nak, Papa ingin mengenalkan kamu dengan salah satu anak dari teman papa. Bagaimana menurutmu? Kamu sudah dewasa.”
Lyssia menoleh ke papanya, selama 27 tahun hidup di dunia, Lyssia belum berpikiran untuk menjalin hubungan serius. Tidak ada alasan khusus, dia hanya punya dunianya sendiri. Apakah ini sudah saatnya dia belajar mencintai?
“Hanya kenalan, kan?” Lyssia memicing.
Papanya tertawa, “Tentu saja, kenalan dulu. Kalau kamu suka, lanjutkan sesuka kalian, kalau tidak, papa tidak akan memaksa.”
Lyssia mengangguk setuju. Beberapa hari setelah ditentukan, Lyssia menghadiri undangan di sebuah restoran di daerah rumahnya. Restoran itu dipesan khusus ia hari ini, dari sini Lyssia sudah menduga bahwasanya, anak dari teman papanya adalah orang kaya.
“Halo kak... aku Lyssia, Emilyssia. Ada reservasi atas namaku?” Gadis itu menyerahkan kartu identitasnya pada salah satu pramusaji.
“Ah iya, benar, mari Nona ikut saya.” seorang pelayan dengan seragam hitam putih mengantarnya ke lantai 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Echoes Of Tomorrow | Sehun Lisa Hunlis
Ficção Gerallelah menjadi budak proker perusahaan, serta hilangnya hasrat dalam tujuan hidup, membuat Emilyssia mengambil cuti kerja dalam waktu yang lama. dalam perjalanan libur, ia menemukan kembali jejak yang lama ia tinggalkan di rumah orang tuanya. namun s...