10. Married

156 22 0
                                    

Tanggal 5 Mei pun tiba. Hari yang telah lama dinantikan oleh Sean dan Lyssia akhirnya tiba. Langit cerah seolah merestui hari istimewa mereka. Pagi yang segar membawa hawa penuh kebahagiaan, dan seluruh persiapan pernikahan sudah tersusun dengan sempurna. Dari kebun binatang tempat mereka bertunangan, hingga taman yang menjadi saksi momen manis mereka, semua terhubung dalam sebuah cerita yang kini berujung pada hari pernikahan mereka.

Di sebuah rumah besar yang dikelilingi taman indah, Lyssia sedang bersiap-siap di kamarnya. Gaun putihnya yang elegan tergantung di pintu, sementara para sahabatnya membantu merias wajahnya.

“Kamu terlihat cantik sekali, Lyssia. Sean pasti akan terpesona melihatmu.” puji Jeanne yang membuat Lyssia tersipu malu-malu.

“Terima kasih. Aku juga tidak sabar melihatnya di altar nanti.”

Rosie mengangguk, “Semua sudah siap. Gaunmu, bunga, dan bahkan cincin. Kamu tinggal menikmati hari ini.” imbuhnya.

Sementara itu, di tempat lain, Sean sedang bersiap dengan setelan jas hitamnya. Para sahabatnya, yang juga menjadi pengiring pengantin, membantu memastikan semuanya sempurna.

“Ini dia, pria yang paling beruntung di dunia hari ini. Aku kira kau akan melajang seumur hidupmu.” goda Kai yang sudah melangsungkan pernikahan juga bulan lalu.

“Aku sangat beruntung. Lyssia adalah yang terbaik yang pernah terjadi padaku.” katanya percaya diri.

“Kau siap? Hari ini adalah hari besar.” kata Dio.

Sean mengembuskan napas besar, “Lebih dari siap. Aku sudah menantikan ini sejak lama.”

Gereja tempat mereka menikah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan pita-pita putih. Para tamu mulai berdatangan, mengisi bangku-bangku gereja dengan senyum dan kegembiraan. Musik lembut mulai terdengar, menambah suasana sakral. Pun juga begitu banyak makanan dan minuman berjejer di meja panjang.

Sean berdiri di depan altar, jantungnya berdegup kencang. Ia melihat ke arah pintu gereja, menunggu Lyssia muncul. Saat pintu gereja terbuka, Lyssia muncul di baliknya, berjalan perlahan dengan ditemani oleh ayahnya.

Dia begitu cantik, melebihi yang pernah kubayangkan.” pujinya dalam hati.

Lyssia melangkah dengan anggun menuju altar, senyumnya tidak pernah pudar. Ia merasa hatinya tenang dan penuh kebahagiaan melihat Sean berdiri menantinya. Keduanya berjalan dengan jantung yang berdebar dan ribuan kupu-kupu terbang dalam rongga perut.

Ayah Lyssia menyerahkan tangan putrinya pada Sean, untuk digandeng menuju pendeta, “Hari ini kita berkumpul untuk merayakan ikatan suci antara Sean dan Lyssia. Mereka telah memilih untuk saling berjanji setia, mencintai dan menghormati satu sama lain sepanjang hidup mereka.”

Sean dan Lyssia saling memandang dengan tatapan penuh cinta. Pendeta memimpin mereka dalam upacara, meminta mereka untuk mengucapkan janji pernikahan mereka.

“Lyssia, aku berjanji akan mencintaimu, menghormatimu, dan mendukungmu dalam setiap langkah hidup kita. Dalam suka dan duka, dalam kebahagiaan dan kesedihan, aku akan selalu ada untukmu.”

“Sean, aku berjanji akan mencintaimu, menghormatimu, dan mendukungmu dalam setiap langkah hidup kita. Dalam suka dan duka, dalam kebahagiaan dan kesedihan, aku akan selalu ada untukmu.”

Pendeta memberkati cincin mereka dan meminta mereka untuk saling menyematkannya.
“Dengan cincin ini, aku meresmikan pernikahan kalian. Kalian sekarang adalah suami dan istri. Sean, kamu boleh mencium pengantinmu.”

Sean mendekat dan mencium Lyssia dengan lembut. Tepuk tangan dan sorak sorai dari para tamu memenuhi gereja, menambah suasana meriah.

“Apa kamu mengoleskan madu pada bibirmu?” tanya Sean berbisik, sedangkan Lyssia menggeleng dan menyenggol suaminya, sebab merasa malu.

✅Echoes Of Tomorrow | Sehun Lisa HunlisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang