"Kangen Jaeyun," desahnya saat menatap lurus ke depan, pada teman-temannya yang sedang bermain basket.
Well, ini sangat mengganggu pikirannya. Sejak ichiran date itu, Riki terus memikirkan Sim Jaeyun, istri orang. Bahkan pria yang 5 tahun lebih tua darinya itu sedang hamil, tapi kenapa Riki terus memikirkannya?
Tampaknya dia sangat menyukai pria keibuan itu. Cantik, manis, lembut, hangat, astaga Riki jatuh cinta.
"Oi Tuan Muda Nishimura! Kau tidak ikut main?" seru seorang pria yang lebih tinggi darinya, berjalan menghampirinya dengan peluh membasahi wajah dan pakaiannya.
"Aku sedang tidak mood."
"Tumben sekali, biasanya kau yang paling semangat bermain basket."
Riki merisleting jaket adidasnya hingga hampir menyentuh dagu. Well, akhir-akhir ini Riki memang merasa dia bukan dirinya sendiri. Terlebih setelah ichiran date dengan Jaeyun. Ada perasaan aneh yang menggelitik dadanya ketika dirinya menyentuh perut pria itu dan merasakan tendangan lembut dari dalamnya. Ah, entah kenapa dirinya kesal kalau makhluk hidup di dalam perut Jaeyun itu bukan karena dirinya.
Please deh, kau masih 19 tahun, Riki!
Drrt drrt~
"Ponselmu berbunyi," kata Yudai seraya menyikut lengan Riki yang terlihat tidak menyadari getar ponselnya.
Riki pun segera mengeluarkan benda pipih itu dari saku jaket. Matanya membelalak saat menyadari siapa yang menelepon. Tak sadar bahwa Yudai di sampingnya sempat mengintip. Cantikku.
"Halo?"
"Kau punya waktu sekarang?"
Riki mengernyit mendengar Jaeyun langsung bicara to the point tanpa menyapanya dulu. Kepalanya refleks mengangguk. "Ya. Kenapa?"
"Kemarilah, aku ada di kantor. Ada hal penting yang ingin kuberitahukan padamu."
"Hal penting apa?"
"Ck, jangan banyak tanya, kemarilah dulu."
Riki menghela napas. "Arasseo, aku kesana sekarang."
"Hati-hati di jalan."
"Hm."
Begitu saja dan panggilan pun diakhiri. Riki segera bangkit untuk mengambil motornya. Namun langkahnya terhenti saat Yudai menahan lengannya. "Mau kemana?"
"Bertemu seseorang."
"Cantikku? Pacarmu?"
Riki menatapnya dengan senyum penuh arti. "Calon."
Tak mengindahkan lagi reaksi Yudai, Riki pun langsung berlari menuju motornya diparkir. Memastikan ada satu helm lagi untuk Jaeyun, Riki pun melajukan motornya menuju gedung perusahaan Park yang sudah dia hafal diluar kepala.
Begitu sampai dan memarkirkan motor. Riki mendapati Jaeyun sedang berdiri di lobi depan gedung bersama seorang karyawan di sampingnya. Dengan sedikit terburu-buru, dia melepas helm lalu berlari kecil menghampiri Jaeyun.
"Hei, datang juga akhirnya," sapa Jaeyun yang berjalan menghampirinya.
Riki merentangkan satu tangannya untuk menarik dan merangkul pinggang ramping Jaeyun. Senyumnya tak bisa ditahan lagi mengingat betapa dirinya sangat merindukan pria cantik ini. Asli, kenapa Jaeyun makin hari makin cantik? Dia sengaja melakukan itu supaya Riki semakin tertarik padanya kah?
"Ada apa memanggilku, Hyung?"
"Antar dia ya? Dia teman baruku, Kim Sunoo. Dia sedang sakit, jadi aku mau kau antar dia pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
fate
Fanfiction[niksun] [He Is My Wife side story] Adakah cinta untuk kita? ;slight chaemura