Sunoo dengan kesadaran penuh, menerima lamaran dari Riki.
Mereka sudah sepakat untuk menikah. Keduanya akan benar-benar menikah!
Itulah sebabnya esok harinya mereka jadi canggung.
Coba bayangkan saja, kalian baru berkenalan 7 hari, lalu tiba-tiba tanpa ada hubungan romantis apapun, kalian memutuskan menikah. Memangnya itu hubungan yang normal? Oh jelas tidak.
Bahkan ini hari ke-8 mereka saling kenal tapi rasanya jauh lebih canggung daripada saat pertama kali perkenalan mereka. Tanpa sadar keduanya saling menghindari dengan berlomba-lomba berangkat paling awal, meski pada akhirnya tetap berada di dalam lift yang sama.
"Berangkat denganku saja," kata Riki sembari melirik pria di sampingnya. Dari lantai 10 ke lantai 1, anehnya tidak ada seorang pun yang bergabung dengan mereka. Seolah sengaja supaya keduanya terjebak dalam rasa canggung aneh ini.
"Aku naik bus."
"Kau masih harus jalan kaki ke halte, berangkat bersama saja lebih efisien."
"Kantorku dengan kampusmu tidak searah, nanti kau harus berputar jauh."
"Tidak masalah, aku sekalian mau lihat Jaeyun hyung."
Mendengar Riki menyinggung nama Jaeyun, ia jadi teringat dengan sesuatu.
"Ah ya, kau ini memang menyukai Jaeyun hyung ya?"
Riki mendengus geli saat Sunoo berhenti bersikap canggung padanya. Ia menoleh, mendapati ekspresi penasaran bercampur takjub dari si manis itu.
"Kalau iya, kenapa?"
Sunoo tampak shock. "Kenapa? Kau tau kan kalau dia istri presdir perusahaanku?"
"Ya, lalu?"
Sunoo semakin bingung. "Lalu, kenapa kau malah suka istri orang?"
"Memangnya kenapa sih? Aku menyukainya, bukan berarti aku akan menikahinya kan? Buktinya aku akan menikah denganmu."
Pria Kim itu lantas mengatupkan bibirnya. Iya juga ya, tidak ada yang melarang kau menyukai siapapun. Tapi tetap saja itu terasa aneh buat Sunoo. Menyukai Jaeyun, tapi mengajaknya menikah. Random sekali.
Eits, bukan berarti Sunoo cemburu ya. Dia hanya merasa aneh saja dengan jalan pikir Riki. Jaeyun yang disukai sebegitunya saja tidak dinikahi, tapi malah menikahi orang yang sama sekali tidak dicintainya.
"Eh? Kau tidak mencintaiku kan?"
Riki hanya terkekeh mendengar pertanyaan Sunoo. Tanpa repot menjawab, dia lantas memasangkan helm di kepala Sunoo.
"Cepat naik di belakangku kalau tidak ingin aku terlambat ke kampus."
"Oh ya, kampus."
Sunoo buru-buru duduk di belakang Riki sebelum motor pun melaju menuju perusahaan Park.
Hari yang indah, matahari baru terbit saat mereka berangkat dan itu sangat menyenangkan bagi Riki. Ia tak hentinya tersenyum saat membonceng 'calon istri' nya untuk berangkat bekerja.
Betul, calon istri.
Si calon istri juga merasakan perasaan bahagia yang aneh. Berangkat kerja tidak lagi harus berdesakan di bus, melainkan dibonceng oleh 'calon suami'. Astaga, Sunoo sampai menggigit pipi bagian dalamnya supaya tidak kelepasan tersenyum seperti orang gila karena memikirkan status baru mereka.
Bukan pacar, melainkan 'calon suami-istri'.
Tapi tetap saja saat jam pulang mereka tidak bisa bersama. Karena Sunoo selalu pulang pada jam tanggo dan Riki harus latihan untuk festival.
KAMU SEDANG MEMBACA
fate
Fanfiction[niksun] [He Is My Wife side story] Adakah cinta untuk kita? ;slight chaemura