6

461 77 18
                                    

Sesuai janji, Riki mengajari Eunchae membuat koreografi untuk tesnya. Selama itulah mereka selalu berduaan di studio dance bahkan hingga malam hari. Sampai akhirnya Eunchae bisa menghafal semua koreonya, barulah mereka beristirahat.

Pukul 10 malam.

"Kau pulang naik apa?" tanya Riki saat mereka beristirahat sambil duduk di lantai, menghabiskan air minum masing-masing.

Eunchae tampak melirik arlojinya. "Kurasa aku akan naik taksi."

Riki mengernyit tak setuju. "Terlalu riskan untuk perempuan naik taksi sendirian jam segini."

Gadis muda itu diam-diam tersenyum. Senang karena Riki mengkhawatirkannya. "Biasanya aku naik bus, tapi jam segini tidak ada bus ke arah apartemenku."

Riki menatapnya dari pantulan cermin di hadapan mereka. "Kau tidak punya pacar?"

Eunchae menggeleng cepat. "Aku tidak pernah pacaran."

Yah sama, Riki juga tidak tertarik pacaran dengan siapapun sejak lahir.

"Baiklah. Kuantar. Lapar tidak? Kita mampir dulu ke restoran kalau kau tidak keberatan."

Yang benar saja Eunchae bakal keberatan. Justru ini kesempatan emas untuknya mendekati Riki. Entah sejak kapan, yang jelas Eunchae naksir berat dengan dancer asal negeri bunga sakura itu.

"Aku tidak keberatan kok."

"Hm, kaja."

Mereka pun keluar dari area kampus yang lengang. Langsung menuju tempat motor Riki diparkir. Pemuda itu menyerahkan helm yang biasanya dipakai Sunoo. Entahlah, akhir-akhir ini dia terbiasa membawa dua helm untuk jaga-jaga kalau Jaeyun atau Sunoo memanggilnya.

Motor itu melaju meninggalkan area kampus, menuju sebuah restoran ayam goreng yang masih menerima pelanggan.

Sebenarnya Eunchae berekspektasi mereka akan makan di restoran yang mewah, minimal restoran yang romantis ala-ala drama, ternyata hanya restoran kecil pinggir jalan yang dia saja tidak tau kalau tempat ini ada.

Sambil menunggu ayam pesanan datang, Riki tampak menyibukkan diri dengan menonton video para koreografer di Youtube. Total mengabaikan Eunchae yang sedang menyeruput sodanya—sebab dia masih belum legal–dan berkali-kali meliriknya tanpa henti.

"Ekhem, kalau aku boleh tau, kenapa kau memilih kuliah di Korea?" tanya Eunchae akhirnya, muak dengan suasana hening di antara mereka sehingga memutuskan untuk angkat bicara duluan.

Riki akhirnya mendongak. Dia tau mengobrol sambil bermain ponsel itu tindakan yang tidak sopan, jadi dia segera menaruh ponselnya di atas meja.

"Tidak kenapa-kenapa, hanya ingin suasana baru," dalihnya. Sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya karena yah ada alasan kenapa itu disebut privasi bukan? 

"Ah.. padahal Jepang juga tidak kalah bagus dari Korea."

Riki terkekeh. "Ya, terkadang aku juga merindukan kampung halamanku."

"Hm... karena tadi kau menanyakannya, aku juga jadi penasaran, kau... sudah punya pacar?"

Riki sempat terdiam selama beberapa saat. Sebenarnya dia bisa saja langsung menjawab detik itu juga, tapi entah bagaimana tiba-tiba sekelebat nama terlintas di pikirannya.

Kenapa lagi-lagi Kim Sunoo?

Melihat ekspresi Riki, Eunchae mendadak lesu. "Oh, sudah punya ya?"

Dan Riki pun menggeleng. Ia menatap Eunchae sambil tersenyum simpul. "Tidak. Aku juga tidak pernah pacaran."

fateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang