14

437 56 31
                                    

Sunoo masih tetap di kampus hingga Riki selesai tampil untuk kedua kalinya. Walaupun ia gagal memberikan slush, walaupun mereka tidak saling menyapa, walaupun mereka juga tidak bisa saling bertemu, Sunoo tetap di sana. Tentu saja sendirian, setelah berbasa-basi dengan Yudai yang rupanya banyak bicara sekali segala macam pembahasan.

Ia tak tau apakah Eunchae juga sedang menunggu Riki selesai. Tapi yang pasti, Sunoo berencana langsung pulang setelah Riki tampil untuk kedua kalinya. Ia bahkan merekam pemuda itu lagi.

Menekan tombol di ponselnya, ia pun bertepuk tangan bersama yang lain untuk mengiringi Riki dan tim turun dari panggung. Inilah saatnya dia untuk pulang juga.

Bukan karena apa, tapi mereka akan flight ke Tokyo lusa nanti. Jadi hari ini Sunoo akan mulai list barang-barang yang harus dibawa untuk pertemuannya dengan keluarga Nishimura.

Ini juga akan menjadi perjalanan pertamanya keluar negeri. Bersama calon suami.

Cukup jauh dirinya berjalan dari panggung utama, tiba-tiba saja tangannya ditarik ke belakang. Sontak ia berhenti dan berbalik, membelalak saat menyadari Riki yang melakukannya.

"Kau mengejarku?" tanyanya khawatir mengingat kondisi Riki yang terengah-engah seperti habis berlari.

"Mau kemana?"

"Pulang. Kau sudah selesai tampil, jadi aku akan pulang untuk packing."

"Tunggu aku."

"Tapi pacarmu—"

"Tunggu di halte depan kampus, aku ambil motor dulu."

"Aku bisa pulang sendiri. Yaa! Riki!"

Pemuda Jepang itu sudah berlari menjauh. Menyisakan Sunoo yang hanya bisa menghela napas maklum. Kembali melanjutkan jalannya menuju halte, karena awalnya dia juga mau pulang naik bus saja tapi tampaknya mereka akan pulang bersama. 

Sunoo duduk-duduk santai di halte. Suasana di depan tidak begitu ramai seperti di dalam kampus. Masih bisa mendengar suara-suara dari festival, namun terendam oleh suara kendaraan. Seoul selalu padat lalu lintas, apalagi ini hari libur panjang.

Tak butuh menunggu lama sampai sebuah motor berhenti di depannya. Sunoo sudah sangat hafal. Dia langsung turun dan menghampiri pemotor itu, menggunakan helm yang biasa ia gunakan, dan duduk di boncengan.

Mereka langsung pulang ke apartemen tanpa sekalipun berbicara di jalan. Sudah masuk jam makan siang setibanya di apartemen. Riki langsung merebahkan diri di sofa, sementara Sunoo memilih duduk di meja makan dapur untuk memesan makanan.

"Bagaimana kau kenal Yudai?"

Suara Riki bisa terdengar dengan jelas hingga dapur. Sunoo hanya mendongak sebentar, melihat Riki yang masih berbaring membuatnya kembali melihat pada ponselnya.

"Tidak sengaja saat menonton kau tampil."

Hening. Entah apa yang ada di pikiran Riki. Sunoo sendiri menghampirinya setelah selesai memesan. Ia duduk di atas karpet, bersandar pada sofa yang ditempati Riki.

Keduanya masih sama-sama saling diam. Sunoo sampai menoleh, melihat pada Riki yang matanya masih mengerjap, tanda belum tidur. Ia maklum kalau Riki banyak diam, mungkin pemuda itu kelelahan setelah tampil dua sesi.

"Riki-ya.."

Yang dipanggil namanya menoleh. Sunoo memberinya senyum hangat.

"Kau keren sekali. Penampilanmu hebat."

Sebenarnya pujian Sunoo itu biasa. Dia juga sudah mendengar itu dari yang lain saat turun dari panggung. Tapi karena yang memujinya adalah Sunoo, entah mengapa Riki merasa terharu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang