Jungkook 3

154 18 6
                                    

.

.

🍁🥀🥀🍁

.

.

"Besok selesai acara wisuda aku akan menyatakan perasaan ku padanya" Gumam Jungkook yg masih menunggu bus di halte siang itu.

"Nak. Sebaiknya katakan apa yg ingin kau katakan sebelum kau terlambat".

Jungkook menoleh pada seseorang yg menegurnya barusan. Dia adalah pria pemungut botol. Ia berdiri tak jauh darinya. Jungkook tak mengerti lalu dia melihat kearah pria kecil tersebut. Nampak nyaman menyandarkan kepalanya pada penyangga di kursi itu. Entah mengapa melihat dia memejamkan mata dengan damai.
Pikir Jungkook dia lelah. Jungkook memutuskan untuk tetap mengamatinya. Selang beberapa lama bus datang, simungil segera naik dengan sedikit terhuyung.

.

.

.

.

"Seminggu lagi wisuda. Kupikir ini saatnya mengatakan padanya. Namun aku sudah sedari pagi menunggu dihalte itu sampai sorepun tak melihatnya sama sekali. Esoknya lagi aku menunggu, dan esoknya dan esoknya hingga tiba dimana aku sudah harus mengikuti acara wisudaku. Kebetulan sekolah sebelahku tempat si pria mungil itu menimba ilmu juga mengadakan wisuda, hanya ditempatku pagi sampai siang, disana siang sampai sore. Aku memutuskan menunggunya hingga menolak ajakan orang tuaku untuk pulang bersama. Dan sampai saat itu aku kecewa. Dia pun tak datang juga. Padahal hari ini hari terakhir menikmati masa SMA bukan. Apa dia tidak ingin merayakannya?" Jungkook

Jungkook akan berdiri ketika dia melihat pria yg beberapa waktu lalu menegurnya. Dia pria dengan kantung , memunguti botol bekas.

"Apa yg kau tunggu nak?" Sapa pria itu dengan senyum simpulnya.

Jungkook menengok kursi halte tempat dimana pria kecilnya dulu suka duduk menunggu busnya.

Si pria pemungut botol itu menepuk pundak Jungkook.

"Kau sudah terlambat. Apa kubilang tentang mengatakan perasaan mu diawal. Iya kau sudah terlambat. Dia sudah tak ada 7 hari yg lalu."

.
.

Deg.

.
.

Jungkook shock mendengarnya. Barang bawaan yg niatnya akan diberikan pada si pria mungil itu terjatuh..

"Bagaimana anda tau? "

Si pria pemungut botol itu mulai bercerita bagaimana dia bisa mengenal pria kecil itu.

.

.

.

.

"Pria kecil itu sering berbagi roti padaku pagi hari. Dia selalu membawa sarapannya dan diberikan kepadaku. Dia juga sering bercerita padaku tentang bagaimana hidupnya, kau tau, semua temannya tak ada yg mau mendekat karna dia anak yg terlalu pendiam juga ayahnya sangat keras padanya, tidak boleh berteman dengan orang kalangan seperti mereka. Meski begitu ayahnya tidak peduli bagaimana tentang dia dikucilkan disekolah. dia punya ibu tiri yg tak suka padanya. Setiap hari ia selalu dibuatkan roti isi kacang. Padahal dia alergi kacang. Ia menderita kanker darah stadium 4 menjelang akhir masa sekolahnya. Impiannya hanya simpel saja. Ia hanya ingin menerima ijazah kelulusannya sebelum ia benar-benar pergi dari dunia ini. Namun belum sempat keinginan nya terwujud sang pencipta sudah memanggilnya. Aku diam2 pergi kerumah abu tanpa sepengetahuan orangtuanya, karna aku sangat menyayangi anak tersebut. Mulai sekarang, Ikhlaskan saja ya nak."

Sekali lagi pria itu menepuk pundak Jungkook

Tak terasa air matanya menetes begitu saja. Beginikah rasanya cinta tak terbalas?

Jungkook berjalan menuju kursi dimana si prianya biasa duduk menunggu bus.

Jungkook duduk disana.


Dingin..



Ia ingin sekali lagi, Jungkook ingin diberi kesempatan sekali lagi untuk melihatnya. Dan memberikan kesan padanya.

Jungkook duduk dengan kedua tangan menumpu di sisi kanan dan kirinya. Secara tidak sengaja dia merasa ada sesuatu dibawah kursi itu. Jungkook merabainya dan seperti menemukan segulung kertas yg tak tau apa isinya .

Diambilah lalu dibuka gulungan kertas itu yg ternyata sebuah tulisan tangan seseorang.

.

.

"Hey, kamu yg selalu duduk disana. Aku tau kau selalu memperhatikan ku bukan? Aku tau setiap kali kau mencuri pandang kepadaku. Terdengar sangat ke-pd-an sekali ya aku. Hehe... Tapi terimakasih atas perhatianmu, sebenarnya aku ingin berkenalan denganmu namun aku tau hidupku sudah tak lama lagi. Aku takut nanti kau merasa ditinggalkan, jadi lebih baik kita tidak usah sedekat itu. Dan kelihatannya kau adalah orang yg baik. Mungkin ini adalah tulisan terakhirku, aku hanya bisa menyampaikan ini padamu, semoga kau yg lebih dulu mengambil kertas ini dibawah kursi halte sebelum orang lain yg menemukannya. Dan aku berdoa di detik terakhir ku semoga kita dipertemukan lagi setelah reinkarnasi...

Maaf karna belum sempat berkenalan dan aku belum tau namamu. Tapi aku merekam jelas wajahmu didalam memoriku.

Kalau kau ingin mengunjungiku aku ada dirumah abu, kau bisa menemuiku disana..

Salam hangatku.
Jimin.

.

Jungkook menitikkan kembali air matanya, ia melihat setitik noda darah diujung kertas itu. Mungkin si pria kecil bernama Jimin itu menulis dalam keadaan kesakitan. Jungkook ingat terakhir kali dia melihat pria itu. Ia nampak hanya bersandar. Mungkin itu saat terakhirnya melihat dunia sebelum ia tertidur dalam damai selama-lamanya.

.


.

🍂🍂🍂🍂

.

.

Seseorang Di Halte ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang