4

67 11 2
                                    


Sudah lebih dari seminggu Shin-hye dan Haejin tak bertegur sapa. Pria itu pergi sebelum Shin-hye bangun dan pulang setelah Shin-hye tidur. Begitu juga dengan Shin-hye, dia pulang sebelum Haejin pulang. Mereka tak makan bersama, hanya sesekali berpapasan saat keluar kamar.

Shin-hye dia bangun lebih awal karena studionya akan bekerja sama dengan salah satu museum terkenal dari Prancis untuk mengadakan pameran di pusat kota.

Tak lama, Haejin duduk di depan Shin-hye. Dia mulai menyantap sarapannya. Tidak ada obrolan yang keluar dari mereka. Setelah menghabiskan sarapannya, Haejin bergegas untuk pergi ke kantor tanpa melihat ataupun melirik sekilas kepada Shin-hye.

Shin-hye hanya bisa menghela nafas, dia sendiri sudah tak peduli jika memang tak dianggap disini. Bibi Nam mendekat ke arah Shin-hye, duduk disampingnya mengelus punggung Shin-hye penuh kasih sayang.

"Kau baik-baik saja ?"tanya Bibi Nam

Shin-hye menunduk, dia menggelengkan kepalanya.

"Bibi minta maaf, bibi tidak mengatakan keburukan apa yang dilakukan tuan Haejin. Karena, bibi merasa itu bukan kapasitas bibi untuk memberitahu kannya"ujar Bibi Nam

"Bukan salah bibi, ini salah orang tua ku yang menjodohkan kami"jawab Shin-hye

"Bibi akan menceritakan sedikit masa lalu tuan Haejin. Dia dulu mempunyai teman wanita yang ia cintai, namun teman wanitanya pergi untuk selamanya"jelas Bibi Nam

"Wae ? Kenapa dia bi ?"tanya Shin-hye

"Dia sakit, dia meninggal karena penyakit yang dideritanya. Setelah mendengar berita itu, tuan Haejin sangat terpukul. Semenjak itu, dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun, dia hanya terus datang ke club malam dan membawa wanita yang berbeda setiap harinya, hingga saat ini"jawab bibi Nam

Shin-hye tersenyum ke arah bibi Nam. Tapi, dia masih belum bisa memaafkan Haejin.

"Bibi yakin, nona Shin-hye pasti dapat meluluhkan tuan Haejin. Yang terpenting nona Shin-hye tidak menyerah"ucap bibi Nam

"Bi, mianhe. Aku sudah terlambat, aku pergi"pamit Shinhye

Bibi Nam hanya bisa tersenyum pahit, ia tahu ini akan sulit. Dia hanya bisa berdoa agar mereka dapat bersatu nantinya.

∆∆∆∆∆∆

Pusat pameran Dandelion Art's Gallery Gangnam

Shin-hye tengah berbincang dengan koleganya, seorang pelukis terkenal berasal dari Prancis. Pria itu berawakan tinggi dan juga tampan, dia bernama Frederick Bonaparte.

"Lukisan anda sangat menarik nona Park. Tapi, ada satu lukisan yang mencuri pandangan saya. Perempuan berkerudung hitam"ujar Frederick

"Terima kasih atas apresiasi anda Mr. Frederick, lukisan perempuan tersebut saya buat disaat saya sedang berada di suatu kondisi yang sangat sulit. Penderitan dan kesedihan, itulah pesan yang saya sampaikan dalam lukisan ini"jelas Shin-hye

"Hmmm, begitu. Aku mengerti, memang aura dari lukisan ini sangat tajam, aura kesedihan, penderitaan dan tentu saja dendam. Bukan kah begitu nona Park"lanjut Frederick

"Anda benar Mr. Frederick"jawab Shin-hye sambil menyunggingkan senyumannya

Ditengah perbincangannya, Shin-hye melihat ayah dan juga suaminya tengah membawa serombongan orang-orang berjas yang tengah melihat-lihat isi pameran Shin-hye.

You Hurt (Protect) MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang