tujuh

22 10 2
                                    


Setelah sampai  di ruang panitia rian menurunkan vira.

" makasih ya...  " ujarnya pelan saat rian menurunkan tubuh nya.

Rian hanya mengangguk lalu tersenyum.

" nanti kamu diem aja di sini ga usah ikut ke luar ya " ujar rian yang di balas anggukan oleh vira.

Rian pun segera menuju lapangan untuk mempersiapkan  apa yang  harus ia siapkan untuk hari ini.

....

" aww...  " vira tiba - tiba meringis saat tangannya yang terkena pecahan kaca tadi sedikit  tertekan olehnya.

" vir... Kamu gapapa " tanya rian sigap menghampiri  vira.

" enggak kok aku gapapa " jawab vira tersenyum, agar rian tak khawatir.

Namun saat rian melihat ke arah  tangan vira ia melihat perban yang di pake oleh vira merah penuh dengan darah.

Seketika rian pun berteriak kepada riksa yang kebetulan  hari itu riksa menjadi penanggung  jawab p3k.

" ca...  Cacaa " teriak rian sembari keluar menghapiri riksa.

Merasa ada yang memanggil  namanya riksa seketika menoleh ke arah suara tersebut.

Posisi nya tidak terlalu jauh dari rian membuat ia dapat mendengar teriakan rian yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Karna teriakan rian yang seperti tengah panik, ia pun sedikit berlari ke arah lelaki itu.

" lu bisa ngobatin vira gak?  Tangannya berdarah lagi" ujar rian sedikit panik saat riksa berada di hadapannya.

" ga bisa gue mau obatin adek kelas dulu,  katanya pingsan " bohongnya.

"  yaudah gue minta obat luka buat vira" ujarnya , riksapun mengerti  bahwa rian meminta obat merah dan perban serta plester  untuk luka di bagian tangan vira.

Riksa memberikan obat tersebut  dan berlalu pergi.

Berbeda dengan rian ia sedikit mematung sebelum kembali  menemui vira " jantung gue bakal aman gak yah " ujarnya pada diri sendiri.

Rian berjalan menuju ruangan panitia untuk mengobati  luka vira.

" ganti dulu perbannya ya... Ini udah penuh sama darah " ujarnya membuka plester pelan.

" kalo sakit gapapa bisa jambak aku aja" lanjutnya tersenyum.

" stt aww....  " ringis vira saat plesternya di buka.

" e-ehh maaf " ujar rian saat mendengar vira meringgis.

Sementara di balik jendela riksa tengah mengintip.

" mending dia aja yang ngobatin, gue mah alih fropesi dulu jadi dokumentasi " ucapnya pelan sembari  tertawa kecil dan menggabadikan gemasan vira dan rian.

Setelah nya riksa berjalan mengendap-ngendap pergi dari sana.

Panen karya di sekolahnya berjalan lancar tanpa kendala sedikitpun.

....

sepulangnya dari sekolah vira memilih bermain  dengan rian di taman untuk sekedar menenangkan dirinya.

Rian  duduk dengan membawa dua buah ice cream coklat kesukaan vira.

" mau?  " tanya rian sembari menyodorkan ice cream.

" mau...  Mau... " ujarnya merebut kedua ice cream dari kedua tangan rian.

" eittts.... Ada syarat nya " potong rian saat tangan vira menyerobot kedua ice cream itu.

Belum sempat  memberitahukan syaratnya vira dengan cepat merebut kedua ice creamnya.

" apapun syaratnya aku akan terima ,asal tu ice cream buat aku dua-duanya "ujarnya tanpa  mengetahui  syarat dari rian.

" yakin? " tanya nya

" yakin -yakin " ujar vira merebut kedua ice creamnya.

" kamu harus jadi pacar aku "ujar rian membuat sang empu menelan ludah dengan susah payah.

" kalo ayah tau gimana? "

" kita backstreeat  ajaa,  masalah ketahuan enggaknya itumah belakangan "

Vira menggangguk pasrah, pasal nya ia juga sama mencintai rian.

Namun di sisi lain reno sedang berjalan melewati taman tersebut dan melihat  vira sang anak sedang bersama rian.

reno pun berjalan  ke arah mereka  berdua yang sedang  bersenang gurau.

" vira arletaa..... " bentaknya membuat  vira dan rian  kaget dan seketika terdiam.

Orang - orang yang berada  di sekitar  mereka pun melihat ke arah mereka  saat mendengar  bentakan reno.

Bahkan sebagian orang menatap tak suka kepada reno yang tak tahu situasi dimana ia berada sekarang ini.

"ikut pulang sama ayah " ujarnya sembari menarik kasar sang anak.

Vira pun pasrah ikut pulang bersama sang ayah, Dengan kaki yang tertatih -tatih dan sulit untuk berjalan.

....

Sesampainya  di rumah, tangan reno seketika menampar sang anak.

Plak

" kenapa kamu bisa main sama rian di taman,  ini

" kalo kamu gamau di atur sama ayah kamu bisa tinggalkan rumah ini " bentak reno dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arah pintu.

" toh cape juga ayah ngurus anak yang gak guna kayak kamu" lanjutnya.

Vira pergi menuju kamarnya dan berniat untuk  membereskan  pakaiannya ke dalam tas.

"lebih baik gue pergi dari rumah,  daripada di sini malah bikin masalah  terus" ujarnya pada diri sendiri.

Setelah  ia membereskan  pakaiannya ia berjalan menuruni anak tangga dan berniat untuk pergi dari rumah.

" kamu yakin mau pergi dari rumah ini? " tanya reno saat melihat vira turun dari lantai atas dengan membawa  koper yang pastinya berisi pakaian vira.

" daripada  ayah  merasa terbebani  dengan kehadiran aku lebih baik aku pergi dari rumah ini" ujar vira.

Seketika reno tersenyum smirk ke arah vira.

" baiklah jika memang itu keputusan  kamu, silahkan pergi " bentaknya sembari menunjuk ke arah pintu.

" dan satu lagi,   ayah minta motor kamu kembalikan kepada ayah " lanjut reno yang membuat vira seketika mematung.

Vira pun memberikan sebuah kunci motor kepada sang ayah.

Ia pun berjalan pergi dari rumahnya dengan membawa uang simpanannya selama ini.

" untung aku punya uang simpanan jadi  aku masih bisa punya simpanan buat beberapa hari kedepan" ujarnya sembari berjalan.

Segini dulu yaa

See u di part selanjutnya

Rumah Yang Berantakan [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang