"Time's up, adik-adik!"
"Yahhhh...."
Hingar-bingar kekecewaan segera memenuhi ruangan menyambut informasi yang baru saja diumumkan. Satu persatu mahasiswa mulai beranjak menyerahkan helai kertas pada sosok berumur yang setia berdiri di depan mereka. Wajah-wajah muda itu tampak kuyu sebab 90 menit bertahan dalam situasi yang mencekik. Tidak seorangpun berkenan menorehkan senyuman meski menit-menit yang dianggap krisis tersebut terlewati dengan baik.
Idiot mana yang masih bisa tersenyum setelah ujian dadakan yang mengakibatkan jari keriting dan kepala pusing?
"Good job, Manggala." Sosok itu berseru bangga sambil menepuk pundak salah satu mahasiswanya.
"Makasih, Pak Sandy." Balas mahasiswa bernama Manggala. Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar yang tidak ayal membuat orang-orang di sekitar berdecak kesal.
Manggala Lingga, selalu saja pemuda berkacamata bundar itu yang mengacaukan sukacita maupun duka lara yang dialami teman-teman sejawatnya. Tersenyum lebar disaat teman-temannya bersiap melambaikan tangan pada kamera— yang sebenarnya tidak pernah ada di sana, lantas pada akhirnya hanya dia yang diagungkan sementara yang lainnya dianggap payah. Sungguh menyebalkan.
"Perhatian! Lusa saya akan pulang ke Semarang, saya tidak bisa memastikan kapan akan kembali, jadi untuk jaga-jaga kalian akan saya bebani tugas sebagai pengganti absensi untuk minggu depan."
"Yahhhh... Pak!" Kegaduhan kembali mengudara.
"Materinya nanti saya kirim ke Manggala. Harus selesai dikerjakan sebelum jadwal kelas minggu depan, paham?" Perintahnya mutlak.
Semua orang tampak keberatan namun tidak cukup berani menumpahkannya secara langsung. Ayolah, sosok berumur senja dengan kepala hampir ditutupi uban itu acapkali membebani mahasiswa dengan tugas-tugas diluar nalar.
"Manggala?"
"Iya, Pak." Sahut Manggala. Bibirnya yang tak henti tersenyum benar-benar memuakkan.
"File tugas akan saya kirim lewat email. Segera sebarkan ke teman-teman setelah kamu menerima email dari saya."
"Siap, Pak." Manggala berseru tegas. Biar culun-culun begitu urusan kepemimpinan dan tanggung jawab sosoknya amat sangat bisa diandalkan.
"Ya sudah, saya izin mengakhiri kelas lebih awal. Selamat istirahat, Manggala."
"Hehe, iya Pak."
Begitulah akhir dari percakapan singkat sang dosen senior dengan mahasiswa kesayangannya. Well, sejatinya Manggala adalah kesayangan para dosen dan staff Fakultas Hukum, Universitas Neo. Pribadinya yang tangguh, pekerja keras, cekatan, dan bisa diandalkan begitu dielu-elukan, kecerdasannya melahirkan banyak prestasi di bidang akademik— baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Kalau saja fisik dan penampilannya di atas rata-rata mungkin presensinya bisa dianggap sebagai legenda.
Tuhan maha adil, bukan? Apa jadinya bila manusia sehebat Manggala diciptakan tanpa cela? Kasihan anak tetangganya.
Selepas beres-beres Manggala bergegas keluar kelas hendak menuju tempat biasa dia melepas penat. Siulan menggoda teman-temannya sepenuhnya dia abaikan. Mereka memang senang menggoda Manggala dalam setiap situasi, entah bermaksud membuli atau sekedar bercandaan saja. Dari sisi mereka mungkin terlihat menyenangkan, tapi Manggala? Bukankah sudah sangat jelas? Pemuda itu selalu menampakkan raut tidak nyaman saat dirinya dijadikan objek tertawaan.
Dia kesal, hanya saja takut untuk melawan. Lagipula Manggala tidak ingin terlihat sama buruknya seperti mereka. Anggap saja mereka sekumpulan orang iri yang frustasi karena ekspektasi orang tua. Mereka frustasi lalu melampiaskannya pada Manggala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hottie Nerdy (END)
RomanceSHORT STORY 🔞🔞 No spoiler, langsung baca ajaaa 🍌🍌 CW❗ • Markhyuck face claim • Genderswitch • Mature content • Harsh words