aku sadar aku bukanlah siapa siapa baginya. jadi rasa curiga dan kesalku, aku simpan untuk diriku sendiri. aku meresponinya dengan biasa. aku tetap ramah dengannya. karena mau bagaimanapun, aku tidak punya hak untuk meminta penjelasan tentang kejadian ini.
dia bercerita bahwa dia saat itu tengah keluar bersama temannya. dan dia sedang berteduh karena kehujanan.
tapi dia tidak menceritakan siapa temannya itu. apakah lelaki atau perempuan. tapi aku juga tak punya hak untuk menanyakan hal itu.
namun, satu hal yang aku sadari selanjutnya, lagi-lagi dia menyembunyikan (hide) aku dari story Instagramnya. aku semakin tak mengerti, hal apa yang tak dia izinkan untuk aku lihat.
satu kali dua kali, aku hanya bisa diam dan memendam.
akan tetapi, hari demi hari berlalu. hal ini terulang lagi dan siklusnya selalu sama. dia tiba tiba menghilang lalu dia menyembunyikan aku dari story Instagramnya.
hingga pada akhirnya, aku mencapai di titik dimana aku sudah tidak dapat lagi melanjutkan semua ini. aku memutuskan untuk menutup komunikasiku dengan dia.
"Dave, aku ingin bicara sesuatu."
"Sepertinya kita tidak perlu ngobrol secara intens seperti ini lagi."begitulah isi pesanku. ya, aku sudah memutuskan akan cut off dia secara baik-baik.
awalnya dia menanyakan alasanku, tetapi aku beralibi bahwa aku hanya ingin sendiri supaya tidak mudah overthinking. ya hal ini ada benarnya juga sih. dan dia dengan begitu mudahnya mengiyakan ajakanku.
namun, sebelum benar benar memutuskan semua ini, aku menanyakan satu pertanyaan penting untuk yang terakhir kali.
apakah dia memiliki kekasih? atau seseorang yang harus dia jaga hatinya?
dia menjawab, tidak ada.
baiklah, berarti aku tidak menjadi sosok antagonis dalam cerita ini. biarlah semua aku pendam sendiri.
akan aku ingat hal hal yang baik dari dirinya.senang bisa mengenalmu, Dave.
kamu memberi warna baru dalam hidupku.