iii. Blunder

155 18 1
                                    

Kini Jimin tengah terduduk menangis tersedu-sedu di depan pintu rumah Taehyung. Padahal Taehyung baru pulang bekerja, tetapi justru dibuat bingung oleh Jimin.

"T–tae.."

Jimin menunjukkan isi e-mail di ponselnya yang bertuliskan 'Congratulation you have passed the test and officially being a manager of Jeon Jungkook...bla bla bla'.

Taehyung yang ikut senang kini telah menarik Jimin ke pelukannya. "Baiklah, aku akan melakukan selebrasi untukmu."

---

Hari ini adalah hari pertama Jimin bekerja, sepertinya tidak begitu sulit karena Jungkook sedang tidak ada jadwal penting. Jimin sampai di kantor pukul 06.30 pagi, wajar saja kantor masih belum ramai orang. Memang pada dasarnya Jimin terlalu bersemangat di hari pertamanya bekerja. Akhirnya Jimin memutuskan untuk duduk bersantai di dalam ruang manajer sambil memainkan ponselnya.

Cklek

Suara pintu terbuka, seseorang menggunakan hoodie hitam dengan celana hitam setinggi lutut masuk ke dalam ruangan Jimin. Wajah pria tersebut tertutup tudung hoodie, tetapi perawakannya sungguh gentleman, Jimin hampir tak berkedip.

Tubuh pria ini sungguh atletis dan juga tinggi, otot bisep dan trisepnya tercetak jelas dibalik hoodie hitam tersebut. Jimin memandangi pria itu dari ujung kaki ke ujung kepala.

"J..jungkook-ssi," begitu tersadar Jimin refleks bangkit dari duduknya lalu membungkuk sopan.

"Tak perlu seperti itu padaku, kau lebih tua bukan?"

"Baiklah" Jimin kembali duduk dengan posisi tegap, Jimin bingung harus bereaksi seperti apa. Ekspektasi Jimin tentang Jungkook sang lelaki imut menggemaskan sudah hancur menjadi debu. Siapa sangka, Jungkook justru lebih tinggi daripada dirinya. Dan juga, tubuhnya jauh lebih manly daripada dirinya. Jimin insecure, merasa gagal sebagai kandidat fanboy tampan dan gagah nomor satunya Jungkookie.

"Jimin-ssi bisakah kau membelikanku sarapan?"

Jungkook duduk di samping Jimin, ia menegak air dari dalam botol yang dibawanya. Keringatnya masih terus bercucuran.

"Kau ingin membeli apa Jungkook-ssi?"

"Susu pisang dan burger."

"Baiklah, tunggu sebentar." Saat Jimin hendak melangkah menuju pintu, Jungkook menahan lengannya.

"Bolehkah aku meminta kontakmu? Aku kira aku akan membutuhkannya nanti."

"O-ohh, maafkan aku Jungkook-ssi seharusnya aku yang meminta kontakmu terlebih dahulu, maafkan aku."

"Tidak apa-apa, kemarikan ponselmu." Jungkook mengetikkan id kontaknya pada ponsel Jimin. Setelah selesai, Jimin melenggang keluar ruangan menuju supermarket terdekat.

Jeon Jimin

Haloo Jungkook-ssi

Ini aku Jimin
[06.47]

Jungkook yang sudah mendapat kontak Jimin hendak menyimpannya tetapi atensinya teralihkan oleh nama id Jimin yang bertuliskan 'Jeon Jimin'. Seingat Jungkook, nama manajernya ini adalah Park Jimin, bukan Jeon Jimin.

Lima belas menit berlalu akhirnya Jimin kembali dengan sekantong makanan pesanan Jungkook.

"Terimakasih Jimin."

"Ya, terimakasih kembali. Ah omong-omong apa kau baru saja selesai berolahraga?"

"Ya, aku baru saja selesai lari pagi." Jungkook melahap makanannya dengan gigitan besar, nampak seperti belum makan sejak kemarin.

"Ah, begitu."

"Ya, begitu."

Jungkook terdiam fokus mengunyah makanan tetapi isi kepalanya gemas ingin bertanya mengenai nickname id chat Jimin. Tetapi Jungkook rasa, menanyakan hal tersebut tidak cukup penting, tetapi Jungkook hanya ingin tahu.

Seusai makan Jungkook pergi keluar untuk mandi, ia pulang ke apartemennya. Letak apartemen Jungkook dekat dengan gedung agensi, agar mempersingkat waktu jika ada kepentingan mendesak jadi tidak perlu berlama-lama di perjalanan.

Tugas Jimin hari ini hanya mengatur ulang jadwal Jungkook, dikarenakan manajer yang sebelumnya telah dipecat. Jimin dengar-dengar Jungkook sangat sering bergonta-ganti manajer, ia sudah berganti manajer sebanyak tiga kali dalam kurun waktu dua tahun. Maka dari itu Jimin akan sangat berhati-hati saat bekerja, kesempatan ini tidak boleh ia sia-siakan. Sepertinya juga Jungkook merupakan tipe orang yang pemilih, Jimin berjanji akan menjadi seorang manajer yang bertanggung jawab. Dan mulai hari ini ia telah mendedikasikan dirinya untuk membangun citra Jungkook agar semakin baik dimata publik serta mengatur jadwal dengan tepat, baik dalam jangka waktu pendek atau panjang.

---

Waktu menunjukkan pukul 17.20, tugas Jimin sudah selesai. Jungkook juga berkata kalau Jimin sudah boleh pulang.

Jimin pulang dengan menaiki sepeda dikarenakan ia belum memiliki kendaraan pribadi dan juga hari ini Taehyung tidak dapat menjemputnya. Lagipula jarak kos Jimin ke agensi hanya sekita tiga kilometer.

Sebelum pulang, Jimin pergi ke swalayan terdekat untuk membeki bahan masakan. Ia memutuskan untuk masak saja malam ini, ia ingin berhemat.

---

Singkatnya kegiatan Jimin hari ini sungguh mulus tidak ada rintangan sama sekali, Jimin bersyukur. Kini Jimin tengah bersantai bermain ponsel, sesekali ia memakan cemilan yang baru saja dibeli.

Drrtt drrrtt

[Notifikasi chat: JK]

"Ada apa Jungkook mengirim pesan padaku malam-malam begini?" Jimin menepuk-nepuk tangannya yang kotor karena remahan biskuit.

JK

Se-begitu sukanya kah kau padaku?

Bahkan kau menggabungkan margaku dengan namamu

Jeon Jimin~
[21.05]

Jeon Jimin

*blocked.

Perut Jimin terasa mual, detak jantungnya juga terasa melemah, tangannya lemas. Ia sudah tidak sanggup untuk mengetik apapun.

Ia merutuki betapa bodoh dirinya, ia lupa mengganti nickname id chat akun miliknya. Dan lebih bodohnya, karena terlewat panik ia refleks memblokir kontak Jungkook.

"Y-yaa Jiminie bodoh, tuhan tolong..aku harus apa.."

Ah, hari yang ia kira lancar justru terdapat rintangan besar di penghujung hari.

Jimin sangat takut, ia takut bertemu Jungkook esok hari. Apakah Jungkook akan marah? Atau akan langsung memecatnya?

Jimin harap bumi dapat menelannya sekarang juga.



Happy new year all🌠✨️‼️,
New year new chapter is out!!

Makasiih banyak buat kalian yang udah support aku melalui vote+commet

Aku bakal lebih banyak belajar lagi terutama dalam hal pengetikan, THANK UUUU pokoknya ilyyy<3

Manager ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang