O N E

1K 107 8
                                    

Seorang gadis bersurai ke-coklatan tengah sibuk menyantap makanan bersama wanita lain yang duduk bersebrangan dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis bersurai ke-coklatan tengah sibuk menyantap makanan bersama wanita lain yang duduk bersebrangan dengannya. Mereka berdua tengah fokus dengan makanan masing masing, hening tak ada obrolan apapun. Yang terdengar hanyalah suara garpu dan sendok yang sedang beradu bersama piring putih disana.

"Bagaimana kuliahmu, Jennie?"

Suara lembut wanita itu membuyarkan kegiatan si gadis, ia menatap wanita diseberang nya dengan senyum kecil sebelum membuka mulut untuk menjawab.

"Semuanya lancar bi.."

"Syukurlah, aku harap kau bisa lulus dengan nilai yang baik"

"Terimakasih untuk makanannya, aku harus berangkat sekarang. Pacarku sudah menjemput."

"Pacar?"

"Iya, aku sudah pacar! sampai jumpa bibi yeri! aku mencintaimu."

Jennie mencium pipi sang bibi singkat sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah tersebut. Yeri hanya geleng geleng melihat tingkah laku keponakannya, ternyata gadis kecil yang sudah ia rawat selama 15 tahun terakhir sudah punya pacar dan tumbuh dewasa. Yeri tidak habis pikir, dia sendiri saja belum menikah sampai usianya menginjak 37 tahun. Bukan tak laku, hanya saja ia belum menemukan tambatan hati yang cocok.

Yeri melangkah berjalan melewati tangga dengan sebuah nampan ditangannya yang berisi sarapan, ia menuju ke sebuah kamar. Sesampainya disana ia diam sejenak, menghela nafas kasar sebelum mulai mengetuk pintu kayu usang kamar tersebut.


tok..

tok..


"Aku Yeri, ingin membawa sarapan. bolehkah aku masuk?"

Yeri tahu dia tidak akan mendapatkan jawaban apapun dari balik pintu. Namun ia akan selalu meminta ijin dan mengetuk pintu tersebut untuk sekedar memastikan.



ceklek..



Pintu itu terbuka memperlihatkan sebuah kamar gelap yang cukup berdebu seperti tidak pernah dirawat bak gudang. Segala furnished mewah dengan aksen vintage didalamnya terlihat tak layak akibat tertutup debu tebal dan usang. Yeri menelisik mengamati keadaan seisi kamar, netranya terhenti tak kala menemukan sesosok pria tengah duduk dikursi dekat jendela kamar menatap kosong kearah jendela yang bahkan curtain-nya saja tidak terbuka.

Jujur yeri merasa prihatin dan juga sedih melihat keadaan kakak iparnya yang kian hari kian buruk saja. Penampilannya sangat kacau, rambut hitamnya memanjang, kumis dan jenggot itu juga mulai menebal, matanya sayu dan tubuhnya semakin kurus. Dulu kakak iparnya ini adalah seorang tampan yang selalu dipuja. tapi sekarang? ia tak lebih dari seorang gelandangan tunawisma.

Yeri berjalan mendekat dengan hati hati, menaruh nampan yang ia bawa pada nakas.  Ia membuka curtain, sinar matahari pagi langsung masuk memberikan sedikit penerangan.

Daddy's HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang