Chapter ?: Massacre Game

41 17 5
                                    


Suatu hari dimana pembantaian manusia terjadi. Para iblis dengan niatan memusnahkan seluruh umat manusia berusaha untuk meratakan dunia.

Para iblis menganggap pembantaian manusia seperti sebuah permainan yang harus mereka menangkan. Pembunuhan, invasi, penyerangan, penyerapan kekuatan dan jiwa, memakan para manusia, semua itu begitu kejam.

Sampai beberapa orang membentuk sebuah organisasi yang masih tidak diketahui asal usul orang orang tersebut. Mereka dikenal sebagai "The Demon Hunter." Mereka bertekad dan berambisi memusnahkan seluruh iblis dan menggagalkan para iblis untuk meratakan umat manusia.

Suatu hari, pembantaian mulai terjadi, beberapa iblis menyerang sebuah kota, pembantaian terjadi.

Cerita dialihkan kepada dua remaja bernama Azazel dan Fanny. Dua orang pemuda 16 tahun, korban dari pembantaian kota. Banyak yang menjadi korban di pembantaian ini. Azazel, salah satu pemuda di cerita ini,

Perasaan takut yang Fanny tahan pada akhirnya pecah juga. Sempat terganjal di dalam benaknya, mungkin inilah malam terakhir untuknya bernapas di dunia.

Terasa menyedihkan memang....., apalagi saat dia membayangkan wajah ibunya yang selalu menunggunya pulang ke rumahnya.

"Maaf bu...., anakmu ini mungkin tidak akan bisa pulang." Gumam Fanny, lirih dalam lubuk hatinya.

Fanny memejamkan kedua mata, pasrah dan berfikir bahwa dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan, setidaknya hal itu cukup mengulur waktu untuk Azazel melarikan diri, salah satu dari mereka harus ada yang selamat bukan?

Akan tetapi, yang terjadi malah diluar dugaan. Tubuh Fanny tiba-tiba tersungkur, terdorong ke arah samping.

Perlahan-lahan, Fanny mulai memberanikan diri membuka kembali kedua matanya. Fanny terlempar cukup jauh dan lututnya terasa perih akibat bergoresan langsung dengan aspal.

"A-apa yang barusan terjadi?" Fanny mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan betapa terkejutnya dia, ketika melihat ada tubuh lain yang terkapar bersimbah darah.

"Azazel!!" Teriaknya sambil menangis, setelah mengetahui kalau justru sahabatnya lah yang menerima serangan iblis menggantikan dirinya. Sambil merangkak, dia dekati--coba meraih tubuh Azazel yang saat ini tengah terbaring tak berdaya.

"Fanny, kamu baik-baik saja 'kan?" Bahkan disaat-saat sekaratnya sekalipun, Azazel masih sempat mengkhawatirkan kondisi sahabatnya itu, sambil menahan rasa sakit bukan main akibat luka di bagian perutnya.

Sesaat sebelum iblis itu menerkam, tiba-tiba saja tubuh Azazel bergerak dengan sendirinya. Didorong oleh naluri kuat untuk melindungi Fanny, apapun resikonya.

Azazel yang berdiri kemudian berlari sekuat tenaga, cepat-cepat mendorong tubuh Fanny menjauh. Namun sayang, salah satu cakar tajam iblis itu mengoyak dan merobek sedikit bagian sebelah kanan perutnya.

"Azazel!!, kenapa kau melindungiku? Harusnya kau lari saja dari sini, jangan perdulikan aku." Suara parau diselingi tangis tersedu-sedu Fanny, dia berusahan mencoba mengurangi pendarahan yang saat ini sedang di alami oleh Azazel dengan coba menutup menggunakan kedua telapak tangan ke bagian yang terluka sobek.

"La-lari...!!" Ucap Azazel dengan nafas tesengal-sengal, "ini keputusanku sendiri, jadi jangan merasa bersalah."

"Setidaknya kamu harus tetap hidup untuk mengungkap semua yang sudah terjadi." Mendengar kata-kata perpisahan yang keluar dari mulut sahabatnya, tentu membuat hati Laras terguncang. Apalagi ketika membayangkan bagaimana nanti tubuh Azazel di mangsa hidup-hidup oleh iblis itu.

Merangkul erat-erat tubuh Azazel yang saat ini ada di ambang kematian. Fanny lebih memilih mati bersama-sama, ketimbang harus lari dan menanggung beban rasa bersalah seumur hidupnya.

Freedom From The Demons Season 1: Call Of The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang