Chapter 4

44 13 42
                                    

"Lo Bakal selalu kalah sama gue Gracia, secara dunia lebih berpihak ke gue daripada Lo"

— Vera Indriyani —




Belum sempat Gracia berkata apapun tubuhnya terhempas keras di atas lantai marmer ruang kerja Heru. Gadis itu Kesulitan menghirup oksigen. Tekanan kuat di punggungnya membuat gadis itu kesulitan bernapas.

Tuhan.

"KAMU EGOIS!" murka Heru. Gracia memaksa tubuhnya duduk, gadis itu menatap tajam Heru.

"Egoisan mana sama Papa? Sejak Papa menikah lagi, Papa gak pernah merhatiin Cia sama bang Ken!"

"Apa pernah Papa nanya keadaan Kami berdua gimana?" Gadis perlahan berdiri walau dengan nyeri di punggungnya.

"Nggak pernahkan, Pa?" Gracia menggelengkan pelan kepalanya.

"Waktu Papa minta izin untuk nikah lagi, Kita berdua nggak pernah nentang permintaan Papa."

"Waktu Papa bawa mereka tinggal sama kita, Cia juga nggak pernah ngehalangin Papa." Gracia melirik ke arah Vera dan Selva yang berdiri di sebelah Heru.

"Dan sekarang Papa bilang Cia egois?!"

“Papa cuma mikirin perasaan Papa dan keluarga baru Papa, nggak pernah mikirin bagaimana perasaan Cia sama bang Ken!" nafas gadis itu memburu tak karuan, dirinya sangat marah kali ini.

"Papa terlalu sibuk dengan keluarga baru Papa! Papa sibuk mengurus dua parasit ini!" Gadis itu menekan kata parasit pada kalimatnya di hadapan dua perempuan itu.Erik mendecak marah.

"PAPA NGGAK PERNAH NGAJAR KAMU BICARA KASAR SEPERTI ITU, GRACIA!" bentak pria paruh baya itu membuat Gracia terdiam.

Mulut gadis itu menganga tidak percaya. "Semua yang Cia katakan itu belajarnya dari Papa!"

Selva mendekat ke Heru, tangan wanita itu mengelus punggung Heru, mencoba menenangkan suaminya itu. "Tidak apa-apa, Sayang. Aku dan Vera baik-baik saja. Kau jangan memarahi Gracia."

"Gak usah munafik lo!"

"GRACIA!"

"Kamu bawa Vera ke kamar sekarang!" perintah Erik kepada Selva dan langsung mendapat anggukan dari wanita itu. Selva dan Vera berjalan menjauh dari keduanya.

"Selamat berjuang," bisik Vera saat melewati tubuh Gracia yang kini semakin menegang karena ulahnya. Tubuh keduanya hilang di balik pintu ruang kerja Heru.

Heru yang sedari tadi sudah menahan emosi langsung langsung kembali mendorong tubuh Gracia, membuat gadis itu terjatuh ke belakang. pria itu ikut jongkok di hadapan Gracia menyeratakan tinggi keduanya.

"Otak kamu itu dipake!" Heru memukul kepala Gracia berkali-kali dengan telapak tangannya.

"Selva itu mama kamu!" peringat Heru sekali lagi dan langsung mendapat gelengan dari Gracia.

"Dia parasit, dia bukan mama Cia!" bentak Gracia.

"CUKUP, GRACIA! KAMU SUDAH KETERLALUAN, SELVA ITU MAMA KAMU!"

"MAMA, MAMA, NGGAK! CIA NGGAK SUDI PUNYA MAMA JAHAT KAYAK DIA."

"NYESEL PAPA NGEBESARIN KAMU!" bentak Heru kali ini tak main-main lagi, wajah  pria itu memerah menahan amarah.

"MENURUT KAMU TADI PAPA GAK MALU KAMU BUAT KERIBUTAN KAYAK ORANG GILA DI ROOFTOOP?"

"ANAK DIREKTUR TINGKAH KAYAK BINATANG!"

GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang