"Ternyata jadi Lo emang sesakit itu Ci, mungkin yang gue rasain sekarang belum ada apa-apanya dibanding yang Lo rasain selama ini"
—Vera Indriyani—"Gimana? Menyenangkan bukan? Akhirnya Lo ngerasain secebis rasa sakit yang gue rasain Ver"
—Gracia Violetta Praditya—
"Kenapa bisa sesakit ini?" Perlahan air mata Vera meleleh dari sudut-sudut matanya.
"Gue cuma butuh kasih sayang,bukan penderitaan," Ia mulai terisak pelan, mati-matian ia menahan air matanya, namun semakin ditahan perasaan itu semakin menyakitkan di dalam sana.
“Gue mohon, Lo bangun Cia! Gue mau minta maaf sama lo" Suara guntur perlahan tertangkap di telinganya, membuat hati dan perasaannya makin kalut. Bayangan Gio yang sedang menemani Gracia di rumah sakit membuat dada gadis itu makin sesak.
"Gue sejahat itu ya? Gue ga bakal berulah lagi Ci." Gadis itu menendang-nendang pagar pembatas rooftop di sana, meluapkan semua kekesalan di hatinya.Aliran air mata di pipinya perlahan menyatu dengan rintik hujan yang turun membasahi bumi.
BRAK!
Tubuh Vera di dorong hingga terperosok jatuh ke lantai.
"Akh!" pekik gadis itu, kepalanya sakit mengenai sudut lancip meja. Gadis itu bisa merasakan kulit bagian pelipisnya robek saat menyentuh sudut meja.
"Keluar dari sekolah ini tolol!"
"Lo bener-bener gak punya malu ya?!"
"Saudara lo kritis gara-gara lo dan lo sesantai itu datang ke sekolah!?" Vera menghela napas pelan, di dalam kelas hanya tersisa beberapa orang karena bel pulang yang sudah bunyi belasan menit yang lalu.
Tadinya ia hanya berencana mengambil tasnya setelah turun dari rooftop dan langsung pulang, namun sepertinya Mela dengan sengaja menunggu di dalam kelas, menunggu Vera datang mengambil tas untuk merundungnya.
"Gue mau pulang,” ucap gadis itu sambil berusaha bangkit, namun dirinya ditahan dan dipaksa tetap duduk di lantai oleh orang-orang itu.
"Bentar napa, buru-buru banget.” Vera kembali menghela napas, ia harus bersabar menghadapi hal ini. Gadis itu bisa merasakan cairan yang berasal dari luka pelipis mengalir perlahan membasahi pipinya.
"Roda itu berputar Ver, dulu lo selalu sok-sokan menjadi nomor satu...." Mela menggantung ucapannya.
"Tapi sekarang udah nggak lagi. Lo udah gak bisa lagi, Ver," lanjut gadis itu.
"Di mata orang-orang lo sekarang gak lebih dari seorang penjahat, psikopat, pembunuh." Mela tersenyum miring. Vera menatap tajam mata gadis itu lalu tersenyum miring.
"Seperti kata lo, roda itu berputar ...." Vera menjeda ucapannya.
"Jadi tunggu tanggal main gue!" Mela jongkok menyetarakan tinggi keduanya, tangannya meraih dagu Vera, memaksa gadis itu untuk mendongak.
"Bahkan di saat seperti ini lo masih bisa ngancam, Ver?"
"Waktu Lo buat bermain-main udah abis."
•
"Gue tunggu di bawah.” Kenzo melepaskan Cengkramannya di lengan Vera lalu berjalan keluar kamar.
“Kemana?" Pertanyaan Vera membuat laki-laku itu menghentikan langkahnya. Kenzo tersenyum tipis sejenak sebelum akhirnya berucap pelan.
"Gracia udah siuman." Vera diam menunggu Kenzo melanjutkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracia
Teen Fiction⚠️Warning! Plagiat dilarang mendekat! Cerita ini hanya karangan penulis,jika ada kesamaan nama tokoh,tempat,dan kejadian itu hanya kebetulan semata!⚠️ Bohong jika mereka mengira aku adalah manusia yang bersikap dewasa. Aku baru saja mengenal dunia s...