Chapter 7

15 1 0
                                    

"Gue capek dijadikan bahan bully sama orang-orang Ci! Lo harus bantuin gue! Gue udah kaya orang gila!"
—Vera Indriyani





"Kenapa gak ada yang percaya sama gue!" bentak Vera, air matanya mengalir karena rasa sakit di wajahnya.

"Ikut gue!" Kenzo kembali menyeret tubuh Vera menjauh dari sana, membawanya kembali pulang ke rumah

Gio, laki-laki itu hanya bisa diam berdiri di sebelah pintu ICU sambil menatap kosong kepergian kakak beradik itu dengan seragam sekolah yang penuh darah dari kepala Gracia.

Matanya beralih menatap mata Heru yang ternyata kini menatapnya dengan tajam, sebagai peringatan untuk jangan macam-macam. Gio menutup matanya sambil menghela napas pelan, beberapa detik ia menutup mata sebelum akhirnya ia membukanya kembali, pandangannya kembali jatuh ke dalam ICU tempat Gracia terbaring. Laki-laki itu tanpa mengertakan gerahamnya.

'Vera sialan, mati Lo!'.



Kenzo membanting tubuh Vera ke dalam kamarnya. "Sampai kapan lo mau bohong?" tanya Kenzo.

"GUE GAK BOHONG!" bentak Vera, gadis itu tersulut emosi. Ia itu menatap tak percaya ke Vera. "Bang," panggilnya, ia berusaha mengontrol napasnya yang makin tak beraturan.

"Lo gak percaya sama gue?" tanya Vera pelan.

Kenzo menganggukan kepalanya. "Emang Lo siapa? presiden?.” Jantung Vera mencelos.

"Renungin kesalahan lo! Kalau udah sadar panggil gue!" Kenzo berjalan keluar kamar lalu menutup pintu kasar, Vera dapat mendengar kakaknya itu menguncinya dari luar kamar.

Vera dengan segera berjalan ke arah pintu dan berusaha membukanya, walau ia tau kalau perbuatannya itu Sia-sia.

"AAARGH!" Gadis itu menendang-nendang keras pintu kamar menimbulkan suara gaduh.

"KENAPA GAK ADA YANG PERCAYA SAMA GUE!"

"GUE GAK DORONG TUH BOCAH!"

"APA YANG HARUS GUE LAKUIN SUPAYA LO SEMUA PERCAYA SAMA GUE, SIALAN!"


Vera berjalan dengan cepat melalui koridor kelas, ia menghindari tatapan siswa-siswi lain yang berada di sana. Ia berhenti melangkahkan kakinya begitu melihat keributan di depan kelasnya. Dahi gadis itu berkerut melihat semua teman-teman kelasnya berada di depan kelas dan terlihat rusuh.

Ia memberanikan diri berjalan mendekat ke arah sana. Beberapa orang di sana menyadari keberadaan Vera dan langsung mengode teman yang lainnya untuk melihat gadis itu.

"Oh ternyata Lo pelakunya.” Mata Vera membelalak lebar saat melihat seisi kelas yang hancur berantakan, awalnya ia tak ingin masuk ke dalam kelas itu namun semua orang yang berada di depan pintu malah menariknya dan mendorongnya masuk ke dalam kelas.

Semua meja dan kursi berjatuhan di lantai, taplak meja guru pun sudah tak lagi berada di atas meja, kain itu sudah menjadi lap di lantai. Sampah bertebaran di mana-mana, papan tulis penuh dengan kalimat tuduhan dan juga hinaan.

GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang