Chapter 6

35 8 28
                                    

"Bagaimana? Sudah puas bermain dengan seorang Gracia Violetta Praditya?

Gracia Violetta Praditya

"Kalo gue bilang Lo harus kalah ya kalah. Karena sekarang Lo itu cuma jadi karakter tambahan bukan seorang pemeran utama"

— Gracia Violetta Praditya —

"Kita bisa menang Ci, tapi semuanya perlu keberanian. Gue takut Lo ga berani"

— Kenzo Altario Praditya —

"Wow, Gracia? Gila, cara main Lo rapi juga. Agak sedikit nekat but, gwenchana"

— Kenzo Altario Praditya —

"Gue ga bisa!. But, itu cuma kata-kata yang gue jadiin topeng aja. Kita berhasil memutar balikkan rencana seorang Vera"

— Mela Shaquila Andreas —

"Gue nyesel mutusin Lo Ci"

— Giolano Alvarendra —

"Mamam noh penyesalan"

Dimas Adiyaksa







Pandangan Gracia naik menatap butiran air yang satu persatu perlahan turun dari langit, saat ini dirinya duduk sendirian di kursi koridor lantai dua, menunggu Vano, Kenzo, dan Mela yang sedang ke kantin membelikan minum untuk keduanya. Ia memutuskan untuk berdiri lalu berjalan menuju ke ujung koridor, satu tangannya perlahan terulur menadah air hujan. Gadis itu menghela napas pelan menatap beribu rintik yang membasahi tanah dan mulai menggenang di bawah sana.

'Hari ini, Gue harus bisa!'

Gadis itu dari atas menatap siswa-siswi yang hilir mudik di tengah lapangan dengan payung yang mereka bawa masing-masing.

"Gracia!." Suara seseorang membuat gadis itu menoleh ke belakang, melihat siapa yang datang membuat gadis itu menaikkan satu alisnya. Vera datang dengan rambut dan pakaian yang penuh kuah bakso, Gracia tersenyum miring.

"Kenapa, Ver? Udah nemu cara buat bikin nyokap lo cerai dari bokap gue?" tanya Gracia sambil bersandar di pagar pembatas koridor, ia melipat tangannya di depan dada. Vera menggertakkan gigi gerahamnya, kepalan tangan gadis itu mengeras di sisi tubuhnya. Bisa Gracia tebak kalau Vera baru saja dirundung oleh siswa lain.

"Gara-gara lo Ci?!" tunjuk Vera, Gracia mengerutkan dahinya.

"Gara-gara lo gue dibully satu sekolah!" bentak gadis itu keras, namun suaranya tenggelam dalam derasnya suara hujan dan hanya bisa di dengan Gracia.

"Lo pantes dapetin itu Vera...." Gracia menggantung kalimatnya.

Ia beranjak mengambil buku catatan biologi Kenzo yang ia taruh di atas kursi koridor.

"Apa yang lo rasain belum seberapa dengan yang udah gue rasain selama ini."

"Jadi selamat menanti kedatangan nasib buruk hari ini Vera." Vera beranjak dari tempat itu, ia tak ingin berlama-lama melihat wajah Gracia.

GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang