Bagian 3. Overlap

147 20 8
                                    

So Far Away

Bagian 3

"Overlap"


.

.

.

Semenjak kecelakaan yang menimpat dua kembar Ryu dan Rei, orang tua mereka memang sedikit berbeda. Keduanya seolah lebih memperhatikan Rei ketimbang Ryu walau katanya Ryu adalah anak bungsu. Mereka bahkan tak segan-segan untuk melimpahkan segala kesalahan pada Ryu walau ia tak bersalah.

Dan itu terjadi lagi hari ini.

Sepulang sekolah pada akhirnya Ryu kembali disidang dengan berbagai pertanyaan perihal pertengkaran tadi. Kedua orang tuanya memang menyewa beberapa mata-mata, dan tentu saja kejadian pertengkaran tadi sudah sampai di telinga keduanya.

"Mama udah bilang sama kamu berkali-kali kalo kamu harus jaga kakakmu mulai sekarang. Emosinya itu masih labil, dan harusnya pertengkaran tadi tuh nggak pernah terjadi nak!" ujar sang ibu dengan nada yang jujur saja terdengar menyalahkan.

Sampai titik ini Ryu hanya diam. Kakaknya tadi dibiarkan ke kamarnya untuk beristirahat, sementara itu dirinya yang dihakimi mana bisa membela diri saat ini. Toh, ayah dan ibunya akan selalu menyudutkannya.

Melihat si bungsu yang hanya diam membuat Aryo sedikit melunak. Dirinya yang tadinya ingin marah perlahan mendekat dan duduk di sebelah sang putra.

"Ryu kakakmu itu kehilangan mimpinya, dan kamu harus jaga perasaan kakakmu. Dia tertekan, dan jika terus di tekan maka itu tak akan baik untuk dia. Jadi, jaga yang benar Rei ya? Jangan sampai pertengkaran seperti ini terjadi lagi!"

"Kalau perlu, jauhkan sekalian kakakmu dari lingkup olahraga yang akan membuatnya sedih itu!" ucap Aryo sembari mengusap pucuk kepala bungsunya.

Kata-kata dari Aryo barusan jujur aaja menohok bagi Ryu. Walau ia hanya diam saja sampai saat ini, Ryu amat tahu bagaimana perasaan kakaknya terkait ini. Dan untuk menjauhkan segala sumber yang memicu kesedihan sang kakak seperti yang disarankan Aryo, Ryu tentu tak akan tega.

Kakaknya yang murung selalu bisa antusias karena melihat orang lain berlari di lapangan. Lalu, apakah Ryu akan tega melunturkan senyum langka itu?

"Tapi pah, kakak suka walau cuma liat. Terus, masa kita tega ngehalagin kakak? Kasian di-"

"Justru lebih kasian kalo kamu biarin dia kayak gitu! Papa tadinya nggak mau ngomong ini, tapi kamu mungkin enak masih bisa melakukan semua karena kamu normal. Dan sekarang liat kakakmu! Dia nggak normal lagi, dia nggak bisa lari di lapangan lagi! Dan itu semua terjadi karena kecelakaan itu, tau nggak?!" tanpa sadar Aryo meninggikan suara di depan bungsunya.

"M-maafin Ryu Pah.. Ryu nggak bermaksud.." ujar Ryu sembari menunduk ketakutan.

Jujur saja Aryo merasa bersalah mengatakan semua itu hingga membuat Ryu seolah ketakutan, namun bungsunyalah yang memancingnya.

Yang ia tahu, Rei akan merasa sakit jika terus berdekatan dengan mimpi yang tak bisa ia wujudkan. Dan Aryo tentu saja tak ingin membiarkan putranya sakit hati. Ia tak bisa membiarkan darah dagingnya merasa sebagai individu yang tidak berguna dan menyedihkan.

"Papa harap kamu bisa ngertiin Ryu. Kita semua jaga perasaan kakakmu karena kata dokter semua ini bisa aja ngerusak mental Rei. Jadi Papa mohon ngerti. Jangan ngelakuin semuanya seenakmu sendiri."

SO FAR AWAY : Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang