Bagian 2. Dream

205 22 5
                                    

So Far Away

Bagian 2

"Dream"

.

.

.

Bagi Ryu, mempunyai mimpi adalah hal yang sangat membanggakan dan terhormat. Orang-orang yang mempunyai mimpi dan yang mencoba untuk mengejarnya adalah orang-orang yang hebat dan keren menurutnya.

"Novel yang mau lo bikin perkembangannya gimana Ryu? Udah banyak lo nulisnya?" tanya Eda kala mereka berdua tengah duduk berhadapan di perpustakaan.

Keduanya saat ini tengah membaca bersama omong-omong. Baik Ryu maupun Eda memang sudah aktif sejak lama di perpustakaan, bahkan karena mereka berdua sering ke perpustakaan, teman-teman mereka menyebutkan jika keduanya punya "Klub Membaca" yang bahkan tak terdaftar di ekskul sekolah.

"Setelah kecelakaan itu nggak tau kenapa tangan sering tremor kalo dipake nulis. Ide sih banyak, cuma tangan guenya yang suka nggak bisa diajak kerja sama." jelas Ryu dengan raut lesu.

Eda menghela napas mendengar itu. Dirinya yang tadi sibuk membaca novel baru bergenre fantasi yang ada di perpustakaan pun menutup bukunya begitu saja.

"Perasaan tangan lo tremor mulu deh. Gue nggak tau itu kenapa tapi gue rasa harusnya di periksa. Lo tau sendiri kan kalo itu nghambat lo banget!"

Ryu terdiam, bagaimanapun ucapan Eda memang ada benarnya.

"Udah gue periksa sih, cuma kata dokter nggak ada masalah apa-apa. Semua baik-baik aja." ucap Ryu menjelaskan.

Eda melirik tangan Ryu yang saat ini memang benar sedang tremor. Di depan anak itu ada sebuah laptop dimana dia sering menulis, tapi jika diperhatikan, daripada menulis, sedari tadi Ryu lebih sering mengibas-ngibaskan tangannya yang tremor. Dan tentu saja hal itu menghambat kerja Ryu.

"Kecelakaan itu bukan salah lo Ryu, dan lumpuhnya abang lo juga bukan salah lo.."

"Eh?" Ryu menatap heran sahabatnya yang tiba-tiba bicara demikian.

"Itu tangan nggak mungkim tiba-tiba aja kek gitu. Pasti ada penyebabnya, dan kalo dari medis nggak ada penjelasan, berarti itu dari diri lo sendiri. Dari lo yang diem-diem sering nyalahin diri sendiri atas apa yang udah terjadi." jelas Eda.

Ryu menatap sahabatnya. Ingin menyangkal? Tentu saja Ryu ingin, tapi entah kenapa ia tak bisa. Rasanya, apa yang dikatakan Eda barusan memang ada benarnya.

Setelah kecelakaan, garapan novel miliknya yang hanya tinggal 4 judul lagi benar-benar terhambat. Dalam satu hari Ryu mungkin hanya bisa menulis sekitar 200 kata atau 300 kata paling banyak. Itupun dengan memaksa, karena jika tidak tangannya selalu saja tremor tak jelas dan bahkan sampai tak bisa dikendalikan.

"Mungkin bener kalo tangan gue yang tremor itu wujud dari rasa bersalah gue. Tapi, hal itu emang udah seharusnya terjadi Da. Gue udah bikin kak Rei nggak bisa lagi main sepak bola dan wujudin mimpinya.."

"Gue.. Gue jahat sama dia Da.."

Ryu menunduk, sementara Eda tak terima dengan ucapan Ryu. Namun baru saja akan menyangkal, seseorang masuk ke perpustakaan dengan tergesa-gesa. Dia adalah teman sekelasnya Malik, dan dia juga sekaligus ketua klub sepak bola.

"Malik? Ngapain disini? Terus kenapa lo lari-lari?" tanya Ryu kala Malik menghampiri dirinya dan Eda.

"Itu Ryu.. Abang lo.."

SO FAR AWAY : Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang