"SB? Sisi boti? Si! Lo jadi Boti sekarang?"
Biwa mengatakan nya dengan raut wajah serta nada yang serius.
"Aku? Boti? Konspirasi dari mana itu Biw..."
Sisi menatap Biwa terkejut.
Ekspresi itu membuat Biwa tertawa.
"Jadi SB apaan Biw?"
Biwa menatap simbol pada kaki boneka itu.
"Gatau juga, merek nya mungkin"
"Mungkin kali ya"
Sisi menatap boneka itu sekilas.
"Terus ini dari siapa?"
"Kagak tau, gua pajang depan pager ajalah" ucap Biwa kemudian ia keluar dari dalam kamar dan benar-benar menaruh boneka itu pada dekat pagar.
Lalu ia kembali masuk ke dalam kamar.
Mereka tidak melanjutkan perbincangan, fokus pada ponsel masing-masing.
Sembari berbaring di atas kasur dengan Sisi yang menjadikan bahunya bantalan untuk Biwa.
Dan lengannya yang merangkul Biwa.
Tak berselang lama suara ketukan pintu terdengar.
"Buset, apalagi ini"
Sisi membuka pintu dan wajah nya menampilkan raut bingung.
"ada perlu apa ya?"
"mbak nya terima kiriman bunga sama boneka gitu nggak ya?"
Kedua mata Sisi membola.
"sebentar ya mbak" ucap Sisi lalu berlari menuju gerbang utama.
Dan setelah mendapatkan boneka yang di taruh Biwa, ia kembali masuk ke dalam kamar nya.
"Biw!"
"apa?!" sahut Biwa terkejut.
"bunga tadi kamu taro mana?"
Biwa menunjuk ke arah tempat sampah.
Sisi menepuk jidat nya.
Lalu dengan terpaksa mengambil bunga itu dan membawa nya ke depan pintu masuk.
Kembali menemui wanita tadi.
Sisi tidak berani menatap pada wanita itu.
"emm, jadi gini mbak, maaf sekali, tadi kami kira paket ini dari orang lain, jadi sama kami di buang gitu aja, maaf sekali lagi ya mbak" Jelas Sisi panjang.
Kemudian disodorkan nya bunga serta boneka itu pada wanita di depan nya.
"ohh iya, gapapa mbak, memang mau saya ambil terus saya buang lagi, itu kado dari mantan" sahut wanita itu.
Sisi mengangguk-angguk mengerti.
"mbak buang aja ya, terima kasih waktu nya ya mbak" lanjut wanita itu kemudian pergi dari sana.
Sisi menghela nafas.
"kalau gitu ngapain gua ambil lagi ni boneka sama bunga" gumam nya.
Dan akhirnya ia benar-benar membuang keduanya.
Ia kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil segelas air kemudian meneguk nya hingga tandas.
"tadi siapa?" tanya Biwa dengan mata terpejam.
"yang punya boneka sama bunga nya" jelas Sisi sembari duduk di sisi Kasur.
"terus gimana?"
"katanya boneka sama bunga nya emang mau dibuang, padahal aku udah lari-lari ambil boneka sama bunga nya" keluh nya.
"siapa suruh gak tanya dulu" balas Biwa.
Sisi menghela nafas lalu mengambil ponsel nya.
Ada notifikasi dari ayah nya.
Dirinya membaca isi pesan itu lalu menghela nafas.
"Biw, papa ku ngechat tadi, disuruh ke kantor bentar, aku tinggal gapapa?"
Biwa menoleh pada Sisi.
"Gapapa, udah sana, papa mu siapa tau butuh bantuan di perusahaan"
Sisi mengangguk pelan.
Raut berbeda ditunjukkan gadis itu.
Biwa menyadari nya.
"Napa manyun-manyun tu bibir?"
"Sedih mau ninggalin ayang"
Biwa tertawa.
"Yaelah Si, cuman bentaran doang, gua gapapa kali"
"Bener? Biu gak sedih? Nanti kalau kangen gimana?" tanya Sisi beruntun.
Mulutnya tetap mendekuk, menggambarkan dirinya tengah bersedih.
"Iya beneran, udah, cepet siap-siap"
Akhir Sisi menyiapkan diri nya, mandi bebek dan merias wajah nya sedikit.
Biwa membantu menyiapkan jaket serta kunci motor Sisi.
Dan setelah semua nya siap Sisi pun memakai jaket nya kemudian menggunakan sepatu.
"Biw, aku berangkat dulu ya" pamit Sisi.
"Iya, hati-hati" jawab Biwa.
Sisi mengangguk.
"Si"
"Apa?"
Biwa terdiam, bergelut dengan pikiran nya.
"Gak jadi, udah sana, hati-hati"
"Tadi nahan, sekarang diusir lagi"
"Pundung"
Sisi merenggut lalu pergi dan meninggalkan Biwa yang tengah tertawa.
Namun sesaat kemudian senyum nya berganti dengan helaan nafas.
'Maaf Si, gua kayak nya gak bisa'.
*-*
Halo!!
Masih ada yang inget alur cerita ini? wkwkwk.
Terima kasih sudah membaca.
Selamat malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl(or)Friend?
FanfictionSisi yang menginginkan Biwa menjadi Kekasih nya. Dan Biwa yang menginginkan Sisi hanya menjadi teman nya.