07 - Yes

326 24 3
                                    

"papah bantuin gua buat bisa jadiin lo mantu dia" jawab Sisi dengan jujur.

Biwa hanya terdiam mendengar ucapan Sisi.

"dan gua gak akan sia-siain bantuan papa, gua bakal ngebuktiin ucapan gua serius"

Teman Sisi itu menghela nafas.

"gua gak bisa Si, tolong hargain keputusan gua"

"tapi kenapa Biw?" Tanya Sisi dengan asanya.

"gua gak bisa ngasih tau lo" jawab Biwa cepat.

"Karena ayah lo?"

Biwa menatap Sisi.

"kemarin lo mabok dan ngeracau tentang lo gak bisa nerima gua karena ayah lo"

Biwa duduk di atas kasur lalu menghela nafas.

"ayah gua itu pemakai, pemabok, penjudi, tukang mukulin istrinya dan gua langsung punya prinsip saat itu juga, gua gak mau jalin hubungan sama siapa-siapa, apalagi lo, gua cuman takut gua lepas kendali sama lo"

"gua punya DNA orang itu, kadang gua sempet mikir buat ngilang dari dunia ini tapi hidup gua semakin baik gara-gara ada lo, walau gak jadi baik banget tapi gua cukup buat ngucapin terima kasih sama lo"

Biwa terdiam sesaat, lalu mengalihkan padangan nya, kedua pipi nya terasa panas.

"dan dimana ada satu titik gua jatuh sejatuh nya sama lo Si, but I can't say it to you"

Sesaat Sisi Terdiam dan pada detik berikutnya ia memeluk erat Biwa lalu menangis di pundak teman nya itu.

"Napa jadi lo yang nangis"

"gatau, pengen aja"

"yeuhhh gak jelas lo" ucap Biwa sembari mengusap punggung Sisi.

Sisi melepaskan pelukan itu.

Kedua Tangan nya menggenggam erat kedua tangan Biwa.

Ia menatap kedua mata Biwa.

"biarin gua masuk Biw biarin gua masuk dikit aja ke dalam hati lo, biarin gua buktiin sama masa lalu lo kalau itu bukan masalah buat

masa depan lo"

Kini Biwa yang membiarkan air matanya terjatuh.

Dengan cepat Sisi menghapus nya.

"Kok nangis si Biw?"

"terus gua harus ketawa kayak lampir?" Tanya Biwa sedikit kesal.

Sisi tertawa kecil.

"jadi gimana? bolehkan?"

"boleh enggak ya..."

"enggak deh"

Raut wajah Sisi langsung menggambarkan bagaimana isi hatinya sekarang.

"Sedih ya Si?"

Sisi mengangguk dengan kepala yang tertunduk ke bawah.

Biwa tertawa.

"bercanda elah, cengeng lo mah"

Kepala Sisi langsung terangkat dan senyum nya langsung terbit dengan lebar.

"beneran Biw?!"

"Gua mandi dulu"

"ikut..."

"ikut gundul mu" ucap Biwa kemudian menutup pintu kamar mandi dengan cepat.

Sisi tersenyum lalu dirinya berbaring pada kasurnya.

Senyum itu terus Nampak pada wajahnya hingga Biwa keluar dari dalam kamar mandi, hilanglah senyum itu terganti dengan raut wajah terkejut dan terkagum.

My Girl(or)Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang