Zayyan melangkahkan kakinya keluar, sedikit peregangan sembari menatap ruang keluarga yang gelap karena lampu dimatikan.
Ini baru jam lima subuh, ia bangun untuk sholat. Tidak ingin menganggu tidur Sing dan Leo, jadi dia memilih keluar untuk berkeliling.
Bayangan seseorang yang sedang duduk di sofa membuatnya mengernyit, tidak mungkin ada hantu bukan? Ia menatap saklar yang tertempel di dinding sampingnya, menekan itu sehingga menampilkan dengan jelas siapa yang tengah duduk di sofa.
"Zayyan Hyeong?"
Ah itu Dabin, dia terlihat tengah memakai sepatu.
"Apa aku membangunkanmu? Padahal aku sudah bersuara sangat pelan." Dabin mengakhiri pertanyaannya dengan bermonolog.
Zayyan menggeleng cepat. "Aku bangun untuk sholat."
Dabin mengernyit, mendengat kata yang baru saja ia dengar. "Sholat?"
Zayyan mengangguk, memperagakan gerakan melipat tangan. "Kau tahu, sholat untuk muslim."
Dabin mengangguk mengerti. "Kenapa tidak melanjutkan tidur?"
Zayyan mengambil duduk di sebelah Dabin, ia ingat pesan Sing untuk berhati-hati dengan pemuda tinggi ini, tapi bukankah itu konyol?
"Aku tidak mengantuk lagi."
Lagi-lagi Dabin hanya mengangguk, selesai memakai sepatu ia beralih memeriksa ranselnya.
"Emm, kau ingin kemana?"
Dabin mendongak. "Aku pikir telah memberitahumu kalau aku seorang trainee, aku harus sampai pagi-pagi sekali ke agensi, ada banyak yang harus dipelajari hari ini."
Zayyan hanya mengangguk-angguk saja, ia tidak terlalu mengerti tentang konsep pelatihan seorang idol.
"Kau melakukan ini setiap hari?"
Dabin mengangguk. "Sampai aku siap untuk debut."
"Kapan?"
Dabin tersenyum mendengar pertanyaan Zayyan. "Entahlah, akupun tak tahu."
Setelahnya pemuda tinggi itu berdiri, memberi perbedaan tinggi yang sangat kentara dengan Zayyan yang tengah duduk.
"Aku pergi Hyeong, aku akan pulang larut hari ini, katakan pada Gyumin jangan memberikan jatah makanku pada Loco lagi."
Setelah Dabin melambai pada Zayyan, ia segera menutup pintu rumah sewa itu. Zayyan hanya menatapnya sampai benar-benar menghilang, wah hidup di negara maju ternyata jauh lebih melelahkan.
"Zayyan?"
Ia menoleh mendengar seseorang memanggil namanya, Hyunsik telah berdiri di sana dengan pakaian rapih.
Hyunsik menatap ke arah pintu yang dilihat Zayyan. "Oh, Dabin telah pergi?"
Zayyan mengangguk. "Dia bilang akan pulang larut hari ini, dia juga berpesan jangan memberikan makanannya kepada Loco."
Hyunsik terkekeh seraya mengangguk, ia mengambil duduk di sofa, menemani Zayyan sebentar.
"Dabin dan Gyumin memang sering bertengkar semenjak mereka datang ke sini, memang terlihat mereka saling membenci, tapi sebenarnya Gyumin sangat perhatian pada Dabin."
Zayyan mengernyit, tidak mengerti.
"Dahulu, sebelum Gyumin dikeluarkan dari tempat kerjanya, dia selalu menyuruh Dabin untuk bekerja di sana, dia bilang berlatih menjadi trainee di perusahaan kecil tidak akan menguntungkan dan berisiko. Tapi kau tahu, setiap orang memiliki mimpi yang ingin mereka wujudkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who R U?
FanfictionZayyan datang ke Korea mencari kakaknya yang menghilang tiga tahun yang lalu. Zayyan harus menghemat uangnya jadi memilih menetap di sebuah rumah kecil membawanya bertemu dengan delapan pemuda lainnya yang memiliki karakter berbeda-beda. Hyunsik, di...