4. PALSU?

10.2K 296 86
                                    

Hallo semua, jumpa lagi sama Author pecinta cogan wattpad😉

Sebelum membaca, vote dulu maniezz😉

Kalau boleh meminta komennya sekalian juga dong, hehehe 🙏😂

NAH, SELAMAT MEMBACA. HATI-HATI JANGAN MENGUMPAT, DOSANYA NANTI NAMBAH LO🤣

TAHAN EMOSI, SABAR, GAK BOLEH MARAH SAMA FIKSI🤣

Happy Reading readers tercinta, semoga suka ya🌷

°°°°°°

Hari pertama sekolah sebagai kakak adek, bukan pacar lagi. Mau bagaimanapun Keisya harus tabah, mungkin ini jalan yang cocok untuk dirinya dan Damian.

Sekarang yang ada dipikirannya adalah cara memberitahu ke teman-temannya mengenai perubahan status mereka. Ah, pasti seluruh sekolah akan gempar.

Tidak ada percakapan selama Keisya berada di boncengan motor Damian. Mungkin mereka saling canggung.

Keisya berdehem lalu berkata, "kamu sudah ngerjain pr matematika kamu, jika belum aku bi–" belum sempat Keisya menyelesaikan ucapannya. Motor itu langsung berhenti di pinggir jalan.

Keisya masih tidak mengerti, ia melirik Damian dari kaca spion.

"Turun."

"H-hah?"

"Turun bego! Budek lo ya?!" Bentak Damian dibalik helmnya. Keisya tersentak, ia menatap lelaki itu tak percaya. Untuk apa ia turun? Bukannya jarak sekolah masih jauh lagi?

Dengan ragu, Keisya pun turun dari motor Damian. Dirasa tidak ada beban lagi dimotornya, Damian langsung melajukan motornya namun gagal karena Keisya menahan lengannya.

"K-kamu mau ninggalin aku? Maksud kamu apa, Damian?" Keisya sungguh tidak paham dengan Damian. Apalagi sorot mata itu menusuk ke dirinya, sebenarnya Damian kenapa?

"Lo pikir gue mau antar lo sampe kesekolah? Gue enggak sudi!" Tekan Damian. "Jalan sendiri kesekolah, gausah menye-menye!" Setelah mengatakan itu, Damian langsung menancap gas motornya tanpa memperdulikan Keisya yang sedang memegang lengannya tadi. Alhasil,  Keisya terjatuh ketanah saat motor Damian melaju.

Lutut Keisya sedikit berdarah. Ia menghembus hembuskan luka itu agar perihnya berkurang.

Terkejut, tentu saja. Selama ia mengenal Damian, ia sama sekali tidak mendengar lelaki itu mengucapkan kata kasar terhadap dirinya. Damian juga tidak tega menurunkannya dijalanan seperti ini.

Sekarang, mau tidak mau Keisya harus mencari angkot. Ia harus cepat jika tidak ingin terlambat.

*
*
*

Bel istirahat sudah berbunyi, Damian memutuskan untuk kekantin bersama ketiga temannya. Ia sama sekali tidak berbicara, hanya fokus mendengarkan celetukan teman-temannya yang tidak berfaedah.

"Ular melingkar mati merokok, apa itu?" Celetuk Aris secara spontan. Tidak perlu berpikir keras, Gavin sudah menemukan jawaban satu detik setelah kalimat Aris selesai.

"Obat nyamuk."

"Benar!! Pinter lo, Vin."

"Ya jelas benar lah! Lo udah berkali-kali nanyain itu!" Ketus Arsel sambil mengunyah permen kakinya.

"Permen di isep bukan dikunyah, bego," ucap Aris dengan sewot.

"Lah, serah gue, mulut-mulut gue." Balas Arsel tidak kalah sewot.

DAMIAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang