Fang And Tail : Episode 3

317 49 8
                                    

Chan menghela napas pelan, akhirnya pekerjaannya sudah selesai setengah. Karena dibebankan banyak sekali pekerjaan membuat dirinya menjadi tertekan dan sering emosional. Mungkin karena itu dia lampiaskan semuanya pada Minho.

Pria itu mengusap wajahnya, walaupun terpaksa memang seharusnya dia menerima pernikahan ini. Karena mereka sudah dijodohkan saat masih kecil walaupun mereka baru dipertemukan saat sudah dewasa. Tapi dari sejak dini Chan sudah tahu jika dirinya akan dijodohkan dengan seseorang yang begitu spesial.

Chan melihat arlogi, sepertinya sudah waktunya pulang. Pria itu bergegas untuk kembali dari kantor, dia pun berupaya untuk membeli beberapa makanan kesukaan Minho di luar kota karena di tempat ini tak ada yang menjualnya sama sekali.





******

Saat pintu kamar di buka nampak sepi seperti biasanya. Pria itu menaruh jas dan tas kantornya kemudian berjalan menuju ke kamar mandi. Chan mendekat ke arah seseorang yang ada di bak, pria itu kini tengah tertidur lelap di sana. Ekor ikan itu Chan lihat keluar bak karena ukuran bak agak kecil.

"Apa punggungnya tidak sakit terus seperti ini?" Tanya Chan sembari duduk di pinggir bak. Wajah polos itu di tatapnya, bibir Chan tersenyum melihat dua bebek karet di pelukan Minho. Pasti ini pekerjaan adik-adik kembarnya.

Tangan Chan memberanikan dirinya mengusap rambut Minho menatap lekat wajah sang istri.

"Kau cukup manis" bisiknya. Memang tak bisa dipungkiri jika Minho itu sangatlah manis. Wajah ceria dan cerah itu langka dimilili oleh para orang di sana. Di mana semua orang di sini adalah seorang vampire yang berwajah pucat dan tegas.

Saat di pesta pun, semua orang menatap Minho karena aura dan wajahnya yang cantik. Seperti Chan sungguh beruntung memiliki dirinya.

Tapi kadang ego Chan yang tinggi membuatnya sulit memulai hubungan mereka. Dia kerap marah dan jutek saat berbicara dengan Minho.

"Minho" panggil Chan. Tiba-tiba kedua mata pria itu terbuka seperti mendengar suara Chan. Mata bulat besar yang nampak berbinar membuat Chan seperti tersihir.

"Aku bawa cemilan, pastikan kau makan. Aku membelinya jauh" katanya sembari bangun. Minho masih berusaha mendapatkan kesadarannya dengan mengucek kata.

"Iya tinggalkan saja, nanti aku makan" katanya. Chan masih berdiri, seperti ingin kabur. Dia bingung harus melakukan apa ingin memulai sebuah percakapan tapi lidahnya terasa kelu, jadi pada lahirnya Chan pun menampakan wajah dingin tak peduli lalu pergi meninggalkannya.



*****




Setelah menghitung hari, hari ini adalah hari di mana pria asing itu akan pergi. Minho berusaha untuk keluar dari sana.

"Hari ini juga ulang tahun ku, pasti mereka akan terkejut saat aku datang" katanya. Entah kenapa ini begitu kebetulan, hari ini ada pesta lagi jadi mereka semua keluar dari mansion.

Sebenarnya Minho merasa agak kecewa, tak satupun orang di rumah itu mengucapkan selamat untuknya. Mungkin karena mereka tidak tahu pasti, tapi Chan pun sepertinya tak peduli. Sama seperti waktu itu, kini mereka naik di mobil yang sama menuju pesta.

"Chan. Hari ini adalah ulang tahun ku" kata Minho tiba-tiba. Chan tak menjawab, pria itu kini fokus berkendara.

"Kau tidak dengar ya?" katanya.

"Untuk apa? Tidak penting sekali, di sini tidak ada yang merayakan hari kelahiran" katanya. Jawaban Chan membuat Minho menjadi sedih dan tidak bersemangat, sepertinya memang sangat tidak penting.

"Aku hanya mengatakannya" kata Minho kesal. Seperti ingin pulang cepat rasanya. Sampai di pesta pun, Chan meninggalkan Minho untuk mengobrol dengan orang lain. Walaupun ramai di saat seperti itu Minho merasa kesepian, dia ingin pulang.

FANG AND TAIL [BANGINHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang