Prolog

31 11 21
                                    

{JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA}

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Gimana hari ini kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT Aamiin ya rabbal Alaamiin🤲

Komen di setiap paragraf yah:)
Jangan lupa juga tambahkan di perpus kalian biar nggak ketinggalan🖤

Bantu follow Instagram ku
@Wattpad_mhzm
@lilymnsyh
Makasih yang udah follow, lopyu sakebon❤️


Happy reading..
Typo berdebaran!!

***

"Eughh" Suara lenguhan seorang gadis terdengar keluar dari bibir kecilnya. Dapat ia lihat secara samar-samar, sinar sang surya di pagi hari menerobos paksa cela gorden kamarnya.

Gadis itu membulatkan matanya kala melihat jam yang berada di sampingnya. "Astaga udah jam 9, mampos bakalan kena marah lagi nih" Panik gadis itu bernama Alleta Quenza Adinata, gadis cantik yang berumur 18 tahun memiliki kulit putih, alis tebal, mata sipit, bibir ranum dan tingginya 150cm.

Alleta segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandi.

Selang beberapa menit kemudian, Alleta telah selesai mandi dan segera keluar dari kamarnya untuk menuruni anak tangga, saat Alleta sedang menuruni anak tangga tersebut terdengarlah suara dari Papahnya. "Bagus! anak gadis baru bangun jam segini? Dasar anak engga guna." Ucap Papahnya bernama Vino Emilio Adinata. Papahnya sangat membenci putrinya ntahlah karena apa, yang jelas Papah Vino tidak menerima kehadiran anaknya.

Begitu juga dengan Sabrina alesya yang notabennya mamah kandungnya sendiripun tidak menyukainya, bahkan ia selalu memberi putrinya kekerasan.

Berbeda dengan Abangnya yang selalu mendapatkan kasih sayang dari mereka, tetapi tidak dengan Alleta. Alleta tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya bahkan sedari kecil tidak pernah merasakannya bahkan memeluknya pun tak pernah.

Ingin sekali Alleta merasakan pelukan dari orangtuanya tetapi itu sangat mustahil baginya.

Kini Alleta menghampiri Papahnya, "Maaf Pah"

Plak!!

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Alleta, Alleta hanya meringis kesakitan. "Apa kamu lupa? Kamu di sini numpang Alleta!!" Emosi Papahnya lalu meninggalkan Alleta yang sedang berdiri di hadapannya sambil menundukkan kepalanya.

Setelah kepergian Papahnya tanpa Alleta sadari, Abangnya yang sedang melihat itupun hanya menatap sang adik dari kejauhan. "Abang tau perasaan Adek, tapi Abang engga bisa belain adek. Abang takut Papah tambah marah ke adek apalagi Mamah, maafin Abang yah dek" Ucapnya pelan, lalu menghampiri sang adik yang masih setia berdiri.

"Dek" Panggil Abangnya, Alleta yang merasa di panggil pun mendongakkan kepalanya. "Kenapa bang?" Tanya Alleta sambil tersenyum.

"Ngga usah nutupin luka dengan senyuman, Abang udah tau karena Abang udah lihat semuanya, adek tau? Ketika kamu di tampar sama Papah Abang juga ikutan sakit dek sakit banget" Ucap Evan menatap lekat wajah adeknya.

Revan Narkara Adinata adalah seorang Abang yang sangat menyayangi adiknya, meskipun orangtuanya tidak menyayangi adiknya tetapi Revan selalu menyayanginya, bagaimanapun juga adiknya itu sangat butuh kasih sayang.

Bukankah seorang Abang harus menjaga dan menyayangi adiknya? Tapi Revan tidak bisa menjaga dikala berurusan dengan orangtuanya.

Alleta hanya tersenyum manis, "kapan Papah sama Mamah peduli sama gue? Sayang sama gue? Tapi gue bersyukur punya Abang yang sayang sama gue, yang peduli sama gue ya, meskipun gue iri sama Abang gue karena Abang gue selalu dapet kasih sayang dari Papah sama Mamah tapi ngga papa." Batin Alleta, tanpa Alleta sadari ia meneteskan air matanya begitu saja.

Revan yang melihat itupun langsung membawa Alleta kedalam pelukannya. "Abang tau adek kuat" Ujar Revan sambil mengelus kepala Alleta.

Kini tangisan Alleta pecah di dalam pelukan Abangnya, "Adek ngga sekuat itu, adek lemah bang, bohong kalau adek kuat." Jawabnya.

"Menurut Abang adek tuh kuat, maafin Abang yah belum bisa belain adek dari Mamah, Papah"

Hikss..

"S-sakit b-bang, kenapa adek di lahirkan padahal Papah sama Mamah ngga pernah mengharapkan kehadiranku hiks.." Ucap Alleta sambil sesegukan.

Tidak terbayang jika kita yang berada di posisi Alleta sudah pasti sangat sakit.

"Suatu saat nanti pasti Papah, Mamah menerima adek" Jawab Revan berusaha menenangkan adiknya yang semakin menangis.

Revan tak tega melihat adiknya yang setiap hari selalu mendapatkan kekerasan dari orangtuanya, namun Revan tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin sekali rasanya Revan yang berada di posisi adiknya itu.

___________
Next ga nih?
Jangan lupa komen

Banten, 30 Maret 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALLETA DAN LUKANYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang