Goo readingg lagi guys 🥳🥳🥳
-
-
-Zein mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang yang masuk ke matanya.
Saat matanya terbuka sempurna ia baru menyadari dirinya sekarang berada di rumah sakit. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang namun tak ada siapa-siapa di ruangan ini selain dirinya.
Clekkk...
Zein langgeng menoleh ke arah pintu melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya, ternyata itu adalah El, namun ada yang berbeda dari raut wajahnya.
" El? Lo nangis? " tanya Zein kepada el. El tidak menjawab.
" Lo udah sadar? " tanya el balik, Zein hanya mengangguk, sebenarnya Zein ingin menanyakan lagi namun ia urungkan, bukan saatnya ia bertanya.
" mending Lo tidur lagi, masih larut malem " titah el, Zein menggeleng.
" gue mau pulang aja el, gue ga betah di sini " ujar Zein, seketika ia termenung mencerna ucapannya sendiri.
" eh iya ya lupa, gue kan udah di usir dari rumah " ujarnya lagi kemudian terkekeh menertawakan diri nya sendiri.
" besok pulang kerumah gue, sekarang Lo tidur " sergah el.
" sorry el, gue udah ngerepotin Lo "
" hm " dehem el sambil membenarkan selimut milik Zein. Ia berjalan menuju sofa dan tidur di sana.
" Makasih el, maaf kalau gue ngerepotin " gumamnya kemudian memejamkan matanya untuk tidur.
(☆☆)
" Gimana dok, saya boleh pulang kan? Saya udah ga betah di sini dok, pusing nyium bau rumah sakit mulu " tanya Zein setelah dokter Rio selesai memeriksanya.
Dokter Rio hanya menghembuskan nafasnya pelan, di sampingnya ada el yang sedari tadi diam saja memperhatikan." sebenarnya kamu masih harus dirawat beberapa hari Zein " jawab dokter Rio.
" Yahhh...dok, saya mau pulang aja boleh ya dok, saya udah ga kenapa-napa dok, udah ga sakit lagi, mau saya kasih liat nih kalau saya udah bisa jalan, lari juga bisa dok. Pliss dok boleh yaaa " rayu Zein dengan tampang yang di melas-melasin.
Dokter Rio terkekeh pelan, kemudian beralih menatap el." lihat, teman mu selalu saja seperti ini " ujarnya. El hanya tersenyum tipis menanggapi.
" baiklah Zein jika itu mau kamu, saya tidak bisa memaksa, tapi ingat pesan saya, di minum obat nya " pesan dokter Rio.
" siap 86 komandan " sahut Zein sambil memberi hormat kepada dokter Rio.
" sus tolong cabut saja nyawanya eh maksud saya infusannya " titah dokter Rio kepada suster yang berada di belakangnya. Sementara suster itu menahan tawanya dan segera melepas jarum infusan yang berada di tangan Zein.
" kayanya dokter pengen banget saya cepet-cepet di cabut ya nyawanya " ujar Zein dengan muka cemberut.
Dokter Rio terkekeh." tidak Zein, saya hanya bercanda saja " ujarnya.
" Oh iya satu lagi, jangan lupa untuk sering-sering datang kesini zein, saya perhatikan akhir-akhir ini kamu jarang sekali melakukan cek up, saya khawatir dengan kondisi kamu Zein " ujarnya lagi terselip rasa khawatir di raut wajahnya.
" ga usah khawatir sama saya dok, saya kan anak kuat hehehe " ujar Zein sambil terkekeh berusaha menyembunyikan kesedihannya.
" Ada-ada saja tingkah mu Zein " dokter Rio menggelengkan kepalanya, Zein terkekeh.
" Yaudah dok kalau gitu Zein pamit, makasih ya dok, sus " pamit Zein tak lupa berterima kasih kepada keduanya.
Dokter Rio tersenyum sembari mengangguk." El, tolong jaga teman mu ya, dia ceroboh soalnya " tutur dokter Rio, el mengangguk.
" baik dok " sahutnya. Sementara Zein hanya memutar bola matanya malas karna di katain ceroboh oleh dokter Rio, dan langsung nyelonong keluar begitu saja.
" dok saya juga pamit " El langsung menyusul Zein keluar setelah mendapat anggukan dari dokter Rio.
Sementara suster tadi masih senyum-senyum sendiri di tempat. Dokter Rio yang melihat itu Mengerutkan alisnya heran.
" kenapa kamu senyum-senyum sendiri kaya gitu? " tanya dokter Rio.
"Itu dok, temennya ganteng juga ya ternyata hihi " jawab suster itu malu-malu.
"Ya ampun, ingat umur Rina. Dia anak sekolahan umurnya kira-kira tujuh belasan sedangkan kamu sudah dua empat. " ujar dokter Rio.
" ga papa dok, brondong lebih menggoda " sergahnya sambil misem-misem ga jelas.
" hadeh, terserah kamu saja lah, pusing saya sama kamu, lihat yang ganteng dikit saja mata kamu sudah melotot, heran saya" sahut dokter Rio lagi.
" itu namanya normal dok " Rina terkekeh.
" kebanyakan halu kamu,sudahlah saya pergi saja, ga selesai-selesai kerjaan saya kalau ladenin kamu yang ngehalu terus " sergah dokter Rio, kemudian keluar dari sana.
" eh dok, saya ikut dok " timpal Rina segera menyusul dokter Rio.
(☆☆)
-
-
-
Halo gess 🤗🤗
Giman ceritanya?Dikit² aja dulu biar ga bosen bacanya hehe
Oh iya jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian dengan vote and coment yaaa 🤗
babayy🤗
Next part selanjutnya
⬇️
KAMU SEDANG MEMBACA
Zein
Teen FictionDia Alaska Zein Alvaren cowok pemilik senyuman termanis yang Lahir dari keluarga yang selalu membandingkan dan hanya mengutamakan prestasi membuat hidupnya begitu pahit, bagaimana tidak? Seorang yang biasa disebut panutan -papanya- mendidiknya denga...