~3. Pelajaran

452 43 8
                                    


*****

Sepulang sekolah, saat berada di gerbang sekolah, ada perasaan yang mengganjal di hati Mala. Dari ekspresi Rakha, Mala menyadari bahwa dia tidak melakukan hal itu. Mala tahu bahwa Jenny dan Clarisa yang menulisnya. Saat ini, Mala sendirian karena Dara sudah pulang bersama ayahnya. Tiba-tiba Mala malah berbalik menuju kelas. Mala tahu resiko yang akan dia terima

"Biar aku yang sapuin sama pel, kamu angkatin bangku," ucap Mala, membuat Rakha tersentak kaget.

"Ngapain lo di sini? Sana pulang!" balas Rakha.

Kenapa harus Mala yang kemari? Sementara teman-temanmu yang lain malah meninggalkannya. Menyebalkan sekali.

"Aku tahu bukan kamu yang nulis," balas Mala.

"Terus lo mau pura-pura baik depan gue?"

"Nggak juga."

"Gue nggak peduli. Lo mau beresin semua ini dan gue mau pulang sekarang juga!" Rakha berkata dengan keras. Tatapan penuh kebencian dia pancarkan pada Mala.

Namun, bukannya takut, Mala malah tersenyum dan menjawab, "Oke." Mala lalu mengangkat bangku satu per satu.

Rakha terkejut, tetapi dia langsung menghilangkan ekspresi terkejutnya. Tanpa ragu, cowok itu meninggalkan Mala begitu saja sendirian di kelas.

Kenapa cewek itu nggak pernah marah? tanya Rakha dalam hatinya. Dia menatap Mala sekilas yang dengan santai mengangkat semua bangku di kelas seorang diri. Sudahlah, ini adalah pelajaran pertama yang Rakha berikan.

Cowok itu menuju mobilnya yang dia parkir di luar sekolah, lalu menuju tempat tongkrongannya.

"Eh, Bro. Cepet banget. Udah beres?" tanya Kevin. Sementara Kevin terus menatap bokong cewek yang ada di depannya. Hal itu membuat Kevin terhenti sesaat dan tidak mau ada yang mengganggunya.

"Si Mala yang beresin," balas Rakha santai.

Perhatian Kevin langsung teralihkan. Dia menatap Rakha dengan tatapan tidak percaya, karena mendengar nama Mala sangat sendiri untuknya.

"Bagus, biar tau rasa tu bocah!" ucap Jenny sambil berkacak pinggang.

"Gue pergi dulu," balas Kevin tidak mengacuhkan semua temannya.

"Mau ke mana, Vin?"

"Nggak usah kepo!"

Kevin pergi secepat kilat menggunakan sepeda motor besar miliknya. Rakha mengira mungkin saja Kevin mencari mangsa baru.

"Rakha mau minum apa? Kok diem aja?"

"Apa aja, terserah."

Entah kenapa, ada sedikit rasa tidak tega terbesit dalam benaknya. Teman-temanmu yang melakukan kesalahan, cewek itu yang lagi-lagi kena. Rakha terdiam, tidak biasanya dia seperti itu. Tidak, karena cewek itu Rakha dihukum, jadi dia pantas mendapatkan semua itu.

*******

Setelah sekolah selesai, Mala tidak mau langsung pulang ke rumah saat ini. Ada beberapa hal yang harus dia lakukan terlebih dahulu. Mala menaiki bus kota yang berhenti di depan sekolah. Dia duduk di dekat jendela, tempat duduk favoritnya.

Tak lama kemudian, bus kota kembali berhenti. Dia meliha
t Rakha menaiki bus tersebut. Benarkah itu Rakha? Dia berusaha tidak peduli. Mala tidak mau ada keributan di angkutan umum.

Kemana mobil Rakha? Semua orang pasti tahu bahwa cowok itu selalu mebawa mobil. Tiba-tiba, seseorang duduk di samping Mala. Dia yakin itu Rakha. Cewek itu terus mengalihkan pandangannya keluar jendela, melihat kendaraan lain yang berlalu-lalang.

"Lo pura-pura nggak tahu, ya, gue ada di sini?" tanya cowok itu.

"iya," jawab Mala singkat, padat, dan jelas.

"Ngapain lo pura-pura? Takut, ya, gue bully di bus?"

Mala tidak menjawabnya.

"Gue duduk di sini bukan karena gue yang mau. Inget! Tapu karena cuma tempat duduk ini yang kosong!" balas Rakha. Namun, Mala tidak menghiraukannya.

Rakha menatap Mala tajam karena Mala hanya diam dam membuang muka darinya. Jangan-jangan dia menertawainya karena tidak memakai mobil. "Lo mau bully gue, kan, gara-gara gur nggak pakai mobil?" tanya Rakha.

Mala menggeleng. Dia ingin tertawa mendengar Rakyat berkata seperti itu. Sedikit pun tidak terbesit dalam benaknya untuk mem-bully Rakha. "Banyak, kok, siswa yang nggak bawa mobil. Itu bagus. Mereka taat aturan. Buat ala bully orang yang taat aturan, terus..." Mala menghentikan kata-katanya.

Rakha mengangkat alis. Dia penasaran dengan aoa yang akan diucapkan cewek ini.

"Aku nggak may jadi tukang bully. Aku nggak mau nyakitin perasaan orang lain karena aku tahu sakitnya kayak gimana."

Rakha terdiam. Ucapan Mala barusan sepertinya ditunjukan untuknya. Apa Mala E'balend Gralind baru saja menyindirnya? Menyebalkan. Tidak seperti biasanya, Rakha terdiam tak berkutik dan tidak membentaknya sama sekali.

"Cukup aku aja yang sakit. Orang lain nggak usah ikut-ikutan sakit juga."

Rakha menatap Mala yang tersenyum sambil menatap jalanan dan kembali menyingkirkan wajahmu dari tatapan Rakha. "Lo ngomong apaan, sih?" tanya Rakha.

Mala kembali menatap Rakha. Saat mata cokelat menatap cowok iru, senyuman indah terlihat di bibirnya. "Ngomongin kamu."

Benar kan, Mala menyindirnya.

"Di depan Jenny dan Clarisa diem. Di depan gue ngoceh terus. Nggak punta nyal8, ya, depan mereka?"

Mala mengabaikannya untuk beberapa saat. Tiba-tiba Mala berdiri, hendak turun dari bus. Rakha langsung melihat ke halan. Tunggu. Ini bukan perumahan ataupun jalan yang ramai. Lebih tepatnya seperti... hutan?

"Lo mau ke mana?"

Mala tidak menjawab. Bukan urusan Rakha untuk mengetahui ke mana dia akan pergi, dan kenapa juga Rakha tiba-tiba jadi ingin tahu?

"Woi! Gue belum bully lo sama sekali. Ngapain lo turun du sini?" tanya Rakha lagi, Mala tetap diam. "Dasar cewek budek!" tidak bisa memalingkan pandangannya kepada cewek itu. Rakha terkejut saat Mala masuk ke dalam hutan. Tidak mungkin rumahnya berada di dalam hutan, kan?

Cowok itu tiba-tiba berdiri. Tidak lama kemudian, dia sadar. Apa yang akan dia lakukan? Mengikuti cewek cupu itu? Tidak. ini bukanlah perilaku seorang Rakha. Dia kembali duduk, untuk apa juga dia memikirkan cewek itu. Tidak berguna sama sekali.

Lima belas menit kemudian, Rakha sampai di rumahnya. Seperti hari-hari biasanya, hanya Bibi di rumah. Kedua orangtuanya tidak pernah ada saat dia pulang sekolah.

Dia teringat dengan tugas yang diberikan Bu Sita. Besok bukankah pelajarannya lagi? Sebagai wali kelas juga guru BK dan matematika, Bu Sita masuk seminggu tiga kali. Itu artinya Rakha akan di hukum tiga kalu untuk maju ke depan.

Sepertinya besok akan menjadi hari tersialnya sepanjang masa.

******

Keesokan harinya, alarm berbunyi pukul lima pagi dari ponsel Rakha. Dalam keadaan setengah sadar,Rakha mematikan alarm, lalu kembali tidur, Pukul lima lewat lima alarm berbunyi kembali, lalu Rakha mematikan alarm lagi. Rakha mematikan alarm setiap lima menit sekali hingga pukul setengah enam.

Rakha menatap ponselnya, lalu berbicara dalam hati, Masih ada waktu tida puluh menit lagi.

Dia kembali tertidur pulas. Sampai tiba-tiba saja dibangungkan oleh alarm sejati.

"Aden, bangun! Udah jam tujuh, cepetan!" ucap Bi Inah seorang pembantu di rumahnya.

Rakha terlonjak kaget. Dia bangun, lalu menatap jam di ponsel yang menunjukkan waktu masih pukul enam pagi. Menyebalkan!

"Argh! Bibi!" teriak Rakha.

*****

Halo maaf baru up karna baru ada waktu buat ngetik nya hhee....

Maaf nya alur nya ga sesuai ekspetasi kalian.

JANGAN LUPA VOTE NYA YA!!

happy reading! 🕊🌿

Si Cewek CupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang