Seo Haechan pemuda berusia dua puluh empat itu sedang menikmati hidupnya tanpa pasangan. Entah mengapa ia sangat senang hidup tanpa pasangan walaupun teman-temannya rata-rata sudah memiliki pasangan tetapi itu tidak membuatnya iri, sama sekali tidak.
Ia senang single.
Ia senang tidak ada yang menggangu waktunya.
Pokoknya ia senang menjadi single dan ia bangga.
Disaat teman-temannya sudah melakukan tunangan dan menyebarkan surat undangan pernikahan sedangkan Haechan masih cekakak-cekikik sendiri, masih shopping sendiri, masih bermain-main dengan hidupnya.
Haechan tidak memikirkan pernikahan sama sekali sebelum orang tuanya membawa calon pasangan yang sama sekali tidak ia kenal.
Sekali lagi.
Yang sama sekali tidak ia kenal.
Dengan menghembuskan nafas pasrah Haechan menyimak pertemuan dengan calon pasangan yang sekarang ada disampingnya.
Yang Haechan tau anak yang ingin dijodohkan olehnya adalah anak teman papa. Teman papa sejak kecil katanya. Bukan kolega bisnis atau apapun keluarganya tidak menjual anak bontotnya seperti itu tetapi perjanjian papa dan temannya saat kecil. Well tentu saja Haechan kesal tapi mau bagaimana lagi?
"Papa ini serius ga sih?"
Kepalanya pusing mendengar papa dan temannya membicarakan undangan, tanggal berapa, mau indoor atau outdoor. "Emangnya Mark udah setuju sama pernikahan ini?" lanjutnya.
Ia kesal juga dengan pria bernama Mark yang ada disampingnya sekarang. Apa yang ia lakukan? Sedari tadi hanya Haechan lah yang menyangkal perjodohan ini namun Mark? Ia hanya diam. Sungguh tidak ada sepatah kata apapun keluar dari bibirnya.
Yang disebut papa mengangguk. Johnny, papa Haechan dan temannya yang ada disamping Johnny itu Jaehyun. "Serius dong papa gamau bercanda tentang pernikahan loh? Mark juga udah setuju kata om Jaehyun. Kamu doang yang rewel, emang ga malu gapunya gandengan? 2024 masih single? Hahaha kalo papa sih malu ya.."
Mendengar sindiran seperti itu ia mendecak. Kesal tentu saja, bukan kesal karena disindir single tetapi kesal karena ia harus menikah. Sungguh ia masih ingin sendiri, menikmati hidup, pergi ke club, mabuk, dan menghabiskan uang papanya.
"Iya, Mark juga udah setuju kok Haechan. Apalagi pasangannya imut-imut gemes gini, kesukaan Mark tuh." sahut Jaehyun menggoda.
Mendengar itu Haechan tersenyum. Bukan, bukan senyum yang manis namun senyum kecut yang ia tampilkan. Lalu beberapa detik selanjutnya Haechan menginjak sepatu Mark dengan kencang membuat Mark yang dari tadi diam menyimak percakapan itu menolehkan kepalanya.
"Serius lo nerima perjodohan konyol ini?" bisiknya.
Mark mengangkat bahunya kecil. Mendapat jawaban seperti itu Haechan sunguh sangat amat kesal sekali dengan pria yang ada disebelahnya ini. Setelahnya ia menginjak sepatu Mark lagi membuat Mark menoleh kearahnya lagi. Lalu ia acungkan jari tengah untuk Mark di atas pahanya.
Melihat itu Mark sedikit tersenyum. Tingkahnya ga habis-habis. Pertama Mark tahu bahwa Haechan tidak ingin menghadiri pertemuan ini, ia, papanya, dan om Johnny menunggu kedatangan Haechan lebih dari satu jam. Kedua Haechan selalu menyangkal pembicaraan orang tua tentang pernikahan, sangat tidak sopan. Ketiga Haechan masih kekanakan. Mark juga tidak ingin dijodohkan dengan Haechan, namun mau bagaimana lagi? Percuma juga Mark menolak apalagi ini keinginan papa.
"Oke jadi kesimpulannya pernikahan akan digelar minggu depan ya? Mark oke ga?"
"Oke pa."
"HAH?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly In Love [Markhyuck]
FanfictionMarkhyuck Fanfiction Story Seo Haechan yang masih bersenang senang di era single nya diusir paksa dari zona nyaman oleh orangtuanya yang tiba-tiba menjodohkan ia dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali. Tidak ada celah untuk menolak. Jadi mau ta...