Part 04

560 46 3
                                    

Semenjak insiden sarapan itu Haechan menuruti ucapan Mark. Ia tidak memasak untuk Mark, melainkan untuknya sendiri.

Saat ini Haechan sedang menyantap makanan hasil masakannya, hidupnya belakangan ini sangat tentram. Mark juga jarang pulang, ia juga tidak perduli maupun Mark pulang atau menginap dirumah pacarnya, itu bukan masalahnya yang penting ia memiliki kartu black card yang beberapa hari sudah ia gunakan.

Sungguh menyenangkan menghambur-hamburkan uang yang bukan miliknya, selagi pemilik kartu tidak mempermasalahkan berapapun biaya yang ia keluarkan dari kartunya itu.

"Saya pulang."

Ia sengaja tidak mengunci pintu rumah hari ini karena Mark memberi tahu lewat pesan bahwa akan pulang. Ia melihat kearah pintu ada Mark yang jalan sempoyongan setelah menginap dirumah sang pacar, Mark masih ingat kalau memiliki rumah ternyata.

"Halo? Saya pulang."

Mark melambaikan tangan kearah Haechan. Bisa ia lihat dengan jelas kalau Mark mabuk dan juga aroma alkohol yang sangat menyengat.

"Ya. Sana mandi, lo bau!"

Keadaan Mark parah sekali. Rambut yang sangat berantakan, dasi yang sudah di longgarkan, belum lagi jas yang sudah disimpan diantara bahu nya. "Tidak. tidak. Saya mau makan, lapar."

"Haechan! masakan untuk saya!" titahnya.

Mendengar itu alis Haechan mengerut. Apa-apaan?  Melihat Mark yang sudah mengisi tempat di sampingnya ia ingin sekali memukul kepala Mark. Bukannya tempo hari lelaki itu bilang kalau dia ga akan makan dirumah. Cih. "Males."

"Saya kesal banget tadi. Semua orang yang di kantor bikin saya kesal, pacar saya juga bikin saya kesal. Satu dunia bikin saya kesal. Maka dari itu saya jadi lapar."

"Ga nyambung banget." masih ia tanggapi omongan Mark. Dengan menaruh tangannya di pipinya memperhatikan lelaki yang lebih tua. "Gue bikin lo kesel gak?"

Mark menggelengkan kepalanya. "Kalau kamu enggak."

"Saya—rindu."

Hah?

"Saya rindu rumah ini."

Oh. Hampir saja jantung Haechan copot. Ini Mark kalau ngelantur aneh banget. Kalau mabuk jadi banyak bicara, biasanya ia hanya bicara sebutuhnya saja.

"Kamu rindu saya gak?"

"Enggak."

"Yah. Padahal saya rindu kamu."

Apasih?

Haechan bingung asli. Manusia tergajelas saat mabuk menurut Haechan itu adalah Mark. Aneh-aneh mulutnya kalau bicara. Belum sempat ia berbicara, Mark lebih dulu melanjutkan perkataannya.

"Saya minta maaf, kalau tempo hari saya bikin kamu kesal. Saya memang tidak biasa sarapan saat pagi tapi sepertinya ucapan saya kelewatan. Kamu boleh masak, masak untuk saya juga boleh, saya pasti makan. Haechan ayo masak sekarang, saya mau makan."

Ia dengan gampang menggeleng menolak ucapan Mark. "Gak mau."

"Kenapa? Saya tau saya salah dan saya minta maaf. Jadi ayo dong, Haechan masak untuk saya."

"Lo bau! Gak mau gue masaknya juga."

Dengan tenaga yang masih tersisa Mark berdiri meskipun penglihatannya sedikit agak kabur. "Baik bos! Saya akan mandi sekarang juga!"

Tertawa? Tentu saja. Ia tidak berfikir bahwa ada sisi Mark yang seperti ini wajahnya yang setiap hari terlihat sangar itu kini beralih menjadi imut. Mark berjalan menuju kamarnya beberapa kali oleng dan Haechan juga yang menuntunnya.

Suddenly In Love [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang