prolog

299 46 3
                                    

'gelap, disini dingin.... Dimana sekarang jiwaku terjebak? '


Kegelapan seakan menelan jiwa gadis yang terobang ambing di tengah kegelapan ruang. Tak pernah sekalipun ia berfikir bahwa berusaha melepas kutukan yang ada pada dirinya akan dikenai hukum kuasal dunia. Saat ini jiwanya hancur dan tak dapat bereinkarnasi kembali, jiwanya terpecah dan rusah. Tak ada tubuh yang mampu menahan jiwa yang sudah hancur.

Gadis itu pasrah akan nasibnya yang akan segera di telan kegelapan alam semesta. Namun saat dia menunggu untuk menerima rasa sakit hal itu tak kunjung datang padanya.

Kegelapan yang ia rasakan perlahan menghilang dan pandangannya mulai jelas. Dia berada didunia manusia dan saat ini tlah bereinkarnasi di tubuh seseorang.

'Bagaimana hal ini bisa? Jiwaku rusak dan tak ada yang bisa memulihkannya. "

Perlahan dia menggerakkan kakinya untuk berdiri dan berjalan kearah cermin. Bayangan terpantul dari cermin sosok wanita yang cantik dengan bola mata merah dan rambut putih.

'Inikan Rubia... Bagaimana bisa aku masuk lagi ketubuh ini? Jelas-jelas aku sudah menghancurkannya bersama dengan jiwaku. '

Saat sedang melihat wajahnya tiba-tiba ada laki-laki setengah baya masuk kekamarnya. Ditangan laki-laki itu ada sebotol alkohol dan matanya tampak sedang mabuk.

"Apa lihat-lihat, tidak sopan melihat ayahmu dengan mata yang seperti itu."

Satu tamparan mendarat pada pipi gadis itu. Dia terjatuh ke lantai karena tamparannya begitu keras hingga sudut bibirnya terluka. Dengan perlahan dia berkata.

"Maaf ayah .. "

"Sigh... Ikut aku Rubia, kau harus menghasilkan uang sekarang. "

Orang yang dia panggil ayah itu menyeretnya keluar dari kamar dan keluar dari rumah. Tangannya menarik tangan Rubia dengan kasar hingga meninggalkan ruam kemerahan.

"Ayahh kemana kita akan pergi? "

"Menjualmu."

"T ti tidakk aku tak mau! "

Dengan seluruh tenanganya Rubia berusaha untuk melepas tarikan ayahnya. Namun karena tubuhnya kecil dan tak ada tenaga dia tak bisa melepas cengkraman itu.


Plakk


"Siapa yang menyuruhmu menangis hah!? Jalang sepertimu tak pantas untuk menangis. "

Satu tamparan mendarat lagi dipipinya, tubuhnya gemetar ketakutan, matanya tak bisa berhenti untuk menangis.

'Ini trauma pada tubuh ini, tubuh ini punya banyak luka yang dia simpan. '

Rambut putih Rubia ditarik hingga mengharuskan wajahnya menghadap pada ayahnya.


"Yahh... Harusnya dengan wajah cantik ini kau akan mendapat banyak pelanggan. Kau harus menggantikan kakakmu yang mati. "

".... Kakak mati? "

"Ya, dia wanita penghibur favorit disini, tapi posisi itu akan kau gantikan. "

Mendengar itu pandangan Rubia menggelap, ada emosi yang mendidih di pangkal perutnya. Dia tau bahwa itu adalah emosi dari tubuh yang saat ini dia masuki.


"Cepat masuk. "


Lelaki itu terus menyeret Rubia hingga masuk kedalam bar. Disana dia menemui pria tua yang sepertinya pemilik bar itu.

"Tuan saya membawa barang baru. "

"Hmm.... Berapa umurnya? Dia terlihat seperti anak 16 tahun. "

"T tidak tuanku dia sudah 18 tahun hanya saja tubuhnya memang kecil. "

"Sahat kan ini? " Dengan mata yang terus mengamati Laki-laki yang ayahnya panggil tuan terus mengamati tubuhnya dari atas sampai bawah.

"Tentu saja sehat taun dan dia masih... Perawan. "

"Menarik."

Laki-laki itu menghampiri Rubia.

"Siapa namamu? "

"Rubia." Dengan sorot mata tajam Rubia menatap laki-laki itu.

"Haha... Kau punya mata yang indah, akan banyak orang yang tertarik padamu jadi layani mereka dengan baik atau kau akan menerima akibatnya jika tak menurut. "


Setelah mengatakan itu lelaki itu menyerahkan Rubia pada perempuan yang sepertinya sudah senior di sana. Sambil berjalan ke ruang ganti dia memberi sedikit nasehat pada Rubia.


"Namamu Rubia kan, Sebaiknya kau menurut saja jika kau tak ingin di cambuk semalaman, yah... Lagi pula pekerjaan ini tak benar-benar menyakitkan. "

Perempuan itu mengambil baju yang tergantung di ruangan ganti.

"Ini sepertinya cocok untukmu, pakailah. Oh iya namaku Sabrina. "

Pakaian yang dipilih oleh Sabrina terlihat fulgar, pakaian ini menampilkan lekuk tubuh dan bagian belahan yang terlihat ditambah mengekspose bagian punggung yang terbuka lebar.

Rubia yang mengenakan ini mengerutkan keningnya setelah melihat bayangan dirinya di cermin.

'Hahh... Aku harus melarikan diri. "


Sabrina yang melihat Rubia sudah selesai mengenakan pakaiannya terpesona.


"Wahh... Rubia kau cantik sekali, kemarilah aku akan menata rambutmu. "


Sabrina manata rambut Rubia dengan menggulungnya menjadi satu kebelakang, dengan menambahkan beberapa surai di kiri dan kanan serta poni untuk pemanis. Tatanan rambut ini semakin menambah kesan elegan pada Rubia dan bagian punggung yang tadinya tertutup rambutnya yang panjang sekarang terekspos indah.

"Kau memang benar-benar maha karyaku. Ayo sekarang kita ke aula bar banyak pelanggan yang menunggu. "

Mereka berjalan bersebelahan menuju Aula bar, sepanjang jalan semua mata menuju pada Rubia tapi Rubia tak menghiraukannya dan terus berjalan lurus ke depan.

"Rubia aku ada seseorang yang harus ku layani, jadi pergilah ke aula sendiri, saranku carilah orang yang terlihat kaya dan layani dia, jika kau tak tau cara menggoda cukup turuti saja perintahnya. "

Sabrina pergi melangkah menjauh ke sudut ruang meninggalkan Rubia sendiri. Dengan langkah berat Rubia terus berjalan menyusuri lorong yang akan membawanya ke aula.

Saat sedang berjalan ke aula dia melihat 3 orang yang mengenakan jubah hitam memakai topeng dan berbelok ke area lelang. Dari yang terlihat sepertinya yang didepan adalah pemimpin mereka dia memiliki rambut berwarna putih dan mata berwarna biru. Dua lainnya memiliki rambut berwarna coklat yang sama dengan mata mereka.

Tak ada yang aneh dari mereka bertiga hanya saja yang aneh adalah benda tak terlihat didekat mereka, itu terlihat seperti hewan tapi memiliki mana.

'Apakah hewan di dunia ini memiliki mana? Kenapa bisa begitu? Dunia yang ku selamatkan dulu tak ada yang seperti ini. '

Rubia adalah seorang penyihir pertama di dunia nyata, nama pertama yang dia miliki adalah Hostia penyihir agung yang menyatukan seluruh benua dan melindungi dunia dari kegelapan. Hostia melakukan itu dengan bayaran sebuah kutukan yang menyakitkan yaitu tak pernah mati dan akan terus bereinkarnasi dia akan terus melihat semua orang yang di cintai menua dan mati meninggalkannya sendiri.

Mahluk aneh yang tak terlihat itu seperti mengerti bahwa Rubia bisa merasakannya. Mahluk itu menghampirinya dan berputar disekelilingnya, Rubia hanya menanggapi dengan melihatnya dan pergi menjauh.

'Lupakan saja, lagi pula tujuanku adalah aula. '

_____________________
04-01-2024.

tolonglah... saya hanya mau rebahan. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang