CHAPTER 4

171 16 1
                                    

Setelah memasuki apartemen, ia terpaku melihat didalamnya. Ada sepasang mata menatap ke arahnya dengan tatapan bingung dan penasaran seakan-akan mereka bertanya 'Siapa dia?'.

"AH YAYAAA! RUPANYA KAU UDAH SAMPAI" suara itu suara milik Duri, berteriak ketika melihat Yaya datang dengan wajah yang manisnya dan membuat isi rumah terkecoh dengan teriakannya.

'Dih, anak itu, anak yang mengambil bangku ku. Bisa bisanya aku bertemu dengannya lagi'  batin Yaya ketika pandangannya tertuju ke arah sosok berkacamata.

Dengan cepat ia memalingkan pandangannya supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Duri yang sudah duduk diruang tamu.

"Jadi, materi bagian mana yang sulit?" tanyanya.

"Seeeemuanyaaaaaa" balas Duri tersenyum.

"Yaudah, aku jelasin dari materi awal dulu yaa" tawar Yaya, Duri hanya mengangguk setuju.

Belum ada memakan 4 menit, suara keras tiba-tiba terdengar dari arah pintu utama.

BRAK

Lagi lagi suara bising mengganggu ketenangan Yaya dan Duri. Yaya membuang nafasnya dengan kasar, ingin sekali ia mendapatkan ketenganan tanpa ada seseorang mengganggunya.

"Taufan." Dingin dan menakutkan, itulah yang dirasakan oleh mereka berdua. Ralat, bukan hanya mereka yang merasakan itu, tetapi ada 4 anak lain ikut merasakannya, termasuk Taufan.

"Lo kalau buka pintu kaya gitu lagi, gue ga segan ngusir lo dari apartemen" jelasnya menatap Taufan dengan tatapan tajamnya, "Jadi gelandangan sekalian" lanjutnya.

"A..ahaha Hali, iya iya maafin gueeeee. Habis, gue hari ini lagi excited soalnya" balas Taufan yang awalnya menatap 'Halilintar' kini berpaling kearah Yaya "EXCITED ADA YAYA DI-"

DUG

Sebuah buku pelajaran mengenai kepala Taufan, Duri yang udah mengetahui gerak gerik kakaknya sejak awal, karena itulah ia segera bangkit dari duduknya dan langsung menghalangi jalan untuk Taufan.

"KAKAKKKKK, JANGAN GANGGU ATAU AKU AKAN MEMPERLAKUKANMU SEPERTI APA YANG KAK HALI OMONGIN TADI!" omel Duri.

"Iya iyaa kakak ga ganggu, tapi ikut belajar boleh kan?"

"Kak, lo ngapain belajar matpel kelas 11? Mau turun kelas lo?" tanya adiknya yang lain, yaitu Blaze. Ia menghampiri Taufan dan Duri.

"TUH! Blaze aja bilang gitu, udah deh sana! Bilang aja mau modus, hush hush" usir Duri ke kakaknya seperti mengusir kucing jalanan ketika mengganggu dirinya.

"Jangan mau deh, kak Taufan playboy"

"KURANG AJARR"

"AAAKKK LARII"

Pertengkaran mereka masih berlanjut.

Tak disangka dari tadi ada yang mengawasi mereka semua, yaitu Gempa. Gempa sebagai kakak tertua yang melihat kelakuan saudaranya dengan adiknya sudah cukup lelah, bagaimana tidak? Mereka setiap hari selalu begini. Tetapi bukan berarti dia tidak suka dengan kondisi seperti ini, Gempa hanya bisa berharap untuk kedepannya kondisi kekeluargaan seperti ini terus berlanjut.

Yaya yang ada disitu hanya menghela nafas, ia juga sedang menahan kantuknya. Kepalanya masih pusing. Ingin sekali ia menaruh kepalanya diatas meja dan memejamkan kedua matanya.

"Yaya"

Terkejut bukan main. Yaya yang merasa terpanggil langsung menoleh. Oh itu Gempa.

"Maafin ya berisik" ujarnya dengan perasaan tidak enak.

Shine Down Here With You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang