Kucari tahu tentangmu
"(Name)!! Boleh bantu aku sebentar?" Yaya berteriak di antara lorong kelas 2A dan 2B, gadis dengan kerudung merah jambu itu sedang menggotong beberapa alat medis untuk diantar ke UKS.
"Segera datang"
Aku menghampiri Yaya dan mengangkat sebuah kardus berisi tablet tambah darah untuk diberikan kepada siswi-siswi di aula, sementara Yaya pergi membantu bidan Kirana.
Yaya tersenyum, "Makasih ya, nanti kamu oper ke Ying buat ke UKS lagi." Aku mengangguk mantap.
Tidak salah lagi, aku adalah anggota PMR yang dibabukan untuk mengantar seluruh obat ini. Disaat bersamaan, bu guru Yang sedang memberikan edukasi mengenai kesehatan kepada para siswi saat keputrian.
Ini adalah hari Jum'at, semua siswa beragama Islam lagi jum'atan, jadi lorong kelihatan sepi.
Aku sampai di depan aula dengan pintu klasik berwarna coklat ini, aku melihat Ying yang ada di sebelah kanan pintu sedang memandangi seluruh siswi saat ia tak sadar akan kehadiranku. Aku menaruh kardus itu tepat di samping kiri kakinya. "Ying!" Teman kacamataku itu terkejut.
"(Name)?" Ia melirik ke bawah kakinya, "Oh, thank you ya. Nanti jangan lupa kita harus ke ruang baca buat doa bersama." Ying melenggang pergi sambil membawa kardus berisi tablet tambah darah itu untuk diserahkan kepada Bu guru Yang.
Aku melamun sebentar.
Tanpa alasan menggedikkan bahu karena tak tahu harus berbuat apa. Kemudian aku teringat akan kalimat Yaya yang menyuruhku ke ruang kesehatan sekolah -UKS.
Aku mengaitkan kedua tanganku di balik kepala, berjalan di antara lorong menuju UKS sambil bersiul. "Huft, Yaya... Yaya, kamu jangan kerajinan dong, mentang-mentang ketua."
Tanpa disengaja, aku melihat seorang laki-laki dengan kacamata bening yang bertengger di atas batang hidungnya. Dia terlihat tidak fokus dan hanya melirik sekitar.
"Hatchi-!"
"Solar?" Aku menyerukan namanya saat dia hanya berjarak sekitar lima langkah dariku, laki-laki itu kelihatan kaget plus kikuk pas aku panggil namanya.
Gemasnyaa
Solar mengedarkan pandangannya ke segala arah lalu berhasil menemukanku, "(Name)?" Aku terkekeh pelan.
"Jangan lupa, ke ruang baca ya." Cowok itu mengangguk gagu. Aku melihatnya lucu saat dia menengok ke arah sekitar seperti mencari seseorang.
"Sampai ketemu nanti, Solar." Aku hendak menjauh darinya saat aku menyadari sesuatu yang membuatku reflek menarik tangannya.
Aku menyeretnya sepihak dan berlari menyusuri lorong dan memaksanya untuk tetap mengikutiku. Nafasku tersengal saat kami berhasil sampai di depan ruang kesehatan. Aku melirik Solar yang nampak sama capeknya dan kelihatan pucat.
Katanya aku bego kalau soal reflek, ketika pasien kelihatan mau pingsan saja bukannya didatangi tapi malah menggandeng temanku dan membuatnya menanganinya. Itu kalau ada temennya, coba sendiri. Kayak sekarang ini.
Seisi ruang kesehatan menatapku kaget, mereka terkejut akan kehadiran diriku dan Solar secara tiba-tiba.
Aku menarik nafas panjang, "SOLAR MIMISAN!" Yang kemudian menghebohkan seisi UKS.
...
Solar mendongakkan kepalanya selagi bidan Kirana mencoba menghentikan pendarahan dari hidungnya. Bidan Kirana membersihkan sisa darah dari hidung Solar menggunakan lap kering yang kemudian disumpal menggunakan tisu kering. Solar kelihatan pasrah. Cowok itu kelihatan tidak bertenaga dan pucat. Aku bahkan khawatir kalau dia tiba-tiba pingsan saat kami hanya berdua di lorong tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy x Reader || with elemental
HumorKumpulan cerita dongeng (fiksi) perihal kamu dan Boboiboy(s) . . . . . Warning! Menggunakan bahasa Indonesia non-formal dan latar belakang Indonesia karakter dari © Monsta //© Boboiboy Boboiboy x Reader, with elemental