Blue

195 16 2
                                    

Sangyeon galau.

Pria yang umurnya hampir kepala tiga itu lagi cemberut di depan semangkuk ice cream yang baru saja di sodorkan temannya.

Pandangannya kosong, persis remaja yang lagi frustasi mikirin bakalan putus apa nggak sama pacarnya.

Jaehyun selaku teman yang melihat seminggu ini Sangyeon menggalau cuman geleng-geleng kepala sambil nyendokin ice cream ke dalam mulutnya.

"Kalau lo gak ikhlas kenapa malah di kasihin? Itu anak lo bukan barang loh yang bisa di kasih terus kalau lo butuh mintak di balikin lagi." Cibir Jaehyun yang udah jengah banget sama kelakuan teman semasa SMA nya dulu.

Sangyeon mendelik, sedikit menyendokkan ice cream lalu memakannya. Begitu mendarat, sensasi dingin, manis dan segar dari buah langsung menyapa indra perasanya.

"Gue bukannya gak ikhlas." Balas Sangyeon kemudian yang praktis mendapat tatapan jengah dari Jaehyun.

"Oh, yah? Terus apaan tuh?"

"Entahlah."

Ngedenger jawaban barusan Jaehyun ngerasa jengah. Setiap sesi curhat colongan begini pasti endingnya Sangyeon bilang begitu.

"Gue bingung. Disisi lain gue gak mau ngelepas Sunwoo yang udah gue jagain dari zaman orot. Tapi disisi lain juga gue gak mau liat Chanhee terus-terusan sedih gara-gara gak bisa ketemu sama anak kandungnya."

"Terus lo biarin diri lo sedih? Idih, bucin emang beda!"

Sangyeon menggeplak kepala Jaehyun. "Bucin apaan? Gausah sok tau deh!"

"Lagian ngapain dulu Sunwoo dia telantarin kalau udah gede sama dia di cariin?"

"Chanhee gak tau kalau istri gue ngandung anak dia"

"What?! Istri lo?!!!!!!!! Biar betul?!!!"

"Ck, ngeselin lo!"

Jaehyun mengerjap, sedikit membenarkan posisi duduknya untuk menghadap ke arah Sangyeon. "Please deh! Kok bisa istri lo hamil anaknya Chanhee???"

"Yah bisa, kan ada prosesnya!"

"Tapi gimana bisa?" Cicit Jaehyun yang masih nggak percaya.

"Ceritanya panjang. Dan gue males kalau kudu mendekin apagi nyeritain ke ember macem lo! Udah ah!" Tangan Sangyeon mengibas di depan wajah penuh tanya Jaehyun.

Selang beberapa detik terdengar suara notifikasi dari ponsel Sangyeon. Setelah tau isi dari pesan itu Sangyeon menghembuskan nafasnya pelan.

"Napa bro?" Tanya Jaehyun keheranan.

"Sunwoo mau pergi."

"Ohh, kemana?"

"Australia."

°

Hyunjin menjalankan motornya dengan laju yang terbilang cukup cepat. Dia masih sayang nyawa meskipun perasaannya sudah tidak enak semenjak kalung pemberian Sunwoo putus.

Jalanan cukup ramai sore hari ini. Begitu motornya memasuki kawasan perumahan, Hyunjin memperhatikan nama setiap blok juga nomor rumahnya.

"Alamat yang waktu itu di kasih sama Kak Juyeon itu di........."

Motornya berhenti. Persis di depan rumah dengan pagar tinggi berwarna cokelat. "Sini. Gue harap kak Juyeon gak bohong."

Bel rumah coba Hyunjin tekan, namun tidak ada balasan di sana. Dahi Hyunjin sedikit mengkerut, tapi dia mencoba berpikir positif.

Dua kali.

Tiga kali.

Bahkan sampai yang ke lima kali sekalipun tak ada balasan.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang