ToM - V

609 48 2
                                    

Hanya sebentar saja, tiga tahun telah berlalu. Bagi Rimuru tiga tahun itu justru sama sekali tidak terasa.

Setelah diselamatkan dan dirawat oleh Rimuru selama tiga tahun terakhir, Luna kini telah berusia 4 tahun dan tumbuh dengan baik. Meskipun dia masih tidak mengetahui kebenaran tentang dirinya, tapi melihat Luna yang bahagia sudah cukup untuk Rimuru.

"HUWAAA!!"

Suara tangisan Luna itu sampai terdengar hingga ke dapur, Rimuru yang mendengarnya pun hanya bisa menghela nafasnya seraya menggelengkan pelan kepalanya.

'Aku menyuruh mereka untuk bermain dengan Luna selagi aku memasak, bukan malah membuatnya menangis' pikir Rimuru sebelum mematikan api kompornya.

Sesampainya Rimuru di depan pintu kamar Luna yang tidak tertutup, dia melihat seekor phoenix dan singa yang tengah berusaha meredekan tangisan anak perempuan di dekat mereka.

"Rengar, kenapa Luna bisa terjatuh?" tanya Rimuru sambil menatap Rengar dengan dingin.

Mendengar suara Rimuru dari pintu masuk kamar membuat keduanya terdiam. Berbeda dengan Skyress yang mengalihkan pandangannya, Rengar mulai gugup dan panik.

"Hiks... Ibu... Sakitt...." adu Luna sembari memperlihatkan luka di lutut kakinya.

"Huff... Kenapa kamu bisa jatuh, huh?" tanya Rimuru yang sedang mengusap lembut luka di lutut Luna dengan ibu jarinya.

"Engar yang mendorongku" jawab Luna dengan menunjuk ke arah Rengar yang sudah dibasahi keringat dingin dari tadi.

"Ti-tidak, aku tidak sengaja. Sungguh Master, aku tidak sengaja menyenggol Bocah ini" ucap Rengar.

Rimuru tidak menjawab dan hanya menatap Rengar seolah berkata "Awas saja jika lain kali kau melukai anakku lagi". 

Merasakan kalau sakit dari lukanya semakin berkurang setiap kali Rimuru mengusapnya menarik perhatian Luna. Pupil matanya melebar ketika melihat cahaya hijau dari tangan Rimuru, dan saat Rimuru menjauhkan tangannya, Luna bisa melihat kalau luka tadi menghilang tanpa jejak.

'Woah! tangan ibu bersinar' pikir Luna.

"Sudah, jangan menangis. Ayo kita ke dapur, sudah waktunya kamu makan siang" ucap Rimuru yang kemudian menggendong Luna.

Sehabis makan siang, Rimuru dan Luna menghabiskan waktu mereka di ruang tamu. Rimuru tidak hanya menemani Luna untuk bermain, tapi juga mengawasi perkembangan kekuatan sihir yang ada di dalam tubuh Luna.

'Mana-nya sudah sebanyak ini, sekitar 2 tahun lagi sebelum tubuhnya tidak lagi bisa menahan jumlah Mana ini' 

<< Master, sebaiknya sudah saatnya Master mengajari Luna cara mengendalikan Mana miliknya sendiri >>

'Kamu benar, Luna harus bisa mengontrol kekuatannya'

Keadaan Luna ini bisa terbilang sangat darurat, karena begitu tubuh fisiknya telah mencapai batasnya, seluruh Mana yang tersimpan di dalam tubuhnya akan pecah dan menghancurkan tubuhnya.

Namun sebenarnya Rimuru bisa saja mencegah hal tersebut dengan menyerap Mana berlebih dari tubuh Luna, dan tentunya solusi semacam itu bukan tanpa bayaran. Efek sampingnya adalah tubuh Luna akan menjadi ketergantungan kepada kemampuan Rimuru. Selain itu Inti Mana milik Luna akan semakin mengecil.

"Ibu, Luna ngantuk. Hoamm..." ucap Luna sambil menrangkak naik ke atas pangkuan Rimuru.

"Ayo ke kamar, kamu tidur di kamar saja" balas Rimuru ketika melihat Luna sedang mencari posisi yang nyaman di pangkuannya.

"Nggak! Aku mau tidur di sini aja" kekehnya yang membuat Rimuru mau tak mau harus mengikuti kemauan Luna.

'Ya ampun, anak ini sangat keras kepala' pikir Rimuru.

Tear of Memories : The Forsaken WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang