22. Find Her

156 22 2
                                    

Satu-satunya hal yang terbersit mengacaukan radar kewarasan seorang Choi Yeonjun saat ini adalah kenyataan bahwa seharusnya ia sadar sejak awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu-satunya hal yang terbersit mengacaukan radar kewarasan seorang Choi Yeonjun saat ini adalah kenyataan bahwa seharusnya ia sadar sejak awal.

Seharusnya ia membuka mata dan menelan fakta pahit bahwa bahkan seseorang yang terhormat dan dihargai, bisa jadi seseorang yang busuk dan jahat jauh di dalam dirinya.

Mengetik cepat mengabari berita yang baru ia temukan kepada Manajer Han Jihyu agar tidak mengkhawatirkannya, Yeonjun berjalan cepat menuju lift apartemen elite di pemukiman Gangnam—yang aksesnya dia dapatkan secara mudah karena tanda pengenal miliknya.

"Tuttt ... Tuttt .... Tuttt ... The person you are calling doesn't seem to answer ... please try again later." Nada dering yang sama terus jadi penjawab panggilan.

"Sial." Yeonjun mengetuk kakinya tak sabaran, memperhatikan nomor lantai yang terus mengganti kala lift terus naik.

Kakinya tak menunggu lama untuk sampai di depan pintu tujuan. Berkali-kali menekan bel yang terpampang, wujud pria yang ia tunggu-tunggu untuk dihantam tak juga muncul. Yeonjun kian gelisah. Begitu banyak pertanyaan berserak mengitari kepala. Bagaimana bisa ia tega berbuat demikian? Namun jika dipikir kembali, orang bejat tak memiliki kemampuan untuk memanusiakan sesamanya. Yeonjun merasa bisa gila.

"Hyung! Ini Choi Yeonjun!" Ia mulai mengetuk tak sabar, berharap segera mendengar dari pria yang bermukim di dalam.

"Hyung—" Perkataanya berhenti ketika satu siluet berlalu cepat menyeberangi interseksi lorong apartemen. Ia mendengar langkah seseorang yang berlari dan dengan gesit, menginisiasi pengejaran atas setitik intuisi bahwa orang tersebut bisa jadi orang yang dia cari.

Ikut berlari, Choi Yeonjun hampir tak berhasil menahan pintu lift yang menutup kalau saja ia telat untuk satu detik.

Bak! Lift tertahan, kedua mata Yeonjun menemukan pria yang kini sepenuhnya tersembunyi dibaluti hoodie hitam kebesaran serta kacamata penyamar di atas hidungnya. "Ye ... Yeonjunie ... apa yang—"

Bruk!

Yeonjun mengapit dan menghantam pria di hadapan terhadap dinding dingin lift. "Hyung, kau bersembunyi dariku, ya??"

"Aku? Tidak—aku—hei, sopan kah perbuatanmu?"

Yeonjun berdecih. "Kau jelas-jelas mendengarkanku mengetuk namun memutuskan untuk pergi diam-diam, benar? Mengapa kau melakukannya??" Sungguh geram menatap langsung mata dari pembohong di hadapan, Yeonjun tak kuasa menahan erangan.

"Tidak—hei, lepaskan dulu!"

Pembelaan diri terjadi lebih cepat dari hunusan peluru yang dipelatuk, secara sembrono, sang pria melemparkan tinju langsung ke hidung Yeonjun. Mengambil kesempatan kala Yeonjun mengaduh sakit, ia meloloskan diri dari sela lift kemudian berlari menuju tangga darurat. Mengusap aliran darah pergi, juga mengelabui enas perih dari kemungkinan patah hidungnya, Yeonjun segera bangkit mengejar.

VarietYou (VU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang