Chap 2

626 61 13
                                    


-! WARNING !-
- JIKA TIDAK TAHAN DENGAN SESUATU YANG BERBAU SADIS, SKIP SAJA GAMBARNYA-

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Krieett-

Terdengar bunyi decitan saat pintu di buka, suaranya terdengar hingga keseluruh ruangan. Mereka semua pun memasuki penginapan itu, mata mereka bergulir melihat ruang tamu yang begitu bersih.

"Di luar keliatan ga layak huni, tapi dalemnya bagus juga." ujar Solar.

Gempa meletakkan ransel nya di lantai. "Baiklah, kita bagi tempat, satu kamar terdiri dari dua orang–"

"AI!"

"ATAR!"

Taufan dan Blaze berseru serentak saat Gempa sedang menjelaskan yang kembali terpotong. Poor Gempa.

"Ar ayo Ar sekamar Ar!" ajak Taufan sambil menarik-narik tangan Halilintar.

Halilintar menepis tangan Taufan. "Apasih, anjir. Gempa belum selesai ngomong udah dipotong aja."

Taufan tersenyum kikuk, tangannya ia usapkan kebelakang lehernya. "Hehe, sorry."

Blaze memegang kedua pinggangnya. "Ck ck ck." mata semerah api itu melirik sosok Ice.

"Ai, lu ama gue pokoknya." ucap Blaze.

Ice melirik Blaze dengan malas. "Gamau."

"Eh, anjir. Lo tanggung jawab gue, cok. Tar gue di amuk bapak lo kalo lo kenapa-napa."

Ice tidak mendengarkan perkataan Blaze dan memilih memfokuskan matanya ke layar ponsel. Blaze yang merasa di abaikan hendak menghampiri Ice, namun tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sapaan seseorang.

"Wah, wah. Liat siapa yang ada dibawah."

Mereka yang berada dilantai bawah sontak mengangkat kepala serentak, mereka terkejut dengan seseorang yang menyapa mereka dari lantai atas.

"GENTAR!?"

"Yo!"


___________

Mereka semua masih tidak mengalihkan pandangan mereka kepada sosok pemuda di atas.

"Gue kira ada penyusup, ternyata pendatang baru." Gentar perlahan berjalan menuruni tangga.

Blaze terlihat mengepalkan tangannya, ia menarik Ice kebelakang. "Ngapain lo disini?"

Gentar diam di atas tangga. "Ga boleh, gitu?"

Blaze menggertakkan giginya, ia hendak menghampiri Gentar, tapi sebuah tangan menghalangi jalannya.

Gempa menatap Blaze, menggelengkan kepalanya perlahan. Kemudian ia kembali menatap Gentar yang bersandar ke dinding.

AS『Asmodeus Sacrifice』|| On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang