𝟬𝟮. 𝗛𝗢𝗟𝗗 𝗢𝗡 𝗔𝗡𝗗 𝗛𝗢𝗣𝗘

754 99 4
                                    

𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚, none.
𝗡𝗢𝗧𝗘, disela-sela stres sama profesor, nulis cerita dilf adalah jalan ninjaku!!!

𝗡𝗢𝗧𝗘, disela-sela stres sama profesor, nulis cerita dilf adalah jalan ninjaku!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Teh Akariii,”

Suara kamu dari ujung tangga lantai dua terdengar oleh Akari, sepupu kamu yang tinggal bareng di mansion karena kebetulan Akari kerja di salah satu cabang perusahaan ayah kamu.

“Iya teh, kenapa?” Sahutnya dari arah ruang tamu, sore-sore gini lagi sibuk ngurusin dokumen kerjaan.

“Om Toji tidur nggak?” Tukas kamu sambil dengan cepat berjalan menuruni tangga, menenteng tas kuliah.

Akari menoleh ke arah kamar Toji di dekat teras, sengaja ditempatkan di paling depan mansion, yang Akari lihat dari kamar cuma kedua kaki Toji yang selonjoran di kasur. “Nggak tau, kayaknya lagi tiduran tadi mah.”

Kamu mengangguk sebagai respon lalu buru-buru berjalan ke arah kamar Toji dan mengetuk pintu meskipun pintunya udah kebuka setengah. “Om Toji, lagi tidur ya?”

“Nggak.” Sahutnya yang kemudian beranjak dari tempat tidur, membuka pintu kamar dengan lebar, mengundang aroma wangi parfum kamu ke indera penciumannya. “Mau dianter kemana?”

Kamu menghela nafas lega, kemudian menjelaskan, “Ke kampus. Aku lupa ada kelas sore, om. Maaf ya ngedadak banget.”

Tanpa ada pertanyaan lagi, Toji meraih kunci mobil di nakas, lalu membuka kunci mobil dengan remot, “Masuk duluan, saya bawa jaket dulu.”

“Okay,” Kamu mengangguk lalu berbalik ke arah Akari, “Aku berangkat kuliah dulu ya, teh. Pulangnya paling telat jam 7.”

“Iyaa, semangat.” Akari melambaikan tangannya ke arah kamu yang berjalan keluar pintu, lalu dia beralih ke Toji. “Kang, teteh belum makan, tolong ingetin makan dulu sebelum pulang, soalnya saya mau makan sama temen nanti malem.”

Toji setelah memakai jaketnya pun menjawab sambil menutup pintu kamar, “Ya.”

“Kalau bisa ngebut, mending ngebut aja om.” Pesan kamu ketika melihat Toji duduk di kursi kemudi.

Toji memasang seatbealt lalu membenarkan kaca rear-view, sepasang mata tajamnya bertemu dengan kedua iris kamu lewat cermin. “Mau dikawal?”

Mendengar tawaran Toji, kamu buru-buru menggelengkan kepala dengan rusuh, “Nggak, jangan! Berdua aja!”

Sepenting apapun status keluarga kamu, sebisa mungkin kamu selalu menghindari situasi pengawalan karena sejujurnya kamu merasa nggak nyaman dengan hal tersebut.

“Nanti telat gimana?” Cetus Toji yang langsung tancap gas dari pelataran mansion.

“Gak apa-apa, paling beberapa menit. Dosennya nggak terlalu killer kok.” Ucap kamu menjelaskan sambil memeriksa perlengkapan kuliah.

“Killer?” Toji jelas nggak mengenal istilah tersebut di dunia perkuliahan, jadi laki-laki itu mengerutkan keningnya heran.

Kamu terkekeh pelan lalu menjawab untuk meluruskan, “Killer tuh maksudnya galak sama tegas gitu, om.”

𝗗𝗥𝗜𝗩𝗘! zenin toji.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang