𝟬𝟭. 𝗪𝗔𝗜𝗧 𝗔𝗡𝗗 𝗣𝗥𝗘𝗧𝗘𝗡𝗗

945 93 4
                                    

𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚, none.
𝗡𝗢𝗧𝗘, so rushed because gue bentar lagi sibuk, dan ini buku bakal terbengkalai lagi padahal baru debut LIKE— SORRY TvT

Dinner malam ini di kediaman keluarga Kamo penuh dengan keheningan, biasanya juga begitu, tapi kali ini diselimuti keheningan yang seakan-akan menunggu letusan gunung api meletup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinner malam ini di kediaman keluarga Kamo penuh dengan keheningan, biasanya juga begitu, tapi kali ini diselimuti keheningan yang seakan-akan menunggu letusan gunung api meletup.

“Ayah harap kamu cukup dewasa untuk memahami situasi ayah sama Manami.” Noritoshi Kamo dengan kumisnya yang tebal ikut bergerak samar ketika berbicara, iris gelapnya melirik ke arah kamu.

Tanggapan kamu cuma mengangguk pelan. “Iya.”

Selama ini, Noritoshi selalu berusaha keras untuk menjaga mood anak perempuan satu-satunya, mengingat hanya beberapa bulan setelah beliau dan ibu kamu cerai, beliau mendapatkan hak asuh anak, sementara kamu sebetulnya mau ikut sama ibu kamu.

Ditambah lagi, sekarang Noritoshi mengenalkan kamu ke tunangan barunya, yakni Manami Suda, seorang pebisnis yang kamu udah nggak asing lagi karena sebelum ayah sama ibu kamu cerai pun, Manami udah sering datang ke gedung perusahaan Kamo untuk kerja sama.

“Well,” Manami memulai dengan lembut, “I hope you’re willing to attend our wedding in three months.”

Kedua alis kamu terangkat antusias lalu menyahut dengan kasual. “Sure. Congratulations on whatever you’ve achieved from my father.”

Jawaban kamu membuat Manami mengerjapkan matanya pelan dan pipinya merona merah, merasa malu karena sarkasme kamu.

“That’s not nice.” Noritoshi memberikan kamu peringatan dengan nada yang tajam.

Kamu mengangkat kedua telapak tangan sekilas, mengangkat bahu dengan santai sambil menimpal, “Nobody said I was either.”

Noritoshi menghela nafas berat melihat sikap kamu yang sangat sulit ditebak, karena jujur aja Kamo lebih suka kalau kamu meluapkan segala kemarahan kamu daripada kamu yang bersikap pasif agresif seperti ini.

“It’s happening whether you like it or not.” Noritoshi dengan teguh menegaskan kalau pernikahan antara dirinya dan Manami akan dilaksanakan tanpa perlu restu atau pun persetujuan kamu. “Ayah begini cuma mau kasih kamu kabar, itu juga diminta sama Manami.”

Kamu mengeluarkan tawa pendek setelah mendengar pengakuan ayah kamu, lantas kamu menyahut dengan nada sarkasme dua kali lipat. “Oh, thank you very much for letting me know.”

Sejujurnya kamu merasa kasihan dengan Manami, dia nggak terlalu salah di sini, tapi yang kamu sayangkan adalah sikap ayah kamu. Dan yang kamu permasalahkan adalah fakta bahwa Noritoshi nggak pinter main di belakang, buktinya dia ketahuan kalau dia udah ada hubungan sama Manami bahkan jauh sebelum cerai sama ibu kamu.

“I don’t quite care at all, honestly, terserah kalian mau nikah secara hukum atau nikah siri. You can do whatever you want.” Ujar kamu dengan kasual sambil meletakkan sendok ke piring, tanda kamu udah selesai makan malam.

Dan ini lah alasan utama Noritoshi nyuruh Shiu buat nyari bodyguard. Reaksi kamu yang terlalu santai ini yang membuat Noritoshi susah tidur, dia nggak percaya dengan reaksi kamu yang terlalu tenang itu.

Dan, ini juga alasan kamu pagi-paginya menemukan sebuah Volvo seri S60 berwarna hitam yang terparkir tepat di depan mansion saat kamu hendak pergi kuliah. Lagi-lagi kebebasan kamu dicabut satu-persatu oleh ayah kamu sendiri dengan menugaskan seorang personal bodyguard untuk kamu.

Toji, dari dalam mobil, melihat pergerakan kamu yang terhenti setelah melihat kedatangannya. Laki-laki itu pun turun dari mobilnya untuk membukakan pintu belakang mobil.

Hal pertama yang Toji temukan dari kamu adalah betapa jauh berbedanya kamu dari reputasi keluarga Kamo yang terkenal dengan sikap tegas, berwibawa, dan kurang ramah.

“Om Toji ya?” Sapa kamu dengan senyuman kecil, menjabat tangannya sekilas.

Toji cuma mengangguk pelan sebagai tanggapan, dalam hati dia bersyukur karena ternyata anak kuliahan yang disebut Shiu ini tampaknya lebih dewasa dari yang udah dia bayangkan. Jadi, Toji nggak akan terlalu repot buat jagainnya.

“Langsung ke kampus?” Tukas Toji setelah duduk di kursi kemudi dan menyalakan mesin mobilnya.

Kamu baru 1 menit ketemu Toji dan kamu udah suka dengan sikapnya yang gak pakai embel-embel buat manggil kamu, to the point like you always do as well. “Iya.”

Selama perjalanan ke kampus, Toji dan kamu nggak banyak bicara. Kamu yang baca ulang bahan buat presentasi, dan Toji yang fokus nyetir dan emang dasarnya kalian berdua nggak suka banyak bicara, tapi nyaman dengan keheningan ini.

“Harus sampai jam berapa ke kampusnya?” Tanya Toji ketika melihat jalanan yang udah mulai macet, seperti biasa.

“Jam 9 kok, om. Santai aja.” Sahut kamu sambil sekilas memeriksa jalanan di depan, lalu bergulir ke dasbor yang menunjukkan pukul 7.15 pagi.

Toji melirik kamu lewat rear-view, “Saya harus nunggu sampai selesai.”

“Ayah yang bilang ya?” Tukas kamu tanpa mengalihkan pandangan dari tablet yang kamu pegang.

“Ya.”

“Okay. Aku selesai kuliah jam 11. Jemput jam 12 aja, soalnya mau lunch dulu di kampus sama temen-temen.”

Toji cuma mengangguk pelan, jawaban kamu udah cukup clear kalau Toji bebas mau ke mana aja sebelum jam 12 asalkan tepat waktu di kampus pas kamu udah mau pulang.

“Perlu kontak saya? Siapa tau ada urgensi.” Ujar Toji menawarkan, ketika mobilnya udah masuk ke area gedung fakultas kampus kamu.

Kamu menimbang beberapa detik sebelum menjawab, “Iya, boleh deh.”

“Ini, sorry, sama kamu aja. Saya gak paham yang begini.” Toji menyodorkan ponselnya ke arah kamu di belakang.

“Okay.” Kamu terkekeh pelan mendengarnya, sambil kamu saling menyimpan nomor di ponsel Toji. “Aku kasih nama 9-2.”

Toji mengangkat alisnya dengan ketertarikan, dia takjub ketika mengetahui kamu paham dengan kode komunikasi HT. “Sure.”

Kamu pamit dan keluar dari mobil setelah mengembalikan ponselnya, yang Toji lihat di kontaknya, nomor kamu bener-bener dinamanin kode 9-2 yang artinya ‘mengawal tamu vip’.

Ujung bibir Toji terangkat samar. Dia udah terlalu lama bertugas tanpa kemajuan teknologi semacam ini, yang juga berpengaruh pada perilaku orang-orangnya, sampai-sampai Toji cukup takjub dengan perubahan yang sangat signifikan tersebut.

Toji menggelengkan kepalanya samar, entahlah dia yang terlalu fokus sama kerjaan dan mengabaikan kebutuhan biologisnya, atau memang darah keluarga Kamo yang pintar memanipulasi tetap mengalir deras di pembuluh darah kamu. Yang jelas, Toji nggak terbiasa dengan interaksi ini.

 Yang jelas, Toji nggak terbiasa dengan interaksi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝗔/𝗡.
series ini pendek-pendek aja, soalnya seneng banget gue bikin kalian gemes hahahaha!

𝗗𝗥𝗜𝗩𝗘! zenin toji.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang