𝗜𝗜𝗜. 𝗘𝗣𝗜𝗟𝗢𝗚

675 66 11
                                    

𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚. Profanity, swearing, shooting range, guns, implied sexual content, suggestive language.
𝗡𝗢𝗧𝗘. 1.8K was written while I smoked cigs lol

Sejak awal kamu dan tiga serigala memutuskan buat mengajak Toji ke tempat shooting range aja udah salah sebetulnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak awal kamu dan tiga serigala memutuskan buat mengajak Toji ke tempat shooting range aja udah salah sebetulnya.

Apalagi Shiu yang tiba-tiba mau ikut karena seharusnya mereka berdua pergi ngopi, tapi jelas Shiu lebih milih buat ikut anak-anak kuliahan buat main daripada nongkrong berduaan sama Toji aja. Boring.

Walaupun Toji sama Shiu cuma duduk nonton kalian latihan dan main tembak-tembakkan, tapi mereka menikmati bagaimana reaksi kalian satu persatu setiap kali menembakkan peluru ke arah sasaran.

Mereka jadi nostalgia saat dulu pertama kali pendidikan, sekarang kalau soal main tembak-tembakkan begini bukan hal yang aneh buat mereka. Apalagi Toji yang baru aja lepas dari penugasan yang melibatkan hal yang lebih menguji nyali daripada cuma tembak menembak begini.

Merasa puas setelah mencoba tiga kali tembakan, kamu melepaskan penutup telinga dan meletakkan pistol di meja sebelum menghampiri dua laki-laki tua yang udah kayak om-om yang ngopi sambil ngobrol, nungguin keponakannya selesai main.

“Kenapa udahan?” Tukas Toji ketika melihat kamu berjalan menghampirinya, lalu ia tarik kursi untuk kamu duduk.

Kamu mengangkat bahu sekilas sambil duduk tepat di antara Toji dan Shiu yang duduk bersebrangan. “Panas.”

“Anak manja.” Toji dengan niat untuk meledek pun mendengus pelan mendengar alasan kamu yang berhenti menembak dengan pistol cuma karena kepanasan.

“Biarin aja.” Celetuk kamu dengan wajah yang menyiratkan ketidakpedulian.

“Tangan teteh lumayan banget megang HK PV9 tapi nggak goyang sama sekali,” Ujar Shiu memuji, dia sendiri takjub melihat kamu yang dengan santai dan stabil menarik pelatuk handgun tersebut.

“Diajarin sama om Toji.” Cengir kamu bangga, sambil menopang dagu.

Shiu lantas menatap Toji lurus-lurus dengan tatapan gak setuju. “Jangan ajarin dia yang aneh-aneh!”

“Aneh-aneh gimana?” Toji menaikkan sebelah alisnya, lalu melanjutkan dengan tanpa rasa bersalah. “Gue ajarin megang pistol buat jaga-jaga aja. Kita ‘kan gak tau kalau-kalau ada kejadian yang bikin dia kepepet harus pake pistol, minimal dia paham cara nyetekkin revolver.”

Laki-laki berdarah Korea itu memutar matanya kesal. “Zaman sekarang mana ada yang bawa revolver, kalau pun punya ya cuma buat pajangan aja, barang antik.”

“Nggak, om. Sniper rifle juga diajarin kok!” Cetus kamu dengan semangat.

Makin melotot kaget, Shiu sampe berdiri dari tempat duduknya buat menunjuk wajah Toji. “Gue serius ya lo berhenti ajarin dia jadi kriminal!”

Kini giliran Toji yang memutar matanya jengah, ia tepis tangan Shiu yang berada tepat di hadapan wajahnya, lalu bersandar ke kursi dengan santai sambil melipat kedua tangannya di dada.

𝗗𝗥𝗜𝗩𝗘! zenin toji.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang