Cerita ini sudah pernah di share sebelumnya di tahun 2019. Tapi hiatus, jadi sekarang aku mau share ulang dan lanjutun. Doain idenya lancar ngalir kek air yah 😊Jangan lupa follow, like, dan coment yah teman-teman 😊
"Aku hamil."
Onix hitam milik Dimas menatap tajam manik cokelat Denia yang tengah menunduk dihadapannya, dia tidak percaya atas apa yang baru saja dikatakan sahabatnya itu.
"Bagaimana bisa?"
Denia menatap balik mata Dimas dengan sama tajamnya. Bisa-bisanya pertanyaan itu keluar dari laki-laki yang telah menanamkan benih di rahimnya.
"Tentu saja bisa, kita melakukannya."
"Tapi kita hanya melakukan itu sekali, bagaimana bisa kamu hamil?"
"Berkali-kali dalam satu malam lebih tepatnya." Denia menatap sinis Dimas yang berdiri menjulang di hadapannya.
Apa dia lupa apa yang tengah dilakukan kepadanya malam itu? meski dia tahu laki-laki itu dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar namun tetap saja tidak seharusnya Dimas mengelak semua kebenaran ini.
"Lalu Aku harus bagaimana? kamu tahu kan kalau aku dengan Elena akan menikah minggu depan?" tanya Dimas menatap Denia frustasi. Pernikahannya dengan Elena, gadis yang dicintainya sejak dulu hanya tinggal menghitung hari, dan sekarang di depannya ada wanita yang mengaku hamil anaknya.
"Tentu saja kamu harus bertanggung jawab, Dia anak kamu, darah daging Kamu."
Dimas terkekeh menatap sinis Denia. Apa gadis itu tidak mengerti juga kalau dia akan menikah dengan wanita lain?
"Bertanggung jawab dan membatalkan pernikahanku dengan Elena? apa kamu gila? kamu tahu kalau aku sangat mencintai Elena, dan menikah dengannya adalah impianku sejak dulu!" ucap Dimas menggebu-gebu.
"Dan sekarang kamu meminta aku untuk membatalkannya? aku tidak akan pernah melakukannya!" lanjutnya dengan tegas membuat tatapan kecewa terpancar dari retina Denia.
"Lalu bagaimana dengn anak yang ada dalam kandunganku?" tanya Denia dengan mata yang berkaca-kaca.
Apa yang harus dia lakukan? anaknya membutuhkan seorang ayah, dan laki-laki yang memiliki andil besar dalam hadirnya sang jabang bayi justru tak mau bertanggung jawab.
Hening....
Pertanyaan Denia membuat Dimas bungkam, matanya menatap dalam manik cokelat yang kini sudah berkaca-kaca. Dapat Dimas lihat pancaran penuh luka dan kecewa dimata sahabatnya itu membuat hatinya terasa sesak.
Denia adalah sahabtnya. Sahabat yang selalu menemaninya dalam keadaan suka maupun duka.Sahabat yang selalu meluangkan waktunya untuk mendengar keluh kesah dirinya. Namun, dia juga tak mungkin mengorbankan pernikahannya dengan Elena.
Dimas sangat mencintai Elena, dan menikah dengan Elena adalah impiannya sejak masih kanak-kanak. Dan sekarang, setelah impiannya ada di depan mata— haruskah dia menguburnya? tidak, dia tidak akan melakukannya.
Dimas menghela nafasnya panjang, sebuah keputusan besar sudah diambilnya. Ditatapnya dengan lekat gadis yang tengah menunduk itu. Dimas menguatkan hatinya dan berkata....
"Gugurkan!"
Denia mendongakkan wajahnya menatap Dimas penuh keterkejutan. Bagaimana mungkin laki-laki itu memintanya untuk menggugurkan kandungannya, darah dagingnya. Setega itukah dia?
Denia menatap lekat mata Dimas. Mencari arti dibalik netra gelap itu. Bagaimana bisa lelaki itu tega mengatakan kalimat menyakitkan itu padanya, tak adakah sedikit saja rasa iba di hatinya?
Denia menyesal! sungguh dia sangat menyesal karena telah mencintai laki-laki yang ternyata adalah seorang bajingan.
Dengan tubuh yang gemetar dan suara tercekat, Denia mengatakan kalimat yang sangat menyakitkan untuk dirinya sendiri.
"Aku tidak percaya kamu bisa mengatakan hal sekejam itu padaku. Tapi baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku akan melakukannya. Jangan khawatir, aku pastikan anak ini tidak akan mengacaukan hubungammu dengan Elena. Mungkin memang lebih baik dia tidak ada, daripada harus mengetahui kenyataan kalau ayahnya tak lebih dari seorang bajingan." Setelah itu Denia berlalu meninggalkan Dimas yang masih terpaku mendengar perkataannya.
Saat sudah berda di luar apartemen laki-laki itu, Denia berhenti sejenak dan mengelus perutnya yang masih rata dengan sayang.
"Mulai sekarang, kamu sudah tidak punya ayah lagi, Nak. Kamu hanya punya Bunda. Hanya Bunda!" ucapnya pada calon buah hati yang masih berada dalam kandungannya.
Hatinya sakit. Anaknya, mendapatkan penolakan dari Ayah kandungnya sendiri.
"Meski seluruh dunia menolak kehadiranmu sekalipun, Bunda akan selalu mempertahankan mu dan berjuang untukmu, Nak. Bahkan jika Bunda harus mengorbankan nyawa Bunda sekalipun, Bunda akan melakukannya. Jangan takut, kita hadapi kejamnya dunia bersama-sama." Setelah mengatakan itu Denia menghapus kasar air matanya dan melanjutkan kembali langkahnya meninggalkan apartemen Dimas. laki-laki yang mulai saat ini dibencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA
Romance"Mohon dukungannya dengan cara vote dan komen yah" 🙏 "Aku hamil." Onix hitam milik Dimas menatap tajam manik cokelat Denia yang tengah menunduk dihadapannya, dia tidak percaya atas apa yang baru saja dikatakan sahabatnya itu. "Bagaimana bisa?" De...