Bab 3. New Life

12 1 1
                                    

Jangan lupa like, komen dan follow yah 

Happy reading 


"Mah, El sama Dimas pamit sekarang yah. Ingat, Mamah jangan capek-capek. Jaga kesehatan dan jangan telat makan." Rita tersenym melihat kecerewetan anak perempuannya yang tak pernah berubah sejak dulu.

"Iya, kamu nggak usah khawatirin Mamah, lagian kakak kamu pasti bakal jaga Mamah, kok. Pokoknya sekarang kamu fokus aja buat kasih mamah cucu."

Blush..

Ucapan Rita membuat Elena merona dan tersipu malu. Apalagi Rita mengatakannya di depan suami dan kakak-kakaknya. 

"Mamah apasih pakai ngomong kaya gitu segala." Rita terkekeh melihat wajah putrinya yang memerah.

" Mamah tenang aja, Dimas bakal usaha tiap malam buat bikinin mamah cucu," jawab Dimas yang membuat Elena semakin merona dan mencubit pinggangnya.

"Kamu juga apaan sih." Elena mencubit perut Dimas hingga membuat lelaki itu mengaduh sedangkan ibu dan kakak-kakaknya tertawa geli melihat sikapnya yang masih suka merajuk.

"Udah, ah. Kita pamit yah—Mah, Kak." Elena dan Dimas bergantian menyalimi punggung tangan Rita

"Reyhan juga pamit yah, Mah."

"Romi juga."

Rita melihat anak-anak dan menantunya yang sudah meninggalkan rumah. Rumahnya terasa sepi tanpa anak-anaknya .

***

Denia melangkahkan kakinya ke pemakaman umum yang ada di kota London. Kakinya terus berjalan menyusuri makam-makam yang ada di sana sampai tiba di dua makam yang saling berdampingan yang tertulis nama kedua orang tuanya.

Denia menghentikan langkahnya dimakam kedua orang tuanya dan meletakkan bunga gardenia di atas makam kedua orang tuanya. Dia sangat ingat kalau ibunya sangat menyukai bunga gardenia.

Bunga gardenia adalah bunga favorite  sang ibu bahkan karena terlalu menyukai bunga itu ibunya menanam bunga gardenia di halaman belakang rumahnya dan memberikan nama anaknya gardrnia, yaitu dirinya.

"Mom, Dad... Maafin Denia yah, baru datang sekarang. Kalian enggak benci kan, sama Denia?"

"Maaf sudah mengecewakan kalian."

"Denia juga minta maaf karena Denia harus menjual rumah peninggalan kalian, rumah yang di design khusus sama Daddy buat Mommy sama Denia."

"Denia terpaksa melakukan itu Mom, Dad... Denia enggak mau mereka nemuin Denia di rumah itu."

"Tapi Mommy sama daddy jangan khawatir. Suatu saat, ketika kondisinya sudah memungkinkan Denia bakal beli lagi rumah itu, Denia bakal ambil lagi apa yang jadi milik kita."

Denia terus berkata Lirih di depan makam kedua orang tuanya. Dia benar-benar merasa bersalah dan berdosa pada kedua orang tuanya atas semua perbuatan yang telah dia lakukan.

Huek huek

Denia menutup mulutnya, sebelah tangannya lagi mengusap perutnya, berharap rasa mual itu segera hilang. "Nak, jangan seperti ini. Tolong bantu bunda untuk kuat, Nak."

"Nona, are you ok?" Denia mendongakan wajahnya saat mendengar suara berat seorang laki-laki.

Satu kata yang terlintas dalam benaknya melihat laki-laki itu, perfect. Setelan kemeja hitam yang digulung sampai siku, rambut yang berwarna coklat keemasan dan jangan lupakan mata birunya yang membuat Denia tenggelam di dalamnya, terpesona.

"Hey, nona. Are you ok?" tanya laki-laki itu lagi. Denia mengerjapkan matanya dan tersenyum pada laki-laki tampan di depannya.

"Aku tid...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GARDENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang