soccer player nagi

52 10 0
                                    

Ingin tahu apa sebenarnya arti merinding? Menyaksikan Nagi bertanding sepak bola diiringi sorak-sorai pendukung lainnya.

Nagi awalnya tidak ingin menyumbangkan upaya apapun dalam sepak bola, laki-laki itu terlalu hemat energi yang padahal dia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Kamu pun menyadari kemampuan mengontrol benda, kecepatan bagus, dan keterampilan melompat Nagi yang sangat berguna dalam permainan sepak bola.

Lantas beberapa pemuda yang juga sedang berlari kesana kemari di tengah-tengah lapangan menyeretnya ke area dimana seharusnya tungkai kakinya berpijak. Mereka membuat Nagi mempunyai hasrat untuk mengasah teknik dasar sepak bola yang dikuasainya.

"Apakah mereka benar-benar layak mewakili sekolah kita? Lihat, skor kita tertinggal jauh!"

"Tendangan macam apa yang dilakukan bocah berambut putih itu? Apakah dia cocok mengambil posisi striker? Semuanya mudah diblok oleh kiper lawan!"

"Aku sudah tidak tahan menontonnya, lebih baik aku pulang saja. Rugi sekali aku harus membayar tiket hanya untuk pertandingan sampah ini."

Ya, keberuntungan tidak berpihak pada sekolah kalian. Tim Nagi kalah, jadi tak heran jika banyak yang berkomentar buruk.

Kamu tidak bisa berbuat apa-apa meski kekasihmu dihina, semua orang bebas berpendapat sesuai sudut pandangnya.

Kamu memutuskan untuk berjalan ke belakang gedung, berharap bisa menghibur dan memeriksa keadaan pacarmu yang seingat mu mengalami cedera ringan.

"Inilah akibat dari apa yang kamu lakukan, Nagi. Jika kamu mau mendengarkan dan menerima saran dariku, kita pasti tidak akan kehilangan peluang untuk meraih kemenangan."

Kamu berhenti berjalan setelah mendengar kritikan bernada tinggi tersebut, sepertinya mereka sedang berdiskusi dan mengevaluasi kesalahan pada saat bermain.

Dari kejauhan terlihat Nagi yang menaruh handuk berlogo sekolah kalian di atas kepalanya, menunduk pasrah dikelilingi teman-temannya yang memojokkannya. Kamu sangat ingin bertemu dengannya, namun cukup sopan bagimu menunggu hingga perbincangan mereka selesai.

"Aku tidak bisa mengambil keputusan gegabah. Kalau aku mengoper bola padamu, besar kemungkinan mereka akan merebutnya. Aku juga sudah sampai pada titik tendangan gawang yang tepat, tidak ada celah untuk menggiring umpan yang memang ditakdirkan untuk menjadi gol ku kearah kalian."

"Kamu merasa dirimu lebih unggul daripada kami?"

Sifat Nagi yang anti sosial seringkali menghalangi komunikasinya dengan anggota tim, kamu yakin dia ingin berbagi pendapatnya tetapi dia terlalu introvert untuk itu. Kesalahpahaman ini disebabkan oleh Nagi yang bingung bagaimana membangun kolaborasi atau kerja sama yang kompak dan efektif.

Pak Ego, sang pelatih, melirik sekilas ke arahmu yang setia mematung ditempat mu. Dengan suara lantang dia berbicara. "Baiklah, anak-anak. Kita cukupkan sampai disini. Sejujurnya kalian masih belum memecahkan apa yang menyebabkan kita kalah, sebaliknya kalian menuduh teman kalian yang hanya semakin menghancurkan ekspektasi saya. Itu perbuatan yang menjijikkan, saya tidak sudi mengajari kalian lagi jika kalian kekanak-kanakan seperti itu.

"Saya ingin kalian melakukan introspeksi dan ekstra pelatihan terhadap kualitas kalian, tetapi penampilan kalian hari ini telah membuat saya bangga. Tidak ada yang perlu disesali, sekarang berterima kasih lah pada pacar Nagi karena telah membawakan kita hadiah," lanjutnya, kini tersenyum tipis dan memberikanmu sinyal untuk mendekati mereka.

"Hei, (Y/n)! Apa kabar?" Isagi bertanya, tangannya asal-asalan mengambil satu minuman dari kantong kresek mu.

"Terima kasih untuk minumannya, (Y/n)! Kami mengapresiasi kebaikanmu," ujar Bachira.

"Wah, kamu terlihat semakin cantik, (Y/n). Nagi pasti menjagamu dengan baik, tapi kalau kamu berubah pikiran dan ingin putus dengannya akulah orang nomor satu yang mau menggantikannya," goda Kaiser.

"Jaga omongan mu, dasar produk Jerman yang gagal," peringat Nagi.

Kamu menahan tawa melihat kemurungan Nagi, lalu kamu menempelkan teh lemon dingin di pipinya. "Kamu telah melakukan yang terbaik."

Setelah dia mendongak wajah lesunya masih tercetak jelas, namun bibirnya melengkung membentuk senyuman tulus. Dia membuka tutup botol itu dan memuaskan dahaga di tenggorokannya, menyisakan mu terlena menatap jakunnya yang naik turun dibarengi oleh keringatnya.

Pandanganmu beralih ke kulit lututnya yang diperban dan membengkak, dengan panik kamu berjongkok di hadapannya agar bisa melihat lukanya lebih detail.

"Aku baik-baik saja, tidak terlalu sakit," kata Nagi, seakan-akan tahu isi pikiranmu. "Maaf mengecewakanmu, sayang. Kami sudah berusaha keras untuk menang, tapi mungkin waktunya belum tiba."

"Apa yang kamu katakan? Kalian sudah keren, hanya perlu menambah adaptasi dan pengalaman." Kamu menjawabnya sembari menempelkan sticker berbentuk hati di pinggir perban lututnya. "Kalah dalam pertarungan itu adalah hal yang biasa. Tapi kekalahan sejati adalah ketika kita tidak mampu bangkit dari kekalahan, tidak mau mencoba untuk berbenah diri dan melanjutkan perjuangan. Inilah makna dari kekalahan yang sebenarnya. Jika hal ini sudah menggerogoti pikiran dan jiwa, maka kita tinggal menunggu kehancuran."

Nagi menatap matamu lekat-lekat, dia menelaah nasehatmu sekaligus memuja keindahanmu. "Aku berjanji aku tidak akan menyerah disini, aku akan pastikan aku terus naik ke level teratas. Aku juga akan mengapresiasi sekecil apapun proses yang kulakukan untuk mencapai targetku. And I'll also definitely appreciate you who always accompany me, my love."

"That's my boy!"

Nagi terkekeh, kamu lucu. "Oh, my old jersey looks good on you."

Kamu memang sengaja memakai jersey Nagi yang dia tinggalkan sembarangan di lemarimu, ukurannya yang besar dan longgar membuat badanmu tenggelam. "Aku memakainya untuk menyemangati mu."

Nagi tertawa lepas, dia mulai mengacak-acak surai rambutmu gemas.

•••

anggep aja nama sekolahnya bluelock

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

anggep aja nama sekolahnya bluelock

aku merasa chapter ini aneh banget, cuma ya bodo amat lah ya i'll always try my best to send butterflies in your stomach (terutama perutku sendiri) see you in the next page! 👋🏻🧚🏻‍♀️🎀

Heavenly, Nagi Seishiro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang