Bagaimana bisa? Untuk membunuh kaktus? Yah, kamu melakukannya ... kamu telah menewaskan Choki, tanaman peliharaan KESAYANGAN Nagi.
Terdengar berlebihan, namun itulah tumbuhan yang menemani pacarmu di tengah kebosanannya. Bisa dibilang singgasananya berada di atas peran mu yang baru mewarnai kehidupan pemiliknya. Meskipun Nagi sering mengingatkanmu untuk tidak membandingkan dirimu dengan Choki karena tentu saja di matanya kalian berbeda.
Nagi pernah berkata bahwa kamu adalah belahan jiwanya, sedangkan Choki merupakan separuh dunianya. Kamu sempat kesal dengannya yang terkesan menyamakan mu dengan kaktus dalam satu istilah. Tapi hatimu menghangat saat memahami kalau kamu dan Choki mempunyai pengaruh penting terhadap Nagi untuk maju saat dia ingin bermalas-malasan.
Sekarang, kamu malah merenggut sebagian dari apa yang mendorongnya melanjutkan perjalanannya sejauh ini.
Bukan niatmu mengkhianati kepercayaan Nagi padamu untuk menjaga Choki selama dia pergi latihan sepak bola bulanan. Kamu sudah melakukan yang terbaik, seperti meletakkannya di ruangan luar yang tertutup kanopi, menyirami tanah dan akarnya dengan sesuai, bahkan mengganti pot nya sesekali.
Tetap saja layu.
Mungkinkah kecerobohanmu akan mematahkan semangat pacarmu?
Atau lebih buruknya lagi, mungkinkah hubungan kalian akan berakhir hanya akibat hilangnya nyawa Choki?
"Aku pulang."
Gawat.
Kamu buru-buru berlari menyambut kedatangan pria berambut putih yang kebingungan melihatmu terengah-engah menghampirinya. Nagi meletakkan telapak tangannya di puncak kepalamu saat kamu membungkuk dan memegangi lututmu sambil mengatur nafasmu. Dia juga menyelipkan ponimu kebelakang telinga, mengelusi anting mu sebagai upaya mencegah mu masuk ke alam bawah sadar.
"Hani, daijobu?" (Bahasa Jepang: Sayang, kamu baik-baik saja?)
Kurangnya respon membuat Nagi khawatir. Dia menurunkan tas selempangnya dan membiarkannya tergeletak di pinggir lantai, lalu mengangkat mu dengan mudah ke dalam pelukannya. Kamu bisa merasakan ciuman manis dia berikan di area pelipis mu, mengencangkan peganganmu di lengannya saat dia mengambil langkah perlahan.
Sialan.
Bukankah seharusnya kamu yang memanjakan Nagi yang pasti lelah setelah traning mautnya? Kamu dan semua skenariomu untuk merayunya agar dia tidak marah atas kematian kaktusnya seketika hilang setiap kali dia menunjukkan kasih sayang yang tidak terduga.
Nagi mendorong sedikit tengkuk mu sehingga dagumu bertumpu sempurna pada bahu bidangnya. "Mau minum dulu?" Dia langsung menangkap gelengan kepalamu. Satu tangannya menahan pinggulmu, sementara yang lain menuangkan air mineral ke wadah gelas yang kemudian dia bawa sambil tetap menggendong mu.
Pacar jenismu membawamu berkeliling dalam posisi itu. Menawarkan banyak hal yang kamu tolak dan akhirnya menuntun mu duduk di sofa ruang tamu. Nagi bersila di atas karpet yang menjadi alas kakimu, menggambar lingkaran dan garis abstrak di kakimu dan mengamati kerutan di wajahmu.
"Ada apa denganmu, hm?" Nagi mencoba bersabar menghadapi mu yang tak bergeming. "Tidakkah kau merindukanku?"
Kamu tersentak. "Maaf..." Netramu terpejam rapat sepersekian detik, memulai topik pembicaraan yang mengalihkan. "Latihan mu... lancar?"
"Mhm. Aku dipromosikan menjadi first striker, kamu patut bangga," angguk Nagi. Dia membenamkan wajahnya di persimpangan pahamu, mendesah lega sekaligus frustasi. "Tapi sejujurnya, semuanya merepotkan. Aku tidak akan bisa mengatasinya jika kamu dan Choki tidak mendukungku."
Kamu menutup mulut rapat-rapat ketika mendengar nama tanaman yang wafat beberapa jam lalu disebutkan. Dengan gemetar, kamu hendak menangkup pipi Nagi, tidak ketika lelaki itu lebih dulu mengambil jarimu untuk dia hadiahi kecupan kupu-kupu. Kelopak mata mu terkulai, membayangkan perlakuannya akan berbanding terbalik jika kamu mengatakan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heavenly, Nagi Seishiro
Cerita Pendeknagi seishiro as your boyfriend © JENNBYGI, 2024.