Bab Dua

26 4 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Amelia bangkit dari kasurnya dan menghampiri ponsel di atas nakas. Ia menghela berat, setelah mengetahui orang tuanya lah yang menelepon dirinya.

“Assalamualaikum.”

“Wa'alaikumsalam, nak.”

“Hallo Ma,” sapa Amelia saat mengangkat telepon tersebut.

“Hallo, Nak. Gimana kabar kamu hari ini?” Tanya Nelly, ibundanya Amelia.

“I'm good.”

“Alhamdulillah. Gimana sekolah kamu?”

“Ya, gitulah. Nggak ada yang menarik. Mama sendiri gimana kabarnya?”

“Baik juga, kok.”

“Ohhh.”

“Kamu udah makan malam?”

“Udah. Mama kenapa nelpon malam-malam begini?”

“Loh? Emang mama nggak nelpon anak sendiri. Nanyain kabar nya gimana.”

“Ya, bukan gitu. Tumben aja, biasanya kan cuma nge-chat doang.”


“Mama kangen kamu, nak.”

Amelia tersenyum. “Amel juga, ma. Ma udah udah dulu ya, teleponnya. Amel mau buat tugas sekolah, besok udah mau di kumpul soalnya.”

“Iya. Tidurnya jangan malam-malam. Ntar bangunnya kesiangan.”

“Iya ma, aku tutup dulu ya. Assalamualaikum.”

“Wa'alaikumsalam.”

Amelia langsung memutuskan teleponnya secara sepihak. Dan ia kembali tidur di kasurnya. Tanpa sengaja, pikirannya berkelana ke masa lalu. Mengingat memori saat ia kumpul dengan keluarganya dulu.

Jika saja, waktu itu Amelia menerima tawaran papanya untuk ikut pindah ke Jakarta. Mungkin dia akan lebih merasa bahagia tinggal bersama keluarga kecilnya.

Tapi semua sudah terlanjur basah, dia sudah memilih untuk tetap tinggal di Palembang, daerah asalnya. Jadi ia harus menjalankan semuanya sampai tuntas.

“Kamu pasti bisa melewati semuanya. Nggak lama kok, sampai kamu lulus SMA nanti, kamu langsung ke Jakarta ikut mama papa. Dan kamu bisa kuliah di sana,” gumamnya.

*****

“AMEL!!!”

TOK! TOK! TOK!

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang