Amelia menghembuskan napasnya dengan berat. Ia menyeruput sedikit demi sedikit es teh yang baru saja ia pesan.
Akhirnya, ia bisa duduk santai sekarang sambil minum di kantin. Setelah mengalami tragedi hukuman karena telat masuk sekolah.
Rasa dahaga serta panas saat hormat di depan tiang bendera tadi, sudah terbayarkan."Amelia!"
Amelia menoleh ke belakang, melihat Neera-temannya sedang berjalan ke arah dia.
"Ish! Ke kantin nggak ngajak-ngajak ya, lo. Gitu banget sih, sama gue."
"Haus banget, Ra. Capek habis dihukum tadi."
"Kasihannya. Emamg lo kenapa bisa telat? Tumben, biasanya lo datang selalu pagi-pagi banget."
Amelia memilih hanya menghembuskan napasnya saja. Tidak mau menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Neera. Karena takut nanti temannya itu akan malah menggertak Delvin. Sampai akhirnya mereka membuat keributan sekolah, dan mereka berdua akan dipanggil guru BK.
Tentunya, nama Amelia akan dibawa. Karena keduanya bertengkar hanya gara-gara dirinya.
"Tadi pagi Amel bangunnya kesiangan," bohongnya sambil menyeruput minumannya.
"Kok gue nggak percaya, ya. Pasti karena Delvin, kan?"
Amel segera menggeleng. Takut jika nanti apa yang ia pikirkan, benar akan terjadi.
Neera menatap wajah Amel yang pucat pasi. Kelihatan banget bahwa temannya itu sedang menyembunyikan sesuatu.
"Lo diapain sama dia, tadi pagi?" tanya Neera to the point.
"Dia siapa? Delvin? Ketemu aja nggak. Begitu Amel turun ke bawah tadi, kata bibi dia udah pergi ke sekolah dari jam 6 pagi." Amelia berusaha mengarang semuanya agar Neera tetap tidak curiga.
Neera menghembuskan nafasnya. Ia tidak mau memperpanjang masalah tersebut. Jika Amelia sudah bilang begitu, itu berarti ia tidak diperbolehkan ikut campur dengan urusan Amelia.
"Ya udah, yuk! Kita ke kelas. Udah mau bel masuk soalnya," ajak Neera.
Amelia mengangguk seraya bangkit dari duduknya. Bersama dengan Neera mereka ke kelas.
Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan Delvin yang baru saja memasuki lingkungan kantin.
Mata mereka berdua saling bertemu. Namun, Amelia langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain, setelah melihat iris coklat yang tajam milik Delvin.
Ia menghela berat. Sebenarnya ia juga kesal dengan sikap Delvin yang membuatnya jadi kena hukum. Tapi mau bagaimana lagi, perasaan suka pada Delvin lebih besar daripada rasa bencinya.
Meskipun Amelia tahu, jika bertahan di posisi sekarang sangatlah menyakitkan. Tetapi hatinya seolah enggan untuk berpaling dari lelaki yang tinggal satu atap dengannya itu.
*****
Gimana part ini? Suka nggak?
Jangan lupa vote, comment, share cerita ini ke teman-teman kamu.
Setajam itukah tatapan Delvin? :
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Teen FictionDelvin benci harus satu rumah dengan gadis yang bernama Amelia tersebut. Awalnya ia hanya sekedar teman tetangga, kini mereka malah jadi teman serumah. Ia ingin sekali Amelia pindah dari rumahnya, maka dari itu Delvin sering menyuruh-nyuruh Amelia d...