Empat orang tengah duduk mengitari meja makan, hanya terdengar suara dentingan garpu dan sendok yang mengenai piring. Tak ada yang memulai pembicaraan, semua menutup mulutnya rapat-rapat, menikmati sarapan mereka dengan tenang. Hingga bariton dari seorang Beltsazar terdengar.
"Gimana sekolah Kalian? Semakin meningkat?" Tanya Pria itu.
"Baik Pa." Itu Wina yang menjawab tanpa menoleh melihat Pria yang duduk diseberang sana.
"Kalau Katerine? Gimana sekolahmu, Nak?" Tanya Beltsazar sekali lagi.
"Oh, Dua minggu lagi Kay ada tanding Taekwondo, Pa. Bulan depan juga, Kay lagi persiapin buat Piano Solo." Jawab gadis itu dengan menyebutkan nama khusus yang dibuat oleh Beltsazar untuk Katerine.
"Oh ya? Nanti Papa datang lihat Kamu tanding, ya." Ujar Beltsazar yang disusul dengan anggukan kepala dari Tiana.
Ah, jika kalian bertanya, Wina dan Katerine adalah sepupu, mengapa Katerine juga memanggil Beltsazar dengan sebutan 'Papa'?
Hak asuh Katerine jatuh ke tangan Beltsazar setelah kedua orang tua Katerine tewas dalam kecelakaan tragis yang menghilangkan nyawa keduanya. Tiana dan Mama Katerine adalah Kakak Adik, itu sebabnya mengapa hak asuh Katerine jatuh ke tangan Beltsazar dan Tiana. Orang tua Katerine meninggal diusia Katerine belum genap empat tahun. Dan selama itu juga, Katerine diasuh oleh Beltsazar dan Tiana hingga sebesar ini. Bahkan sepertinya, kasih sayang Beltsazar dan Tiana lebih besar pada Katerine.
Karena pada dasarnya, Beltsazar memang menginginkan seorang putra atau putri yang lebih unggul dalam non-akademiknya. Sebab, Beltsazar sendiri menyukai musik dan olahraga, maka ketika Katerine mengatakan dirinya minat terhadap olahraga dan musik, Beltsazar senang bukan kepalang. Setidaknya, Ia memiliki teman untuk bermain badminton atau menyanyi bersama dihari Minggu sore untuk melepas penatnya dari urusan kantor. Juga pada Tiana, Tiana sangat menyukai anak-anak yang periang, extrovert, dan pandai bergaul. Berbanding terbalik pada Wina yang pendiam dan introvert.
"Aku selesai, terima kasih makanannya, Ma." Wina kini bersuara lalu pergi meninggalkan meja makan tersebut dengan tas punggungnya yang sudah melekat dipunggung mungil itu.
Ketiga pasang mata itu mengikuti kemana sosok Winaya pergi. Hingga gadis itu menghilang dari ambang pintu, ketiganya kembali pada kegiatannya.
"Kay udah selesai, makasih makanannya ya, Ma. Kay berangkat dulu, Wina udah nunggu didepan." Ujar Kate setelah membawa piring bekas makanannya ke sink yang tersedia disana.
"Papa antar Kalian, udah lama juga gak antar anak-anak Papa." Ujar Beltsazar sambil menggunakan jas kerjanya.
"Oh? Oke Pa." Keduanya keluar bersamaan dari rumah megah tersebut, diantar juga oleh Tiana. Tak ada sosok Wina disana, hanya ada mobil yang biasa digunakan Beltsazar untuk bekerja.
"Pak Anto, mobil satu lagi kemana?" Tanya Beltsazar pada salah satu penjaga rumahnya.
"Oh, mobilnya dipakai antar Non Wina, Pak. Katanya Non Wina ada piket, mau berangkat duluan." Pernyataan dari pria berkumis tebal itu mengundang helaan napas panjang dari Tiana. Selalu begini, Wina pergi lebih dahulu. Entah Wina menghindari Sang Papa, atau memang anak itu sangat rajin.
"Yaudah, Papa berangkat sama Kay aja. Ayo Kay, nanti terlambat." Ajak Sang Tuan pada Putrinya. Katerine disana mengangguk, lalu mencium punggung tangan Tiana.
"Kate berangkat ya, Ma." Katerine memunculkan senyumannya.
"Hati-hati kalian, ya. Bekal Kamu dimakan ya, Kate. Kasih bekal Wina juga." Ujar Tiana pada Katerine.
Hingga Mobil milik Beltsazar keluar dari pekarangan rumah itu, Tiana masih setia melihat Katerine melambaikan tangannya, Ia pun membalasnya. Senyum getir mulai muncul dibibirnya, hingga mobil itu tak terlihat, Tiana menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah
FanfictionSebuah rahasia yang sulit terungkap. Misteri dan kejanggalan yang terjadi, menjadikan empat insan bersaing, demi sebongkah materi. Hilangnya orang berpengaruh di negeri tercinta, menjadikan mereka seperti air dan api memperebutkan apa yang mereka an...