Matanya mengedar keseluruh ruangan, kedua alisnya bahkan bertemu. Seluruh pertanyaan menguar diisi kepalanya, kenapa dirinya bisa berada disini?
"Kenapa Aku ada di UKS?" Tanya gadis dengan rambut sebahu tersebut.
"Wina? Oh, astaga, Wina akhirnya Kamu bangun. Gimana keadaan kepala Kamu? Masih pusing?" Gadis yang dipanggil Wina itu hanya mengerutkan dahinya. Wina sangat mengenali suara ini, ini suara sepupu perempuannya.
"Kate, ngapain Kamu disini?" Kedua bola mata Wina memperhatikan gadis berambut hitam panjang itu dari ujung rambutnya hingga keujung kakinya, lalu kembali keujung rambut gadis itu.
"Ya Aku temenin Kamu lah, Kamu pingsan tadi." Jelas Kate pada Wina yang masih berbaring diatas ranjang UKS sekolahnya.
"Bukannya kita ada di ballroom utama untuk perayaan diangkatnya Reno sebagai direktur utama D'Janto Company? Dan Aku ketabrak mobil, Kate, seharusnya di Rumah Sakit. Kenapa sekarang malah disini?" Kate disebelah sana memiringkan kepalanya sembari kedua alisnya bertaut. Apa maksud dari pertanyaan Wina itu? Reno? Direktur Utama D'Janto Company? Tertabrak mobil?
"Reno? Renovian maksud Kamu? Wina Kamu demam?" Tanya Kate sambil mengulurkan punggung tangannya didahi sang sepupu.
"Gak panas, ah. Tapi kok mimpi Kamu segitunya?" Ujar Kate sekali lagi
"Em, handphone Aku mana, Kate?" Satu pertanyaan yang langsung ditanggapi oleh Kate dengan memberikan benda pipih tersebut pada Wina.
Bola mata Wina hampir keluar dari tempatnya kala melihat tanggal yang tertera pada layar ponselnya. Sungguh, ini tidak masuk akal.
"Lho, kok sekarang tahun 2018?!" Pekik Wina yang lagi-lagi mengundang rasa heran pada Kate. Pandangan Kate tak putus menatap sepupunya yang menurutnya -hari ini- bertingkah sangat aneh. Tak seperti Wina pada biasanya.
"Ya, sekarang memang tahun 2018, Winaya." Satu kalimat yang cukup menyadarkan Wina disana tengah memandangi handphone miliknya dengan seksama.
Wina masih terdiam dengan yang Ia alami. Sungguh, Wina merasa dirinya tadi tengah berada didalam ballroom, lalu berlari keluar lalu tertabrak dan sisanya Wina tak dapat mengingatnya.
"Demi Tuhan, gak mungkin 'kan Aku cuman mimpi? Semuanya terasa nyata. Mulai dari Reno yang menjadi direktur utama, tunggu, atau mungkin Aku kembali kemasa lalu buat perbaiki semuanya?"
"Ah gak mungkin, gak mungkin!"
"Apa yang gak mungkin, Win?" Tanya Kate yang kini bergabung duduk diatas ranjang dengannya. Wina tak merespon, kepalanya lebih memilih untuk mencerna ini semua. Jika memang benar Wina bisa kembali masa lalu —walau itu tidak masuk akal—, maka Wina akan memperbaikinya. Wina tak ingin Renovian menjadi direktur utama. Wina tak ingin menjadi kekasih seorang Renovian. Wina tak ingin haknya diambil oleh Renovian, Wina tak ingin direndahkan -lagi oleh pria bernama Renovian. Ya! Winaya harus mengalahkan Renovian, atau bahkan sepupunya sendiri? Wina menatap Kate yang asik dengan gawai pintarnya.
"Aku gak nyangka, Kate. Ternyata Kamu sama busuknya dengan Renovian."
"Renovian dan Katerine mereka ingin menghancurkan Aku dan Jimmy. Ah ya! Jimmy, Aku harus bilangin Jimmy!"
Wina terus bermonolog dalam hatinya hingga satu tangan menyentuh pundaknya yang membuat dirinya sedikit tersentak.
"Yeu si Wina, ditanya malah melamun. Win, Kamu gak amnesia 'kan, Win? Win ini Aku lho, Katerine, sepupu Kamu." Sungguh, Kate tidak main-main, dia benar dipenuhi rasa khawatir dan takut. Bagaimana kalau Wina betul-betul kehilangan ingatannya? Ah, Kate terlalu berlebihan, Wina hanya terkena lemparan bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah
Hayran KurguSebuah rahasia yang sulit terungkap. Misteri dan kejanggalan yang terjadi, menjadikan empat insan bersaing, demi sebongkah materi. Hilangnya orang berpengaruh di negeri tercinta, menjadikan mereka seperti air dan api memperebutkan apa yang mereka an...