Tiga

80 17 2
                                    

Dua orang remaja laki-laki tengah duduk dihadapan sang tuan. Satu diantaranya menunduk, tak berani menatap pria dihadapannya, dan satunya lagi begitu tenang. Tatapan pria kepala empat itu bagaikan sebuah bilah pedang yang baru diasah, dan siap menghancurkan apapun yang mengenai bilah itu.

"Apa-apaan ini Jimmy?! Bagaimana bisa Kamu kalah oleh temanmu dan nilaimu seburuk ini?! Ini hanya pelajaran olahraga!" Darren melempar kertas hasil penilaian praktik olahraga milik Jimmy.

"Maaf Ayah.." Cicitnya, buku-buku jarinya memutih akibat terlalu kuat remasan jarinya pada celana panjang yang Ia gunakan.

"Mana hasil nilai Kamu Reno?" Lantas remaja itu memberikan secarik kertas pada sang tuan yang berdiri dihadapannya.

Darren tersenyum puas, lalu menepuk pelan bahu putra pertamanya itu.

"Bagus, tak sia-sia Aku mendidikmu. Kamu memang calon penerus perusahaanku yang terbaik. Dipertahankan ya." Ujarnya pria itu yang membuat Renovian praktis menaikkan kedua sudut bibirnya.

Disebelah sana, Jimmy sudah mengepalkan kedua tangannya. Renovian betul-betul mengambil semua kasih sayang ayahnya. Setelah Renovian dan Darren meninggalkannya sendirian diruangan itu, Jimmy mulai menangis.

"Andai Bundaku masih hidup" Batinnya.

○○○

Malam ini, Winaya tengah duduk dimeja belajarnya dengan gawai pintarnya yang menempel dijemari lentiknya. Ibu jarinya terus menggulirkan aplikasi sosial media, matanya terus membuka dan membaca sebuah postingan akun sekolah mereka. Bibirnya terkatup rapat, melihat rangkaian kata yang dituliskan oleh akun sekolahnya.

"Kok bisa?" Lirihnya sambil menatap gawai pintarnya dengan lamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok bisa?" Lirihnya sambil menatap gawai pintarnya dengan lamat. Matanya masih terus membaca ulang nama dan foto yang tertera.

Padahal Wina sudah berharap dirinya yang akan mendapatkan gelar itu, bersama Renovian tentunya. Bukankah itu salah satu cara agar menarik perhatian Renovian padanya?

Ah! Wina apa yang Kau pikirkan! Kau harus memutuskan Renovian! Tujuanmu kini adalah bersama Jimmy, Jimmy Nabastala Lijanto. Bukan Renovian Aghastala Lijanto. Lupakan, iya! Wina harus melupakan laki-laki bernama Renovian itu.

Dengan handphone yang masih berada ditangannya, getaran dari gawai pintar itu membuatnya mengerjap, sontak matanya melirik bar notifikasi yang mana disana tertulis nama Jimmy Nabastala Lijanto.

Dengan handphone yang masih berada ditangannya, getaran dari gawai pintar itu membuatnya mengerjap, sontak matanya melirik bar notifikasi yang mana disana tertulis nama Jimmy Nabastala Lijanto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang